Tampilkan postingan dengan label Sejarah Ternate. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Ternate. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 05 Juni 2021

Sejarah Ternate (31): Zaman Kuno Ternate dan Maluku, Setua Apakah? Riwayat Pulau Ternate dari Kerajaan hingga Kesultanan

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Ternate dalam blog ini Klik Disini

Sejarah kerajaan atau kesultanan di Ternate Maluku tentu saja sudah banyak ditulis. Namun pada bagian awal sejarah kurang terinformasikan, Boleh jadi karena data sejarahnya kurang tergali. Lantas pertanyaannya: Bagaimana sejarah zaman kuno di Ternate atau Maluku? Yang jelas dalam sejarah Ternate dicatat bahwa kolano atau pemimpin pertama Ternate adalah Momole Ciko yang menyandang gelar Baab Mashur Malamo (1257-1272). Angka tahun ini sudah barang tentu masuk dalam sejarah zaman kuno. Sebab pada era paling tidak terdapat tiga kerajaan besar yang masih eksis: Kerajaan Aru, Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Singhasari.

Dalam berbagai tulisan, sebelum terbentuk Kerajaan Ternate sudah pernah eksis Kerajaan Gapi di (pulau) Ternate. Dalam perkembangannya disebut Raja Ternate berinisiatif membentuk persatua bersama-sama dengan raja-raja dari Tidore, Jailolo dan Bacan. Hasil persatuan tersebut terbentuk Moloku Kie Raha (Federasi Empat Gunung Maluku). Juga disebutkan pengaruh Islam masuk ke Maluku pada abad ke-15 yang mana Raja Ternate pertama yang diketahui memeluk agama Islam adalah Kolano Marhum (1465-1486). Fase ini dapat dikatakan awal terbentuknya Kerajaan Demak di Jawa.

Lantas bagaimana sejarah zaman kuno Ternate dan Maluku? Seperti disebut di atas, Kerajaan Ternate dalam sejarahnya disebut juga berada pada fase zaman kuno, suatu fase kerajaan-kerajaan sebelum kehadiran orang-orang Eropa. Apakah ada prasastinya? Pada tahun 1511 diketahui adalah awal kehadiran Portugis di Hindia Timur setelah lebih dahulu menaklukkan (kerajaan) Malaka lalu pelaut-pelaur Portugis mencapai (kepulauan) Maluku.  Lalu bagaimana sejarah zaman kuno Ternate dan Maluku? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 03 Maret 2021

Sejarah Ternate (30): Pahlawan Nasional Asal Provinsi Maluku Utara; Sultan Nuku di Tidore dan Sultan Baabullah di Ternate

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Ternate dalam blog ini Klik Disini 

Para pahlawan nasional dari Maluku Utara terbilang pahlawan masa lampau. Umumnya pahlawan nasional Indonesia adalah pahlawan masa kini. Seperti halnya Soeltan Hasanoeddin dari Makassar (Gowa) dan Iskandar Moeda dari Atjeh di era VOC, dua pahlawan nasional dari Maluku Utara hidup pada era Portugis dan era VOC yakni Sultan Nuku Muhammad Amiruddin dari Tidore pada era VOC dan Sultan Baabullah dari Ternate pada era Portugis. Hanya sedikit pahlawan nasional yang hidup di era VOC, pada awal era Pemerintah Hindia Belanda beberapa pahlawan nasional antara lain Pangeran Pattimura dari Saparua dan Pengeran Diponegoro dari Jawa.

Muhammad Amiruddin (Sultan Nuku) lahir tahun 1738 adalah adalah seorang sultan dari Tidore (dinobatkan 13 April 1779). Sultan Nuku meninggal tahun 1905. Pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan Sultan Nuku sebagai Pahlawan Nasional Indonesia tahun 1995. Sultan Baabullah dari Ternate lahir tahun 1528 (dinobatkan menjadi sultan pada tahun 1570). Pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan Sultan Ternate sebagai Pahlawan Nasional Indonesia tahun 2020. Dalam daftar pahlawan nasional, nama yang pertama ditabalkan sebagai pahlawan nasional adalah Abdul Muis pada tahun 1956.

Lantas bagaimana sejarah dua pahlawan nasional Tidore dan Ternate? Sudah barang tentu sudah ada yang menulisnya. Namun sejarah tetaplah sejarah. Sejauh data baru ditemukan, penulisan narasi sejarah Ternate tidak pernah berhenti. Okelah kalau begitu. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Ternate (29): Papua Ikut Republik Indonesia Anti Nederland; Papua Menjadi Irian Barat, Irian Jaya Menjadi Papua Lagi

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Ternate dalam blog ini Klik Disini

Papua adalah tetangga Ternate. Wilayah Papua sudah sejak zaman kuno dikenal di Ternate. Pada era VOC wilayah Papua berada di bawah Sultan Tidore. Nama Papua berasal dari bahasa Melayu. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, wilayah Papua dibagi dua: sebelah barat masuk wilayah (Hindia) Belanda, wilayah timur masuk wilayah yurisdiksi Inggris. Pada Perang Pasifik. Australia (seperti halnya Timor Timur) menginginkan Papua Barat (agar memiliki seluruh wilayah Papua), tapi Australia mundur karena Belanda (NICA) menggertak.

Wilayah Papua memiliki dinamika sendiri sejak era Portugis danSpanyol hingga era Belanda dan Inggris. Yang terakhir pada era pasca Perang Pasifik antara Indonesia dan Belanda di satu sisi dan antara Australia dan Inggris. Pada pasca pengakuan Belanda terhadap kedaulatan Indonesia, Belanda masih ngontot menguasai Papua Barat. Saat inilah beberapa pemimpin Papua mendesak agara Papua masuk Indonesia. Artinya para pemimpin Papua menolak bertahannya Belanda, sementara di wilayah lainnya Belanda telah mengakui kedaulatannya. Nama Irian muncul yang disingkat dari Ikut Republik Indonesia Anti Nederland. Ketika tahun 1962 Irian atau Papua dibebaskan Indonesia, wilayah dijadikan sebagai satu provinsi: Provinsi Irian Jaya dengan ibu kota di Jaya Pura. Pada era Presiden Gusdur, nama Papua dikembalikan untuk menggantikan Irian Jaya. Lantas mengapa nama Jayapura tetap dipertahankan?

Lantas bagaimana sejarah Irian Barat atau Irian Jaya? Tentu saja sudah banyak ditulis. Lalu apa hubungannya Irian Barat dengan Ternate? Tentu saja tidak hanya Papua di masa lampau pernah berada di bawah kekuasan Kesultanan Tidore. Yang lebih penting adalah faktor Belanda sendiri yang tetap ingin beryahan di wilayah Papua (barat). Bagaimana semua itu terjadi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 02 Maret 2021

Sejarah Ternate (28): Kunjungan Presiden Soekarno ke Ternate 1951; Ir. Soekarno dan Tidore, Perjuangan Rebut Irian dari Belanda

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Ternate dalam blog ini Klik Disini

Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia hanya dalam wujud RIS (lihat Plakat KMB). Itu satu, Yang kedua kerajaan Belanda masih ingin memiliki Papua (barat). Sikap Belanda ini segera mendapat reaksi dari bangsa Indonesia, lalu RIS dibubarkan dan kembali menjadi NK(RI). Ir Soekarno yang menjadi Presiden Republik Indonesia mulai berteriak di setiap kesempatan: Bebaskan Irian Barat. Dalam konteks inilah nama Soekarno terhubung dengan Tidore.

 

Ir Soekarno adalah Presiden (NK)RI, karena itu Ir Soekarno ingin mengunjungi seluruh bagian wilayah Indonesia. Rencana kunjungan Presiden Soekarno ke Indonesia Timur termasuk Maluku (utara) pada bulan April 1950 batal. Hal itu karena terjadi kisruh di Makassar. Pada saat itu Irian Barat masih dikuasai oleh Belanda, karena dejure tercantum dalam Plakat KMB 1949. Ketika RIS dibubarkan 17 Agustus 1950, kembali menjadi NKRI (Proklamasi 18 Agustus 1950), status Irian Barat mulai diperjuangkan. Apa yang menjadi klaim Belanda atas Papua, diklaim Presiden Soekarno atas nama Sultan Tidore. Apa pasal? Sejak 1667 bagian barat pulau Pupua berada di bawah Sultan Tidore dan Pemerintah Hindia Belanda baru pada tahun 1889 sepenuhnya berada di bawah kekuasaan (Hindia) Belanda. Seperti diketahui, Papua barus berhasil direbut dari Belanda tahun 1963.

Lantas bagaimana sejarah kunjungan Presiden Soekarno ke Ternate? Itu satu paket dengan kunjungan ke Tondano (Minahasa) pada bulan November 1951. Namun kunjungan ke Ternate ini, membuat darah Presiden Soekarno mendidih karena melihat Belanda di Papua. Boleh jadi itu membuat Presiden Soekarno sempat flu satu hari di Ternate sehingga jadwal ke Tondano tertunda Presiden Soekarno dan rakyat Indonesia menginginkan Papua. Sultan Tidore taruhannya. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.