Selasa, 31 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (110):Bahasa Melawi Dialek Bahasa Melayu di Pedalaman Kalimantan; Hikayat Sungai Melawi di Pantai Selatan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Sejumlah dialek bahasa Melayu di wilayah Dayak (Kalimantan) antara lain dialek Melayu Melawi, dialek Melayu Iban, dialek Melayu Kendayan, dialek Melayu Sintang, dialek Melayu Ketapang, dialek Melayu Selako, dialek Melayu Sanggau, dialek Melayu Sambas dan dialek Melayu Ulu. Bahasa Dayak dialek Melayu Melawi di daerah aliran sungai Melawi. Link YOUTUBE https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982


Kabupaten Melawi adalah sebuah kabupaten di provinsi Kalimantan Barat. Ibu kotanya adalah Kecamatan Nanga Pinoh. Kabupaten Melawi memiliki tiga sungai membentang di wilayah tersebut di antaranya, yaitu Sungai Kayan, Sungai Melawi dan Sungai Pinoh. Dahulu dikenal sebagai Batang-Melawei (alias Laway, Melahoei, Pinoe). Daerah aliran sungai Pinoh merupakan termasuk wilayah Kerajaan Kotawaringin. Kontrak 1756, Sultan Tamjidullah I dari Banjarmasin dengan VOC-Belanda mendaftarkan Melawai (alias Melawi) dalam wilayah pengaruh Kesultanan Banjarmasin. Tanggal 1 Januari 1817 Raja Banjar Sultan Sulaiman menyerahkan Sintang dan Melawi (disebut dengan nama Lawai) kepada Hindia Belanda. Tanggal 4 Mei 1826, Sultan Adam dari Banjarmasin menyerahkan Lawai (alias Melawi) kepada Hindia Belanda. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Melawi, dialek bahasa Melayu di pedalaman Kalimantan? Seperti disebutkan di atas, bahasa dialek Melayu Melawi dituturkan di daerah aliran sungai Melawi. Hikayat sungai Melawi di pantai selatan. Lalu bagaimana sejarah bahasa Melawi, dialek bahasa Melayu di pedalaman Kalimantan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Catur (2): Apakah Ada Catur dan Permainan Catur Sumatra dan Jawa Tempo Doeloe? Satur, Catur Tradisi di Tanah Batak


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Catur dalam blog ini Klik Disini

Permainan catur (buah catur dan papan catur) yang didatangkan dari Eropa dan diintroduksi di Indonesia semasa Hindia Belanda sudah lama dikenal dan kurang lebih sama dengan yang sekarang. Masih pada masa Hindia Belanda sudah dikenal permainan catur di Tanah Batak dengan buah catur dan papan catur yang berbeda dari Eropa. Seberapa tua satur, catur di Tanah Batak?


Catur Karo istilah satur, permainan pikiran dimainkan dua orang. Perbedaan antara Catur Karo dengan yang dikenal secara internasional terdapat pada bentuk papan catur dan buah catur serta beberapa perbedaan pada gerakan buah. Dalam permainan catur Karo, pemain buah hitam akan memiliki dua ratu, dimana salah satu ratu diletakkan di depan raja; sementara pemain buah putih memiliki tiga buah benteng dan penambahan tiga pion dimana letak salah satu benteng berada didepan raja, sementara tiga buah pion akan diletakkan didepan deretan pion lainnya. Seseorang yang telah mahir memainkan catur Karo, maka secara otomatis akan dapat memainkan catur konvensional. Pada masa Hindia Belanda beberapa pemain catur Karo telah dikenal secara internasional, salah satunya adalah Si Narsar Karo-Karo Purba dari Berastagi. Si Narsar menjadi populer di dunia catur internasional karena berhasil mengalahkan beberapa pemain catur top Belanda, sehingga namanya kerap menjadi pemberitaan media massa saat itu. (https://budaya-indonesia.org/)

Lantas bagaimana sejarah catur dan permainan catur di Sumatra dan Jawa, apakah sudah ada sejak tempo doeloe? Seperti disebut di atas, disamping catur Eropa, pada masa Hindia Belanda sudah dikenal keberadaan catur tradisi. Catur tradisi di Tanah Batak. Lalu bagaimana sejarah catur dan permainan catur di Sumatra dan Jawa, apakah sudah ada sejak tempo doeloe? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 30 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (109): Bahasa Dayak Ngaju, Daerah Aliran Sungai Kahayan dan Kapuas; Dialek Bahasa Dayak di Kalimantan Tengah


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Dayak Ngaju (Biaju) adalah sub etnis dayak terbesar di Kalimantan Tengah yang persebarannya di Palangka Raya, Pulang Pisau, Gunung Mas dan kabupaten Kapuas. Ngaju berarti hulu. Suku Ngaju mendiami daerah aliran sungai Kapuas, Kahayan, Rungan Manuhing, Barito dan Katingan. Nama Dayak Ngaju tempp doeloe disebut Biaju. Dalam Hikayat Banjar, Sungai Kahayan dan Kapuas sekarang disebut sungai Batang Biaju Basar, dan Batang Biaju Kecil. Link YOUTUBE https://www.youtube.com/@akhirmatuaharahap4982


Bahasa Ngaju alias Biaju adalah bahasa rumpun bahasa Barito Raya (Barito Barat Daya) yang dituturkan oleh suku Ngaju di daerah aliran sungai Kapuas, Kahayan, Katingan, dan Mentaya di Provinsi Kalimantan Tengah. Ada perbedaan dialek antara sub etnis Dayak Ngaju seperti dialek Kahayan Kapuas, Katingan Ngaju, Katingann Ngawa, Baamang, Kahayan, Mantangai, Pulopetak, Seruyan, Mendawai dan Mengkatip. Perbedaan ini umumnya dalam pilihan kata tetapi mengandung arti yang sama, tetapi umumnya dapat dipahami. Menurut Tjilik Riwut, termasuk dalam pengguna bahasa ini adalah 54 anak suku, termasuk di dalamnya Arut, Balantikan, Kapuas, Rungan, Manuhing, Katingan, Seruyan, Mentobi, Mendawai, Bara-dia, Bara-Nio, Bara-ren, Mengkatip, Bukit, Berangas, dan Bakumpai. Pada tahun 1858 digunakan oleh Belanda sebagai bahasa Pengantar Injil di Pulau Kalimantan bagian Selatan. Sampai dengan saat ini menjadi bahasa utama dalam jemaat Gereja Kalimantan Evangelis di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Kesamaan leksikal bahasa Ngaju terhadap bahasa lainnya yaitu 75% dengan bahasa Bakumpai [, 62% dengan bahasa Kohin, 50% dengan bahasa Ot Danum, 35% dengan bahasa Banjar (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Ngaju di daerah aliran sungai Kahayan dan Kapuas? Seperti disebut di atas, bahasa Ngaju umumnya dituturkan kelompok-kelompok populaai di daerah aliran sungai Kahayan dan Kapuas. Bahasa Dayak di Kalimantan Tengah. Lalu bagaimana sejarah bahasa Ngaju di daerah aliran sungai Kahayan dan Kapuas? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Catur di Indonesia (1): Asal Mula Permainan Catur di Indonesia; Pemain Catur di Indonesia Sejak Era Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Catur dalam blog ini Klik Disini

Permainan dan pertandingan cartur di Indonesia. Apakah sejarah catur di Indonesia sudah ada yang menulis? FKN Harahap menulis sejarah catur di Indonesia dengan judul: Sejarah Catur Indonesia. Buku ini diterbitkan pertama kali 1986 oleh Penerbit Angkasa Bandung. Apakah ada yang pernah membacanya? Jika belum, mari kita pelajari sejarah catur di Indonesia. Artikel pertama adalah Asal Mula Permainan Catur di Indonesia.  


Catur (Sanskerta: caturaá¹…ga) adalah permainan papan strategi dua orang pada sebuah papan kotak-kotak terdiri dari 64 kotak, yang disusun dalam petak 8×8, yang terbagi sama rata (masing-masing 32 kotak) dalam kelompok warna putih dan hitam. Permainan ini dimainkan oleh jutaan orang di seluruh dunia. Catur diyakini berasal dari permainan India, chaturanga (yang menjadi asal nama catur), sekitar abad ke-7. Chaturanga juga diperkirakan merupakan nenek moyang dari permainan strategi serupa yang berasal dari Dunia Timur, seperti xiangqi (catur Cina), janggi (catur Korea), dan shogi (catur Jepang). Catur mencapai Eropa pada abad ke-9, saat terjadi penaklukan Hispania oleh Umayyah. Buah-buah catur tersebut diperkirakan mendapat bentuknya yang dikenal saat ini pada akhir abad ke-15 di Spanyol, sedangkan aturan catur modern distandardisasi pada abad ke-19. Pada mulanya, setiap pemain memiliki 16 buah catur: satu raja (king), satu menteri (dalam bahasa Inggris disebut queen atau ratu), dua benteng (rook), dua kuda (dalam bahasa Inggris disebut knight atau kesatria), dua gajah (dalam bahasa Inggris disebut bishop atau uskup), dan delapan bidak atau pion. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah asal mula permainan catur di Indonesia? Seperti disebut di atas nama catur bermula di India. Bagaimana bisa? Itu satu hal. Hal lainnya adalah pemain catur di Indonesia sejak era Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah asal mula permainan catur di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 29 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (108): Bahasa Tidung di Pantai Timur Kalimantan-Borneo; Kerajaan Tidoeng dan Dialek-Dialek Bahasa Tidung


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Tidung merupakan suku yang tanah asalnya berada di bagian utara Pulau Kalimantan (Kalimantan Utara). Suku ini juga merupakan anak negeri di Sabah, jadi merupakan suku bangsa yang terdapat di Indonesia maupun Malaysia (negeri Sabah). Suku Tidung semula memiliki kerajaan yang disebut Kerajaan Tidung. Tetapi akhirnya punah.


Bahasa Tidung atau Tidong adalah dipertuturkan oleh suku Tidung di Kalimantan Utara, dan juga di Sabah, Malaysia. Di Indonesia, bahasa Tidung dituturkan di Kabupaten Bulungan, Malinau, Nunukan, Tana Tidung, dan Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara. Sementara di Malaysia, bahasa Tidung dituturkan di Sabah. Di sebar tutur bahasa Tidung, penuturnya juga berkonta dengan penutur bahasa lain seperti bahasa Melayu, Punan, Tenggalan, dan bahasa-bahasa lainnya di Sabah. Bahasa Tidung memiliki beberapa dialek: Nunukan, Penchangan, Sedalir (Salalir, Sadalir, Saralir, Selalir) Tidung, Tarakan (Terakan), Sesayap, Sebuku. Sementara menurut Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, ada tiga dialek, antara lain: Dialek Berusu, Dialek Sesayap, dan Dialek Tagul. Bahasa Tidung memiliki perbedaan dengan bahasa-bahasa lainnya di Kalimantan Utara. Pada penghitungan dialektrometri, bahasa Tidung memiliki perbedaan 90%—92% dengan bahasa-bahasa tersebut, antara lain bahasa Tidung dengan bahasa Long Pulung sebesar 90%; bahasa Lundayeh sebesar 91%; serta bahasa Tenggalan sebesar 92%. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Tidung di pantai timur Kalimantan-Borneo? Seperti disebut di atas bahasa Tidoeng memiliki beberapa dialek bahasa. Bagaimana kerajaan Tidoeng tempo doeloe dan dialek-dialek bahasa Tidung? Lalu bagaimana sejarah bahasa Tidung di pantai timur Kalimantan-Borneo? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (107): Bahasa Punan dan Putussibau di Pedalaman Pulau Kalimantan; Dialek Bahasa Kelompok Populasi Punan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Punan terdiri beragam dialek. Bahasa Punan Merah dipertuturkan di wilayah Ujoh Bilang timur (Mahakam), Kalimantan Timur; bahasa Punan Aput di wilayah barat dan utara gunung Menyapa, Kalimantan Timur; bahasa Punan Paking dituturkan di desa Paking, Mentarang, kabupaten Malinau, Kalimantan Utara. Bahasa Punan Paking persentase perbedaan berkisar 81%--100% dibandingkan bahasa-bahasa di sekitarnya, seperti bahasa Kenyah, bahasa Punan Merah, bahasa Lundayeh dan bahasa Punan Long Lamcin.

 

Dayak Punan adalah salah satu rumpun suku Dayak di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Di 6 kabupaten di Kalimantan Timur suku Punan yang tersebar di 77 pemukiman. Suku-suku Dayak termasuk rumpun Punan diantaranya: Suku Dayak Hovongan di Kapuas Hulu, Kalbar; Suku Dayak Uheng Kereho/Oloh Ot Nyawong/Suku Dayak Seputan di Kapuas Hulu, Kalbar; Suku Dayak Punan Murung di Murung Raya, Kalteng; Suku Dayak Aoheng (Suku Penihing) di Kalimantan Timur; Suku Dayak Basap di Kalimantan Timur; Suku Dayak Punan Merah/Suku Dayak Punan Serata/Suku Dayak Punan Langasa/Suku Dayak Punan Nya'an; Suku Dayak Punan Aput-Busang; Suku Dayak Merap; Suku Dayak Punan Tubu; Suku Dayak Ukit/Suku Bukitan/Suku Beketan; Suku Dayak Bukat; Suku Dayak Punan Habongkot; Suku Dayak Panyawung; Suku Dayak Punan Lisum; Suku Dayak Punan Kelay-Segah di Sungai Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur; Punan Murung; Suku Dayak Punan di Kalimantan Tengah terdapat di perhuluan sungai Barito di kabupaten Murung Raya (Punan Murung). Kebanyakan suku-suku Dayak di Kalimantan Tengah termasuk rumpun Ot Danum kecuali suku Dayak Punan Murung. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Punan dan Putussibau di pedalaman pulau Kalimantan? Seperti disebut di atas catatan sejarah bahasa Punan awalnya dimulai dari Putussibau. Dialek-dialek bahasa kelompok populasi Punan. Lalu bagaimana sejarah bahasa Punan dan Putussibau di pedalaman pulau Kalimantan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 28 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (106): Bahasa Busang di Wilayah Kutai; Dialek Bahasa Suku Dayak Kayan di Pedalaman Pulau Kalimantan


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Bahasa Kayan Busang atau Dayak Kayan Busang adalah sebuah dialek bahasa Dayak yang dipertuturkan di wilayah provinsi Kalimantan Timur. Bahasa Busang masih eksis hingga ini hari, namun jumlah populasi penutur tidak terlalu banyak. Wilayahnya yang berada jauh di pedalaman diduga menjadi salah factor utamanya.


Busang adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur beribu kota di Long Lees. Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, penduduk Busang berjumlah 4.202 jiwa. Busang terdiri dari enam desa, yaitu Desa Long Bentuq, Desa Rantau Sentosa, Desa Long Pejeng, Desa Long Lees, Desa Long Nyelong, dan Desa Mekar Baru. Adapun daerah ini dikenal luas, khususnya pada era 1990an karena penipuan Bre-X, perusahaan Kanada yang mengklaim Busang mengandung tambang emas terbesar di dunia sebesar 30 juta ton di tahun 1993. Namun, setelah intervensi keluarga Cendana yang membawa Freeport-McMoRan, perusahaan emas Amerika Serikat yang melakukan penelitian lebih dalam, terbongkarlah bahwa isu tersebut hanyalah isapan jempol. Sampai sekarang, beberapa aspek kasus ini masih misterius, terutama soal keberadaan Michael Guzman (direktur eksplorasi Bre-X) yang tidak jelas keberadaannya (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Busang di wilayah Kutai? Seperti disebut diatas bahasa Busang masih eksis hingga ini hari namun jumlah penuturnya terbilang sedikit. Mengapa? Dialek bahasa suku Dayak Kayan di wilayah pedalaman pulau Kalimantan. Lalu bagaimana sejarah bahasa Busang di wilayah Kutai? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (105): Bahasa Ot Danum di Pedalaman dan Jantung Pulau Kalimantan; Bahasa dan Dialek-Dialek Bahasa Dayak


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Dayak Ot Danum (juga dikenal sebagai Dohoi, Malahoi, Uud Danum atau Uut Danum) adalah subetnis dari suku Dayak yang tinggal di hulu Sungai Kapuas selatan, dan di sepanjang pegunungan Schwaner, berbatasan dengan Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah, kelompok terpenting di hulu sungai Melawi dan secara budaya dan bahasa paling berbeda dari suku Melayu.


Bahasa Ot Danum adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan di wilayah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Bahasa Ot Danum memiliki beberapa dialek, antara lain: Ot Balawan, Ot Banu’u, Ot Murung 1 (Murung 1, Punan Ratah), Ot Olang, Ot Tuhup, Sarawai (Melawi). Dohoi, Ulu Ai’ (Da’an), Sebaung, Kadorih dan Kuhin. Bahasa Ot Danum memiliki kesamaan leksikal (kemiripan bahasa) dengan Bahasa Siang (70%), Bahasa Kohin (65%), Bahasa Ngaju dialek Katingan (60%) dan Bahasa Ngaju (dialek utama, 50%). (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Dayak Ot Danum di pedalaman, jantung pulau Kalimantan? Seperti disebut di atas bahasa Ot Danum dituturkan oleh kelompok populasi Dayak di pedalaman pulau Kalimantan. Bahasa dan dialek-dialek bahasa Dayak. Lalu bagaimana sejarah bahasa Dayak Ot Danum di pedalaman, jantung pulau Kalimantan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 27 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (104): Bahasa Kutai Daerah Aliran Sungai Mahakam; Suku Dayak Ot Danum dan Pendatang Melayu Bugis Banjar


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Kutai, atau Urang Kutai adalah salah satu dari rumpun suku Dayak yaitu Dayak Lawangan yang mendiami wilayah Kalimantan Timur. Pada awalnya Kutai merupakan nama suatu teritori tempat bermukimnya masyarakat asli Kalimantan. Suku Kutai berdasarkan jenisnya adalah termasuk suku Dayak Islam yang banyak menyerap nilai nilai kebudayaan suku Banjar dan Melayu pesisir yang berada di Kalimantan Timur. Adat-istiadat lama suku Kutai memiliki beberapa kesamaan kesamaan dengan adat-istiadat suku Dayak rumpun Ot Danum.


Bahasa Kutai adalah bahasa yang dituturkan oleh Suku Kutai yang mendiami alur sepanjang Sungai Mahakam, dan populasinya terbesar di wilayah bekas Kabupaten Kutai (kabupaten induk dari Kabupaten Kutai Barat, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Kota Balikpapan dan Kota Samarinda sekarang ini) di Kalimantan Timur. Bahasa Kutai umumnya hidup dan berkembang dalam bentuk penuturan (percakapan), serta sastra dalam bentuk puisi (pantun). Sangat sedikit bukti-bukti tertulis yang dihasilkan dalam bahasa Kutai, terlebih lagi yang dihasilkan pada periode pemerintahan Kesultanan Kutai Kartanegara. Berdasarkan Ethnologue, rumpun bahasa Kutai terbagi menjadi dua bahasa, yaitu: Bahasa Kutai Kota Bangun dan Bahasa Kutai Tenggarong dituturkan di Tenggarong, Loa Janan, Loa Kulu, Muara Kaman, Muara Pahu, Anggana (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Kutai di daerah aliran sungai Mahakam? Seperti disebut di atas bahasa Kutai ditututkan oleh orang Kutai di daerah aliran sungai Mahakam. Suku Dayak Ot Danum dan para pendatang Melayu, Bugis dan Banjar. Lalu bagaimana sejarah bahasa Kutai di daerah aliran sungai Mahakam? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (103): Bahasa Pasir Suku Dayak Paser di Kalimantan Timur; Bahasa Daerah di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Paser atau Dayak Paser adalah suku bangsa yang tanah asal leluhurnya berada di sepanjang bagian Selatan dari provinsi Kalimantan Timur. Orang Dayak Paser mendiami di Kabupaten Paser, Kabupaten Penajam Paser Utara, dan Kota Balikpapan. Juga ada di Samboja yang kini masuk kabupaten Kutai Kartanegara, Bongan, Resak dan Pringtali yang kini masuk Kabupaten Kutai Barat.


Tempat penutur bahasa Pasir ialah sepanjang tepi, hulu, dan muara sungai Kendilo, Pasir, Tanjung Aru, teluk Adang, muara Telake, Long Ikis, Long Kali, Batu Sopan, Muara Komam dan Batu Kajang. Selain di Kabupaten Pasir, penutur bahasa Pasir terdapat juga di Kotamadya Balikpapan dan Batu Besar di Kabupaten Kotabaru. Sampai saat ini belum diketahui jumlah penutur bahasa Pasir yang past;' Diperkirakan sebanyak 60% penduduk atau 40.000 jiwa adalah penutur asli bahasa Pasir. Di Kabupaten Pasir terdapat pula suku Banjar dan Bugis disamping suku-suku lain yang jumlahnya keciL Mereka menggunakan bahasa mereka masing-masing. Orang Banjar dan orang Bugis yang kawin dengan orang Pasir dan tinggal turun-temurun di Pasir dapat juga berbahasa Pasir. Mereka berbahasa Pasir dengan orang Pasir. Bahasa Pasir terdiri atas t7 dialek yang dikelompokk atas Olo Oot Danum, Olo Ot Ngaju. Induk bahasa Pasir adalah bahasa Peteban yang dipakai di kalangan istana kesultann Pasir dahulu (lihat Bahasa Pasir oleh Darmasyah dkk. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta 1979) 

Lantas bagaimana sejarah bahasa Pasir, suku Dayak Paser di pantai timur Kalimantan? Seperti disebut di atas bahasa Pasir dituturkan oleh orang Pasir di Kalimantan. Bahasa Pasir, bahasa daerah di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Lalu bagaimana sejarah bahasa Pasir, suku Dayak Paser di pantai timur Kalimantan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 26 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (102): Bahasa Bakumpai di Daerah Aliran Sungai Barito; Bahasa Banjar di Hilir dan Bahasa Dayak Ngaju di Hulu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Dayak Bakumpai (Belanda: Becompaijers/Bekoempaiers/Becompayer) adalah salah satu subetnis Dayak Ngaju, mendiami sepanjang daerah aliran sungai Barito di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah yaitu dari kota Marabahan, sampai kota Puruk Cahu, Murung Raya. Suku Bakumpai banyak mendapat pengaruh bahasa, budaya, hukum adat, dan arsitektur Banjar, karena itu suku Bakumpai secara budaya dan hukum adat termasuk ke dalam golongan budaya Banjar, namun secara bahasa, suku Bakumpai memiliki kedekatan dengan bahasa Ngaju.

 

Bahasa Bakumpai adalah sebuah bahasa dalam rumpun bahasa Barito Raya yang dituturkan oleh suku Bakumpai maupun suku Dayak Bara Dia (Suku Dayak Mengkatip) yang mendiami aliran sungai Barito di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Bahasa Bakumpai merupakan bahasa suku Dayak di daerah DAS Barito Dayak yang mendapat pengaruh bahasa Banjar. Bahasa Bakumpai juga memiliki sejumlah peribahasa. Penutur bahasa Bayan menggunakan bahasa Bakumpai jika berbincang dengan non penutur bahasa Bayan. Kesamaan leksikal bahasa Bakumpai terhadap bahasa lainnya yaitu 75% dengan bahasa Ngaju dan 45% dengan bahasa Banjar. (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah bahasa Bakumpai di daerah aliran sungai Barito? Seperti disebut di atas, bahasa Bakumpai di daerah aliran sungai Barito. Bahasa Banjar di hilir dan bahasa Dayak Ngaju di hulu. Lalu bagaimana sejarah bahasa Bakumpai di daerah aliran sungai Barito? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (101): Bahasa di Sumatra dan Bahasa di Jawa; Bahasa Sanskerta dan Bahasa Batak, Melayu, Bahasa Kawi, Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Pulau Sumatra dan pulau Jawa berdekatan. Secaea geomorfologis kedua pulau diduga menyatu di masa lampau. Oleh karena cukup berdekatan dimungkin bahasa terjadi interaksi yang intens dari waktu ke waktu. Pada masa ini wilayah Jawa diidentifikasi beberapa bahasa, yakni bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Madura, bahasa Kangean dan bahasa Betawi. Dalam hal ini bahasa Betawi mirip bahasa Melayu di Sumatra.


Daftar bahasa di Sumatra adalah sebagai berikut: Abung, Aceh, Alas-Kluet, Bangka, Basemah, Angkola, Mandailing, Simalungun, Toba, Bengkulu, Col, Dairi, Devayan, Duano, Enggano, Gayo, Haji, Kaur, Karo, Kerinci, Komering, Kubu, Lampung, Lematang,Lengkayap, Loncong, Lubu, Melayu, Belitung, Jambi, Deli, Palembang, Riau, Mentawai, Minangkabau, Musi, Nias, Ocu, Pekal, Penesak, Rejang, Sakai, Sekayu, Sigulai dan Simeulue (Wikipedia)     

Lantas bagaimana sejarah bahasa di Sumatra dan bahasa di Jawa? Seperti disebut di atas bahasa di Jawa jumlahnya sedikit sebaliknya di Sumatra jumlahnya banyak. Bahasa Betawi di Jawa mirip bahasa Melayu di Sumatra. Bagaimana bahasa Sanskerta dan relasi bahasa Batak dan Melayu, dan relasi bahasa Kawi dan Jawa? Lalu bagaimana sejarah bahasa di Sumatra dan bahasa di Jawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 25 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (100): Bahasa Hakka - Khek Bangka Belitung dan Migran Asal Tiongkok Masa ke Masa; Bahasa Hakka dan Mandarin


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Orang Tionghoa Indonesia telah tinggal di Kepulauan Bangka Belitung selama berabad-abad. Bangka Belitung salah satu daerah dengan jumlah orang Tionghoa terbanyak di Indonesia. Imigran Cina datang ke kepulauan Bangka Belitung pada tahun 1700–1800an. Banyak orang Hakka dari berbagai wilayah di Guangdong datang sebagai penambang timah. Tionghoa pulau Bangka berbeda dengan pulau Belitung. Generasi pertama tiba di pulau Bangka, berdarah campuran (peranakan). Tionghoa Belitung dianggap lebih murni (totok).


Bahasa Hakka berarti "bahasa keluarga tamu" atau di Indonesia disebut Khek adalah bahasa dituturkan oleh orang Hakka, yakni suku Han yang tersebar di kawasan pegunungan provinsi Guangdong, Fujian dan Guangxi di Republik Rakyat Tiongkok. Masing-masing daerah ini juga memiliki khas dialek Hakka yang agak berbeda tergantung provinsi dan juga bagian mana mereka tinggal. Menurut ahli bahasa Hakka di awal abad ke-20 Donald Maciver, Bahasa Hakka di satu sisi masih berkerabat dengan Bahasa Kanton dan di lain dengan Bahasa Mandarin. Bahasa Hakka diwariskan dari bahasa rakyat Tiongkok Utara yang mengungsi ke selatan Tiongkok sejak periode Dinasti Song dan Dinasti Yuan. Bahasa ini mendapatkan namanya dari penyebutan kelompok penuturnya oleh orang Kanton di Provinsi Guangdong "Hakka". Di daerah lain seperti di Jiangxi atau Fujian, umummnya tidak mengenal istilah Hakka, melainkan "ThĂº-fa" yang berarti "Bahasa Lokal" untuk membedakan mereka dengan penutur bahasa lain. Meixian, dahulu dinamakan Jiayingzhou (Hakka: Ka-yin-chu) adalah konsentrasi Hakka terbesar di Guangdong, maka bahasa Hakka standar adalah Bahasa Hakka dialek Meixian. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Hakka di Bangka Belitung dan migran asal Tiongkok masa ke masa? Seperti disebut di atas populasi orang Cina (kini Tionghoa) asal Tiongkok cukup banyak di Bangka Belitung. Bagaimana bahasa Hakka dengan bahasa Mandarin? Lalu bagaimana sejarah bahasa Hakka di Bangka Belitung dan migran asal Tiongkok masa ke masa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (99):Bahasa Sekak dan Suku Laut di Pesisir Kepulauan Bangka Belitung; Ragam Dialek-Dialek Bahasa Melayu


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Sekak adalah kelompok etnis yang mendiami kepulauan Bangka Belitung. Sekak merupakan salah satu suku tua yang mendiami pesisir sepanjang Pulau Bangka. Sebagian besar masyarakat suku ini masih menganut animisme atau kepercayaan lokal. Suku ini mendiami daerah di pesisir pantai di daerah utara Pulau Bangka. Suku Sekak merupakan keturunan suku Mantang, salah satu suku tertua yang merupakan bagian dari suku Laut.

 

Mengenal Lebih Dalam Suku Sawang Di Bangka Belitung, Simak Berdasarkan Historis, Ciri-ciri dan Bahasa. Trendberita. com. Pulau Bangka memiliki beberapa suku asli yang hingga kini masih memegang prinsip dan kearifan lokalnya seperti suku Sawang dan suku Lom atau suku Sekak. Di pulau Belitung suku Sawang adalah kelompok etnis yang hidupnya berpindah-pindah di laut kawasan pantai pulau-pulau kecil yang bisa dikatakan sebagai suku yang hidup di daerah laut atau orang laut. Suku Sawang dikenal juga dengan sebutan suku Laut atau suku Sekak. Di pulau Belitung, suku Sawang tinggal di daerah Juru Seberang, Kampung Baru/Kampung Laut, dan Gantung. di pulau Bangka suku Sawang ini berada di pulau Lepar dan pulau Pongok di bagian selatan pulau Bangka. Suku Sawang terkenal sebagai pemandu, penyelam, dan nelayan yang andal, hidup di perahu dari satu tempat ke tempat lain. Orang Sawang memiliki warna kulit lebih gelap, rambut lurus dan sebagian bergelombang, badan kekar dan tegap. Bahasa suku Sawang bernama bahasa Sekak, bahasa Melayu dialek yang berbeda suku asli lain di daerah Belitung. (https://www.trendberita.com/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Sekak dan suku Laut di pesisir kepulauaan Bangka Belitung? Seperti disebut di atas orang Sekak di wilayah pesisir Bangka Belitung berbahasa Sekak. Raham dan dialek-dialek bahasa Melayu. Lalu bagaimana sejarah bahasa Sekak dan suku Laut di pesisir kepulauaan Bangka Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 24 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (98): Bahasa Belitung Pulau Belitung dan Ragam Suku; Ameng, Bangka, Laut, Mapur, Sawang, Sekak dan Tionghoa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Belitung di pulau Belitung. Sebagian orang Belitung mendiami pulau Mandanau, Gresik, Seliu, Kalimambang, dsb. Mayoritas dari penduduk pulau Belitung ialah orang Melayu yang juga memakai dialek Melayu. Suku-suku di Belitung adalah Ameng Sewang, Bangka, Laut, Mapur, Melayu, Sawang, Sekak, Tionghoa Bangka-Belitung.


Bahasa Melayu Belitung merupakan sebuah dialek dari bahasa Melayu yang menjadi bahasa ibu oleh masyarakat asli di Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung. Masyarakat asli Belitung ialah orang-orang yang berasal dari Belitung dan memakai bahasa Melayu dialek Belitung sebagai bahasa pertama dalam kehidupan sehari-harinya. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Belitung di pulau Belitung dan ragam suku? Seperti disebut di atas bahasa Belitung di pulau Belitung. Ragam suku-suku di Belitung antara lain Ameng, Bangka, Laut, Mapur, Sawang, Sekak, Tionghoa. Lalu bagaimana sejarah bahasa Belitung di pulau Belitung dan ragam suku? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (97): Bahasa Bangka Pulau Bangka - Ragam Dialek di Bangka; Dialek Bahasa Melayu di Bangka dan di Betawi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Bangka atau Melayu Bangka adalah kelompok etnis yang mendiami Pulau Bangka di Provinsi Bangka Belitung. Orang Bangka menuturkan bahasa Bangka. Bahasa Bangka adalah dialek bahasa Melayu di pulau Bangka dengan beragam variasi bahasa.


Bahasa Bangka atau BasĂ© Bangka adalah bahasa yang dituturkan di Pulau Bangka. Bahasa Bangka terdiri 4 dialek: Ranggi Asam, Tua Tunu, Jeriji, Tempilang. Dialek Ranggi Asam dituturkan di Ranggi Asam, Jebus, Bangka Barat; Dialek Tua Tunu dituturkan di Tua Tunu, Gerunggang, Kota Pangkal Pinang; Dialek Jeriji dituturkan di Jeriji, Toboali, Bangka Selatan; Dialek Tempilang dituturkan di Tempilang, Tempilang, Bangka Barat. Secara umum hampir mirip dengan bahasa Betawi. Itu hanya kilasan saja. Bahasa Bangka memang tergolong unik dan terbilang begitu kompleks, karena walaupun berada dalam satu kawasan yang sama belum tentu dialek nya akan sama pula. Bisa sama atau berbeda sama sekali. Dialek Bangka bagian timur tidak sama dengan dialek Bangka bagian Selatan. Begitu juga di daerah Bangka bagian utara dan barat. Bangka bagian Timur dengan Ibu kota Belinyu memiliki dialek lebih kental menggunakan akhiran O dan E bahasa ngapo dan bahasa panji mirip dialek Palembang. Sedangkan Bangka Selatan lebih akrab dengan akhiran “E” kuat (logat Melayu Malaysia). (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Bangka di pulau Bangka dan ragam dialek di pulau Bangka? Seperti disebut di atas, bahasa Bangka adalah dialek bahasa Melayu di pulau Bangka dengan ragam variasi. Dialek bahasa Melayu di Bangka dan di Betawi. Lalu bagaimana sejarah bahasa Bangka di pulau Bangka dan ragam dialek di pulau Bangka? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 23 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (96): Bahasa Pubian, Dialek Bahasa Lampung, District Lampung; Jumlah Populasi Lampung, Jumlah Populasi Pubian


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Pubian termasuk dalam masyarakat adat Lampung Pepadun, yang merupakan satu dari dua adat terbesar yang ada di Lampung. Masyarakat Pepadun menganut sistem kekerabatan patrilineal. Asal mulanya suku ini disebut Pubian disebabkan nenek moyang suku Pubian yang masuk melewati pinggiran Way Pengubuan dan hulu Way Pubian. Suku ini paling banyak ditemukan di wilayah pedalaman dan dataran tinggi. Dialek bahasa yang digunakan oleh suku Pubian adalah Bahasa Lampung dialek “A” yang biasa digunakan masyarakat adat Lampuung Saibatin atau Pesisir. Pubian merupakan satu dari sembilan marga di Lampung Tengah.


Bahasa Lampung Pubian merupakan salah satu dialek dalam bahasa Lampung, yang dituturkan oleh masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan tepatnya di kawasan Natar dan Tegineneng. Bahasa ini juga dituturkan oleh masyarakat Kabupaten Lampung Tengah dan Kota Bandar Lampung (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Pubian di wilayah Lampung dan dialek bahasa Lampung? Seperti disebut di atas bahasa Pubian adalah dialek bahasa Lampung. Bahasa Lampung dialek A, Lampung Saibatin dan Lampung wilayah pesisir. Lalu bagaimana sejarah bahasa Pubian di wilayah Lampung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (95): Bahasa Abung Wilayah Lampung; Bahasa Lampung di Pedalaman, Bahasa Melayu di Wilayah Pesisir Pantai

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Abung merupakan bagian/puak dari suku Lampung. Suku Abung tersebar di sebelah utara berbatasan dengan Sungkai dan Way Kanan, sebelah barat berbatasan dengan daerah Lampung Barat, sebelah selatannya berbatasan dengan Lampung Selatan, dan sebelah timur berbatasan dengan Laut Jawa. Suku Abung sering disebut juga Abung Bunga Mayang. Bahasa Abung masih termasuk rumpun Melayu.


Pronomina dialek Lampung Abung. HM Junaiyah. 1993. Abstrak. Bahasa Lampung dipakai di Propinsi Lampung. Bahasa Lampung terdiri atas dua dialek, dialek Nyo 'apa' atau dialek Api 'apa' (Van Roijen 1930), dialek O dan A (Hadikesuma 1988 atau dialek Abung dan dialek Pesisir (Walker 1976). Nama dialek Pesisir dan dialek Abung yang diberikan Walker sesuai dengan nama yang diberikan oleh penutur asli itu sendiri. Dialek Abung digunakan di (1) Kabupaten Lampung Utara, yaitu meliputi Kecamatan Kotabumi, Kecamatan Abung Besar, Kecamatan Abung Barat, Kecamatan Abung Timur, dan Kecamatan Abung Selatan; (2) Kabupaten Lampung Tengah, yang meliputi Kecamatan Sukadana, Kecamatan Gunung Balak, Kecamatan Gunung Sugih, Kecamatan Wai Jepara, Kecamatan Seputih Surabaya, Kecamatan Seputih Mataram, Kecamatan Terbanggi Besar, dan Kecamatan Padang Ram; (3) Kabupaten Lampung Selatan terdapat di dua buah desa, yaitu di desa Muara Putih, Negara Ratu, Kecamatan Natar; (4) Kotamadia Bandar Lampung, yaitu di desa Jagabaya, Gunung Agung, Gedung Meneng, Rajabasa, dan Labuhan Ratu. (https://lib.ui.ac.id/)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Abung di wilayah Lampung? Seperti disebut di atas bahasa Abung adalah dialek bahasa Lampung. Bahasa Lampung di pedalaman, bahasa Melayu di pesisir pantai. Lalu bagaimana sejarah bahasa Abung di wilayah Lampung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 22 Oktober 2023

Sejarah Bahasa (94): Bahasa Menggala di Tulang Bawang di Timur Laut Lampung; Sungai Mesuji dan Sungai Tulang Bawang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Tulang Bawang terdapat di Provinsi Lampung, tersebar di wilayah adat Pepadun: Menggala, Mesuji, Panaragan dan Wiralaga. Pepadun adalah salah satu dari dua Suku Bangsa Lampung adat yang terdapat di Lampung. Menurut cerita asal usul suku Tulang Bawang, bahwa para leluhur suku Tulang Bawang berasal dari Suku Bangsa Lampung memasuki wilayah mereka sekarang ini melalui pinggiran Way Tulangbawang. Mego Pak. Maksud dari Mego Pak adalah suku Tulang Bawang ini memiliki empat mego (marga): Puyang Umpu, Puyang Bulan, Puyang Aji, Puyang Tegamoan.


Bahasa Lampung Menggala merupakan subdialek bahasa Lampung dialek Abung (dialek Nyo). Bahasa Lampung Menggala sampai saat ini masih dituturkan oleh masyarakat di Kabupaten Tulang Bawang meliputi kawasan Menggala, Tulang Bawang Udik, Tulang Bawang Tengah, Gunung Terang, dan Gunung Aji. bahasa ini termasuk kedalam rumpun bahasa Lampung berdialek O. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Menggala, bahasa Tulang Bawang di timur laut Lampung? Seperti disebut di atas bahasa Menggala juga disebut bahasa Tulang Bawang. Sungai Mesuji di utara dan sungai Tulang Bawang di selatan. Lalu bagaimana sejarah bahasa Menggala, bahasa Tulang Bawang di timur laut Lampung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bahasa (93):Bahasa Komering;Hulu Sungai Komering di Danau Ranau di Batas Lampung, Muara di Sungai Musi Palembang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini

Suku Kumoring atau Komering adalah salah satu suku bangsa pribumi Sumatera Selatan yang mendiami sepanjang aliran sungai Komering. Suku Komering banyak dijumpai di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Komering Ilir, dan Ogan Komering Ulu Selatan. Suku Komering merupakan salah satu suku terbesar di Sumatera Selatan, dimana suku ini merupakan salah satu rumpun suku Lampung yang sangat berbeda dengan suku-suku di Sumatera Selatan pada umumnya yang kebanyakan rumpun suku Melayu. Suku Komering berasal dari Kepaksian Sekala Brak kuno yang telah lama bermigrasi ke dataran Sumatera Selatan pada sekitar sebelum abad ke-7 dan telah menjadi beberapa kebuayan atau marga.


Bahasa Komering adalah sebuah bahasa yang dituturkan oleh Suku Komering. Beberapa linguis menyatakan bahwa bahasa Komering merupakan dialek dari bahasa Lampung. Sebagian besar linguis menggolongkan bahasa Komering dan bahasa Lampung ke dalam rumpun yang sama, yaitu kelompok keluarga dari Rumpun Bahasa Lampung atau Lampungik. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa Komering? Seperti disebut di atas bahasa Komering dituturkan oleh orang Komering. Sungai Komering, berhulu di danau Ranau batas Lampung, bermuara di sungai Musi, Palembang. Sepanjang apakah sungai Komering masa ini dan seberapa panjang masa lampau di zaman kuno. Sungai Komering sejajar garis pantai di timur. Mengapa? Lalu bagaimana sejarah bahasa Komering? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.