Rabu, 01 Maret 2023

Sejarah Malang (16): Banjir, Banjir, Banjir di Wilayah Malang: Kanal dan Tata Kelola Penanggulangan Bahaya Banjir di Malang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Malang bukanlah kota air, karena letaknya di pegunungan. Kota air berada di wilayah pantai atau Kawasan muara sungai. Kota Malang yang berada di cekungan Malang memiliki banyak sungai. Sungai terbesar adalah sungai Brantas dan sungai Metro yang mana di hilir kedua sungai ini menyatu (melalui waduk Karangkates). Apakah dalam hal ini wilayah Malang khususnya Kota Malang rawan banjir? Banjir, banjir, banjir.


Mengungkap Unsur Air dalam Sejarah Kota Malang: Pengelolaan Assainerring dan Gorong-Gorong Kota 1914-1940. Reza Hudiyanto di dalam Mozaik: Jurnal Ilmu Humaniora, Vol. 12, No.2, Juli-Desember 2012). Air adalah hal yang paling penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Menurut Karl Wittfogel dalam teori Masyarakat hidrolik-nya, negara birokrasi muncul dari sungai. Dalam kasus Asia Tenggara, sebagian besar negara pada 300-1200 CE berlokasi di sekitar sungai yang lebih rendah. Namun, masalah air masih disisihkan dalam historiografi perkotaan Indonesia. Hampir semua topik yang dibahas berkenaan dengan lahan, misalnya pemerintah daerah, konflik ruang, transportasi dan banyak masalah lahan lainnya. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan untuk menggambarkan pembangunan dan pengoperasian sistem air limbah di Malang. Karena kota-kota tumbuh cepat di tahun 1920-an, air limbah menjadi masalah mendesak yang harus dipecahkan. Resiko tinggi epidemi yang disebabkan oleh air tersumbat adalah alasan utama bagi Gemeente untuk membuat sistem saluran pembuangan, dan pada gilirannya, sistem tersebut merupakan factor pendorong dihapuskannya otonomi desa pada tahun 1926. Penelitian ini menggunakan metode historis. Jejak sejarah sistem drainase di Malang menghasilkan tiga poin: Pertama, banjir tahunan di Malang tidak pernah berulang sejak Pemerintah Kota Malang membangun sistem selokan. Kedua pembangunan sistem drainase pada gilirannya membuka jalan untuk menghapus otonomi desa, dan ketiga, sistem drainase baru tidak mengubah adat setempat. (http://journal.unair.ac.id/) 

Lantas bagaimana sejarah banjir di wilayah Malang? Seperti disebut di atas, wilayah Malang khususnya di di cekungan (lembah) Malang terdapat banyak sungai. Dua sungai besar adalah sungai Metro dan sungai Brantas. Pembangunan kanal merupakan salah satu upaya penanggulangan bahaya banjir di Malang. Lalu bagaimana sejarah banjir di wilayah Malang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Malang (15): Gempa di Wilayah Malang dan Peta Gempa dari Masa ke Masa; Tidak Perlu Khawatir Tapi Tetap Waspada


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Malang dalam blog ini Klik Disini

Wilayah Indonesia adalah wilayah gempat, tidak hanya karena factor geologi (tektonik) juga geomorfologi (vulkanik). Dua jenis gempa ini dapat menimbulkan bencana, korban jiwa dan korban benda dan korban lingkungan. Dalam hal ini wilayah Malang juga wilayah rawan gempa. Kejadi gempa di wilayah Malang sudah tercata sejak lama.


Sejarah Gempa Besar di Malang pada Abad 19. SejarahDalam arsip sejarah mencatat, ternyata pernah ada dua gempa besar di Malang yang terjadi pada abad 19 atau tahun 1800-an. Bencana alam tersebut memporak-porandakan Malang yang kala itu belum resmi menjadi kota. Catatan gempa besar itu dapat ditelusuri melalui beberapa penelitian terkait bencana kegempaan yang pernah mengguncang Malang. Salah satunya adalah Indonesian’s Historical Earthquakes, yang diterbitkan Australian Government melalui Geoscience Australia. Terbitan itu bersumber dari catatan para ahli geologi. Catatan penting itu turut serta menjadi bukti penguat adanya peristiwa gempa besar tersebut. Setidaknya ada dua gempa besar yang sempat menjadi bencana dahsyat di Malang kala itu. Gempa besar pertama terjadi di Malang pada 10 Juni 1867 silam. Gempa itu dicatat oleh sebuah buku berjudul Beknopte Beschrijving van De Aardbeving; Die Het Eiland Java In Den Ochtend Van Den 10 Den Juni 1867 Heeft Geteisterd. Buku itu ditulis oleh L Van Laar pada tahun 1867. Dalam buku tersebut disebutkan, gempa itu berkekuatan 7 MMI, dengan keterangan ‘stone building suffered heavy damage’ atau bangunan batu mengalami kerusakan berat. Sementara itu, gempa besar kedua tercatat memiliki kekuatan 4 MMI. Gempa itu mengguncang wilayah Malang pada 22 November 1818. Gempa ini tercatat dalam buku Die Erdbeden Indischen Archipels Von 1858 Bis 1877. Penulis bernama A Wichmann menulis buku ini pada 1922 silam. Si penulis memberikan keterangan ‘a weak shock was felt’ atau kejutan yang dirasakan lemah. (https://www.wearemania.net/)

Lantas bagaimana sejarah gempa di wilayah Malang dan peta gempa era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti disebut di atas bahwa wilayah Malang, termasuk rawan gempa. Seperti kata ahli tempo doeloe tidak perlu khawatir tapi tetap waspada. Lalu bagaimana sejarah gempa di wilayah Malang dan peta gempa era Pemerintah Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.