Kamis, 31 Desember 2020

Sejarah Aceh (34): Sejarah Penduduk Aceh, Sejak Era Hindu, Islam dan Eropa; Mangapa Banyak Migran Atjeh di Pulau Jawa 1920?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Aceh dalam blog ini Klik Disini

Sejarah penduduk nyaris tidak pernah ditulis dimana pun termasuk di Aceh. Padahal penduduk adalah domain terpenting dari suatu wilayah dimana penduduknya  berdiam di wilayah tersebut. Tentu saja sangat sulit menemukan catatan kependudukan tentang kelahiran dan kematian. Hal itulah yang menyebabkan sejarah kependukan bukan perhatian yang menarik. Namun demikian sejarah kependudukan tetaplah penting paling tidak untuk sekadar mengetahui jumlah, persebaran dan perpindahan yang terjadi. Jika tidak secara kuantitatif paling tidak dapat menggambarkan secara kualitatif.

Pada zaman doeloe tidak ada batas-batas administrasi yang jelas. Setiap penduduk bebas melakukan perpindah. Namun bagaimana mengetahui adanya perpindahan adalah jika terdapat penduduk yang memiliki bahasa dan budaya yang sama tetapi terpisah dari wilayah induknya. Sebagai misal dapat diterangkan adanya orang-orang Bugis di Sumatra atau adanya orang-orang Jawa di Lampung dan bahkan di Suriname. Untuk jarak perpindahan yang pendek dapat dijelaskan mengapa ada orang Mandailing dan Angkola serta Minangkabau di (Semenanjung) Malaya. Sudah barang tentu bagaimana orang Cina ditemukan di banyak tempat. Namun catatan statistik baru ditemukan di era Pemerintah Hindia Belanda seiring dengan diberlakukannya aturan perpindahan.

Lantas bagaimana sejarah penduduk Aceh? Seperti disebut di atas, hal itu memang akan banyak kesulitannya daripada kemudahannya untuk mengetahuinya. Namun jika tidak dimulai kapan lagi. Kita mulai dari yang mudah yakni hasil Sensus Penduduk 1930. Satu yang jelas pada Sensus Penduduk 1920 ditemukan cukup banyak orang Atjeh di Jawa. Lalu bagaimana sejarah awal kepndudukan di Atjeh? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Sensus Penduduk 1930

Dalam Sensus Penduduk 1930, provinsi Atjeh dibagi ke dalam enam afdeeling: Groot-Atjeh, Pidie, Noordkust van Atjeh, Oostkust van Atjeh, Gajo en Alaslanden, dan Westkust van Atjeh. Secara keseluruhan jumlah penduduk provinsi Atjeh sebanyak 975.945 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 495.840 jiwa dan perempuan sebanyak 480.105 jiwa. Jumlah terbanyak berada di Noordkust van Atjeh dan Westkust van Atjeh. Yang paling sedikit di Gajo en Alaslanden.

Sebagian besar (86.5 persen) penduduk lahir di afdeeling sendiri. Namun jika diperhatikan menurut afdeeling, persentase tertinggi berada di afdeeling Pidi (96.0 persen) dan yang terendah di afdeeling Oostkust van Atjeh (56.5 persen). Di afdeeling Groot Atjeh sendiri sebesar 83.9 persen. Perpindahan antarafdeeling relatif kecil mengindikasikan penduduk Atjeh relatif kecil yang merantau. Rendahnya proporsi yang lahir di afdeeling, mengindikasikan banyak pendatang dari luar Atjeh. Orang yang lahir di Sumatra cenderung menuju pantai timur Atjeh di Afeeling Oostkust van Atjeh dan  Noordkust van Atjeh, sedangkan pendatang yang lahir di Jawa dan Madura menuju Oostkust van Atjeh. Dari hasil sensus ini tercatat sebanyak 2.227 jiwa tidak diketahui kelahirannya. Siapa mereka ini diduga kuat eks budak.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Penduduk Atjeh dari Masa ke Masa

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com