Jumat, 24 Januari 2020

Sejarah Menjadi Indonesia (36): Penulisan Sejarah Baik dan Benar; Apakah Terjadi Pengubahan Informasi Sejarah Wikipedia?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Belum lama ini muncul soal kontroversi Sunda Empire, Bahkan soal Sunda Empire ini telah menjadi tema tunggal dalam Program ILC stasion televisi TVOne. Okelah itu satu hal. Satu hal lain yang menarik, justru pasca siaran itu, Roy Suryo menduga telah terjadi pengubahan informasi di Wikipedia yang dia duga dapat dihubungkan dengan aktivis Sunda Empire. Pengubahan informasi itu terdapat pada laman Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang bunyinya (menjadi) sebagai berikut:

Kutipan dari Wikipedia
‘.....Sidang Umum pertama, dengan 51 wakil negara, dan Dewan Keamanan, diadakan jln setiabudhi (sunda atlantis) pada Januari 1946.[4] Kedudukan organisasi ini awalnya menggunakan bangunan villa isola di daerah lembang, Bandung, mulai dari 1946 hingga 1952. Penggunaannya sampai gedung Markas Besar PBB di Manhattan telah selesai dibangun.,,,’ Catatan: penulisan jln untuk jalan tidak lazim dalam teks; nama Setiabudhi dan Sunda tidak diawali dengan huruf besar (kapital); sumbernya merujuk pada catatan kaki apakah benar isinya sesuai tanggal akses no 4 "Milestones in United Nations History". Diakses tanggael 17 April 2011; Idem dito selain penulisan nama gedung Isola dan nama tempat Lembang apakah informasi ini mencerminkan fakta yang sebenarnya. Dari sisi penulisan teks laman ini secara keseluruhan memenuhi standar penulisan, tetapi menjadi terganggu dengan penulisan nama orang dan nama tempat, waktu akses pengutipan dan pertanyaan apa yang tertulis dengan fakta yang sebenarnya. 
    
Artikel ini tidak dalam kaitan soal isu Sunda Empire, tetapi perhatian kita terhadap isu tentang soal sistem penulisan, penyebaran informasi dan ketersediaan fasilitas yang memungkinkan setiap orang dapat melakukan akses dengan kode anonim dan mengubah apa yang sudah tertulis atau menambahkan informasi yang tidak berdasar (rujukan). Laman Wikipedia adalah text market. Jika tuduhan Roy Suryo ini benar, pertanyaan kita adalah sejauh mana laman Wikipedia telah dimanfaatkan untuk maksud tertentu. Mewanti-wanti pembaca tentang laman Wikipedia jelas tidak lagi jaman, tetapi laman Wikipedia meski tidak resmi memang dibutuhkan pada masa ini. Persoalannya sudah seberapa banyak informasi Wikipedia yang ‘masuk angin’ oleh tangan-tangan yang tidak kelihatan. 

Sejarah Kota Sibolga (7): Sejarah Sekolah dan Pendidikan; Europeesche Lagere School (ELS) Sibolga dan Lahirnya Tokoh Terkenal


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sibolga dalam blog ini Klik Disini

Pendidikan modern (aksara Latin) belumlah lama di Sibolga. Ada dua jenis sekolah yang didirikan pemerintah di Sibolga. Yang pertama adalah sekolah dasar untuk pribumi (Inlandsche School) dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda tahun 1878 mendirikan sekolah dasar untuk orang Eropa (Europeesche Lagere School/ELS). Namun sekolah ELS ini dipndahkan ke Padang Sidempoean pada tahun 1882 (lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 14-01-1882).

Sekolah Matauli, Pandan, Tapanuli Tengah
Pada tahun 1905 Europeesche Lagere School di Padang Sidempoean kembali dipindahkan ke Sibolga. Pemindahan ini sehubungan dengan semakin banyaknya orang Eropa di Sibolga. Satu siswa yang juga turut pindah ke Sibolga adalah Todoeng Harahap. Setelah menyelesaikan sekolah ELS di Sibolga, Todoeng Harahap pada tahun 1912 berangkat ke Belanda untuk melanjutkan studi. Todoeng Harahap berhasil menyelesaikan pendidikan guru di Belanda pada tahun 1919. Sepulang dari Belanda, Todoeng Harahap diangkat sebagai kepala sekolah HIS di Kotanopan. Kelak, pada tahun 1945, Todoeng Harahap gelar Soetan Goenoeng Moelia menjadi Menteri Pendidikan RI yang kedua menggantikan Ki Hadjar Dewantara.

Sejarah pendidikan di Sibolga sejauh ini belum pernah ditulis. Namun upaya untuk mendokumentasi sejarah pendidikan dan sekolah di Sibolga tetaplah penting. Hal ini mengingat sekolah ELS di Sibolga tempo doeloe telah mengantarkan sejumlah siswa menjadi orang terkenal. Untuk memperkaya pengetahuan kita mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Kota Sibolga (6): Pemerintahan di Kota Sibolga; Onderafdeeling Angkola en Sipirok (Afdeeling Padang Sidempoean)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sibolga dalam blog ini Klik Disini

Kota Sibolga dan Kota Padang Sidempuan adalah kota kembar. Dua kota ini dibangun bersamaan (1843). Oleh karena itu banyak kesamaan antara Kota Sibolga dengan Kota Padang Sidempuan. Namun demikian ada juga perbedaannya. Pada era kolonial Belanda, dua kota ini pernah menjadi ibu kota Residentie Tapanoeli dan tidak pernah menjadi status Kota (Gemeente). Perbedaannya antara lain Sibolga tidak pernah memiliki dewan (raad), tetapi Padang Sidempoean pernah memiliki dewan (raad). Dalam hal ini, kota Padang Sidempoean diatur oleh suatu dewan: Onderafdeelingraad Angkola en Sipirok.

Kota Sibolga mendapat status Kota (gemeente) pada tahun 1946 (era kemerdekaan Indonesia). Wali Kota (Burgemeester) pertama adalah AM Djalaloedin dan digantikan Mangaradja Sorimoeda Siregar (1947-1952). Sebelum kota Sibolga ditingkatkan statusnya menjadi Kota (Gemeente). Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Tapanuli Selatan sudah terbentuk. Bupati pertama Tapanuli Tengah adalah Zainal Abidin gelar Soetan Komala Pontas (1945-1946), lalu kemudian digantikan oleh Prof. Mr. M. Hazairin [Harahap] (1946-1946), AM Djalaloeddin (1946-1947) dan Mangaradja Sorimoeda Siregar (1947-1952). Dalam hal ini dicatat pada periode 1947-1952 jabatan Wali Kota Sibolga dan Bupati Tapanuli Tengah dijabat oleh Mangaradja Sorimoeda Siregar. Ketika Provinsi Sumatra Utara dibentuk secara definitif pada tahun 1951 yang terdiri dari tiga residen (Atjeh, Sumatra Timur dan Tapanoeli), Gubernur pertama adalah Abdul Hakim Harahap (mantan Residen Tapanoeli pada era perang kemerdekaan). Sebagai Residen Sumatra Timur diangkat Moeda Siregar dan residen Tapanoeli Binanga Siregar serta Wali Kota Medan diangkat AM Djalaloedin. Pada tahun 1952 Mangaradja Sorimoeda Siregar diangkat sebagai Asisten Gubernur. Gubenur Abdul Hakim Harahap yang dipromosilkan menjadi Menteri penggantinya adalah Soetan Mohammad Amin Nasution (1953-1956) dan dilanjutkan Soetan Komala Pontas (mantan Wali Kota Sibolga pertama). Dari pergeseran-pergeseran ini tampak para pemimpin dari Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Kota Sibolga berpindah tempat ke Kota Medan. Mereka ini semua adalah Republiken, pemimpin RI di wilayah Tapanoeli.

Lantas apakah faktor adanya dewan di Onderafdeeling Angkola en Sipirok (Afdeeling Padang Sidempoean) yang menyebabkan para pemimpin pertama pasca kemerdekaan RI di Sibolga dan Tapanuli Tengah berasal dari Padang Sidempoean? Pasca kemerdekaan, orang Padang Sidempoean juga menjadi Wali Kota di Medan, di Padang dan di Surabaya. Tentu semua itu menarik untuk diperhatikan. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.