*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini
Ciluar bukanlah nama baru, tetapi nama sungai dan nama tempat yang sudah lama sekali. Nama sungai dan nama tempat Ciluar [Silouaar] paling tidak sudah diidentifikasi pada Peta 1695. Kampong Silouaar ini berada di hilir kampong Kedunghalang [Coudoungalang]. Sungai Ciluar berhulu di dekat sungai Tjiliwong di (kampong) Katoelampa dan bermuara ke sungai Tjiliwong (di sekitar jembatan Cibinong-Bojong Gede yang sekarang).
Ciluar bukanlah nama baru, tetapi nama sungai dan nama tempat yang sudah lama sekali. Nama sungai dan nama tempat Ciluar [Silouaar] paling tidak sudah diidentifikasi pada Peta 1695. Kampong Silouaar ini berada di hilir kampong Kedunghalang [Coudoungalang]. Sungai Ciluar berhulu di dekat sungai Tjiliwong di (kampong) Katoelampa dan bermuara ke sungai Tjiliwong (di sekitar jembatan Cibinong-Bojong Gede yang sekarang).
Kampong Tjiloear (Peta 1695) dan Land Tjiloear (Peta 1860) |
Pada era VOC, wilayah
dua kampong yang bertetangga ini dijadikan tanah partikelir (land) dengan nama
Land Tjiloear dan Land Kampong Baroe atau Land Kedong Halang. Diantara dua land
ini dibentuk land Tanah Baroe. Lantas seperti apa sejarah lebih lanjut dari
(kampong) Tjiloear? Mungkin pertanyaan ini
terkesan sepele dan tidak penting. Namun demikian nama Tjiloear sebagai nama
sungai tentu sangat menarik, karena sungai Tjilioear adalah salah satu sungai
yang bermuara ke sungai Tjiliwong. Tidak hanya itu, sungai Tjiloear ternyata
berhulu di sungai Tjiliwong (dari Tjiliwong ke Tjiliwong). Untuk menambah
pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Kelurahan Ciluar dan Kedung Halang (Now) |
Kanal Tjiloear di Land Tjiloear
Berdasarkan laporan Radermacher terdapat tiga sungai
yakni yang dilewati yakni sungai Tjiloar (pada paal 44), sungai Tjiboeloeh
(paal 45) dan sungai Bata (paal 46) yang mana ketiga sungai ini semuanya jatuh
di sungai Tjiliwong.
Menurut
Radermacher nama Tjimahpar juga disebut Soekaradja. Lahan Soekaradja dijual oleh
VOC kepada Aria sebesar empat ribu. Lahan ini memiliki 22 kampung dan 1.500 jiwa.
Tidak diketahui kapan penjualan dilakukan. Kini lahan tersebut memiliki kanal
(slokkaan) yang besar yang membuatnya penuh dengan ladang dan sawah. Kanal ini
dari sungai Tjiliwong di Katoelampa menuju kampong Tjiloear. Kampong Tjiloear
bagian dari lahan Soekaradja atau Tjimahpar.
Gambaran ini dinyatakan dalam laporan perjalanan tahun
1777 mengindikasikan suatu geografis yang unik karena sangat jarang sungai yang
bermuara ke sungai Tjiliwong di daerah hilir. Sungai lainnya yang bermuara ke
sungai Tjiliwong adalah sungai Tjimahpar.
Pada Peta 1777 memang tidak banyak
sungai yang bermuara ke sungai Tjiliwong di arah hilir. Sungai-sungai yang
diidentifikasi bermuara ke sungai Tjiliwong di sebelah timur hanya sungai
Tjidjantoeng dan sungai Tjililitan. Oleh pemilik land Tandjoeng sungai Tjidjantoeng
sebelum jatuh ke sungai Tjiliwong telah dihubungkan dengan sungai Tjililitan.
Sementara sungai yang diidentifikasi di sisi barat sungai adalah sungai di
Bodjoeng Gede, di Tjileboet dan di Pondok Tjina (yang jatuh ke sungai Tjiliwong
di Serengseng, sekitar UI yang sekarang). Dalam peta ini sudah diidentifikasi
rencana pembangunan kanal Tjipakantjilan yang diintegrasikan dengan sungai
Tjiwaringin yang mana sebagian airnya diintegrasikan dengan sungai Tjileboet
dan sebagian jatuh ke sungai Tjiliwong di Kedong Badak (dekat Warung Jambu yang
sekarang).
Sungai Tjiloar
memisahkan land Tjimahpar-Soekaradja dari land Kampomg-Baroe-Kedong Halang. Sungai
Tjiloear mengairi banyak persawahan untuk menyuburkan sawah. Demikian menurut
pengamatan Radermacher tahun 1777.
Pada era Gubernur Jenderal van Imhoff
ada beberapa kanal yang dibangun di Buitenzorg, antara lain kanal Seuseupan
atau kanal Tjibalok dan kanal Katoelampa. Penggalian kanal ini menurut
Radermacher dimulai pada tahun 1749. Kanal Katoelampa ini dibangun menuju Tjiloear
ke jalan raya dan sebagian airnya diintegrasikan dengan sungai Tjiloear. Kanal
ini mengalir ke jalan raya di kampong Tjiloear. Sedangkan sungai Tjiloear
mengalir di dekat kampong Tjiloear. Kampong Tjiloear berada diantara kanal dan
sungai Tjiloear.
Dalam
perkembangannya untuk pencetakan sawah baru lalu dilakukan penggalian sungai
Tjikeas untuk dialirkan ke kanal sisi timur sungai Tjikeas di Soekaradja. Pada
saat kunjungan Radermacher penggalian ini tengah berlangsung. Dengan adanya sodetan
ini semakin banyak kanal untuk pengairan sawah.
Sementara panggalian kanal Tjikear dilakukan
di sisi timur sungai, pada waktu sebelumnya sudah dimulai penggalian kanal
Tjipakantjilan yang diintegrasikan ke sungai Tjiwaringin. Sebagian airnya
dihubungkan dengan sungai Tjileboet dan sebagian yang lain pengairan sawah yang
kemudian airnya jatu ke sungai Tjiliwong di Kedong Badak. Pada saat kunjungan
Radermacher ini belum dibuka jalur ke sungai Tjiliwong. Penggalian dimulai
tahun sebelumnya (1776).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Land Tjiloear dan Groote Postweg
Land Tjiloear
telah silih berganti pemilik. Setelah VOC dibubarkan pada tahun 1799 era baru
dimulai yang mana Kerajaan Belanda membentuk Pemerintah Hindia Belanda. Program
nyata dari pemerintahan yang baru ini pada era Gubernur Jenderal Daendels
(1808-1811) dibangun jalan pos dari Batavia ke Soerabaja via Buitenzorg. Ruas
jalan pos antara Batavia-Buitenzorg ini melalui kampong Tjiloear (jalan lama
ditingkatkan menjadi jalan pos kelas pertama). Namun tidak lama kemudian
terjadi pendudukan Inggris tahun 1811.
Java government gazette, 22-05-1813 |
Sebuah iklan yang dimuat pada surat kabar Java government
gazette, 22-05-1813 menyebuitkan bahwa sebagian lahan Soekaradja sekarang
berganti nama menjadi Tjiloear, Di lahan Tjiloear ini terdapat rumah batu dan rumah
papan di atas pilar-pilar batu, Juga meliputi kamar Slave, kandang kuda,
bangunan kendaraan dan sebagainya. Batas-batasnya di utara land Nangewer milik
WVH van Riemsdijk; sebelah selatan land Campong Baroe; timur berbatasan dengan
kanal dan sebelah barat sungai Tjiloear. Luas lahan disebut. Lahan ini dimiliki
oleh Pieter Teney yang akan dijual ke publik.
Untuk sekadar catatan tambahan bahwa kebijakan tanah-tanah partikelir ini dimulai di sekitar Batavia. Pada 1639 yang sebelumnya pinjaman diubah menjadi kepemilikan (land). Pada tahun 1667, tanah Tjiloear menjadi tanah kepemilikan. Pada tahun 1686 ditetapkan bahwa mulai sekarang milik pribadi akan diserahkan hanya terhadap penilaian atau penjualan publik. Dalam perkembangannya land-land tertentu dimekarkan dengan membantuk land baru, seperti land Tjiloear.
Pada tahun 1814
diberitahukan bahwa sehubungan dengan selesainya jembatan baru di land Tjiloear
dikenakan retribusi bagi kendaraan yang melintas yang meiliputi roda dua atau
roda mepat. Toolbrug ini di bawah kendali Resident Buitenzorg (lihat Java
government gazette, 12-11-1814). Setelah kembaliknya kekuasaan ke Pemerintah
Hindia Belanda, land Tjiloear diketahui dijual oleh pemiliknya (lihat Bataviasche
courant, 14-02-1818).
Pemerintah mengumumkan akan dilelang ke
publik pembangunan pos dan bagian luarnya di sejumlah (lihat Bataviasche
courant, 13-03-1819). Lokasi pos yang dibangun tersebut berada Bidara Tjiena, Tandjong.
Tjimangies. Tjlbienong dan Tjiloar masing-masing secara terpisah. Pendaftaran
dilakukan dalam delapan hari kedepan.
Sejauh ini nama
Tjiloear sebagai land baru semakin penting, tidak hanya berada di jalan Grootepost
dan telah memiliki jembatan baru juga akan dibangun pos (bongkar-muat
barang-barang pos).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar