Tampilkan postingan dengan label Sejarah Menjadi Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Menjadi Indonesia. Tampilkan semua postingan

Selasa, 29 November 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (807): Sejarah Ilmu Sejarah; Sejarah adalah Narasi Fakta dan Data, Ilmu Sejarah=Metodologi Sejarah


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini 

Sejarah ilmu sejarah. Apa itu? Tampaknya tidak ada yang pernah memikirkannya di Indonesia tentang sejarah Indonesia. Lalu apa pentingnya? Nah, itu dia. Yang jelas menurut ahli sejarah tempo doeloe sejarah adalah narasi fakta dan data dan menurut peminat sejarah masa kini ilmu sejarah adalah metodologi sejarah. Kita sedang membicarakan sejarah ilmu sejarah.


Sejarah, historia artinya "mengusut, pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian"; bahasa Arab, tārīkh; bahasa Jerman (geschichte) adalah kajian tentang masa lampau, khususnya bagaimana kaitannya dengan manusia. Dalam bahasa Indonesia, sejarah, babad, hikayat, riwayat, tarikh, tawarik, tambo, atau histori dapat diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau. Ini adalah istilah umum yang berhubungan dengan peristiwa masa lalu serta penemuan, koleksi, organisasi, dan penyajian informasi mengenai peristiwa ini. Para sarjana yang menulis tentang sejarah disebut ahli sejarah atau sejarawan. Peristiwa yang terjadi sebelum catatan tertulis disebut prasejarah. Sejarah juga dapat mengacu pada bidang akademis yang menggunakan narasi untuk memeriksa dan menganalisis urutan peristiwa masa lalu dan secara objektif menentukan pola sebab dan akibat. Ahli sejarah terkadang memperdebatkan sifat sejarah dan kegunaannya dengan membahas studi tentang ilmu sejarah sebagai tujuan itu sendiri dan sebagai cara untuk memberikan "pandangan" pada permasalahan masa kini. Pengaruh kuno telah membantu penafsiran varian bibit sifat sejarah yang telah berkembang selama berabad-abad dan terus berubah hari ini. Studi modern sejarah mulai meluas, dan termasuk studi tentang daerah tertentu dan studi topikal tertentu atau unsur tematik dalam penyelidikan sejarah. Seringkali sejarah diajarkan sebagai bagian dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan studi akademis sejarah adalah ilmu utama dalam penelitian di universitas. Pengertian sejarah menurut para ahli: JV Bryce, sejarah adalah catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat oleh manusia; WH Walsh, sejarah itu menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan penting saja bagi manusia. Catatan itu meliputi tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman manusia pada masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti; Patrick Gardiner, sejarah adalah ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat oleh manusia; Moh. Yamin, sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah ilmu sejarah? Seperti disdebut di atas, sejarah adalah narasi fakta dan data dam ilmu sejarah adalah metodologi sejarah. Bagaimana dengan di Indonesia? Lalu bagaimana sejarah ilmu sejarah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 26 November 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (806): Belanda vs Indonesia Sejak VOC hingga Kedaulatan Indonesia; Siapa yang Paling Menderita?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dalam sejarah Indonesia, hubungan antara orang Belanda dengan orang Indonesia sangat intens, jauh melebihi intensitas Portugis, Spanyol, Inggris dan Prancis. Diantara orang Eropa di Indonesia (baca: Hindia), orang Belanda menjadi penguasa. Kekuasaan orang Belanda mulai sejak pelaut-pelaut Belanda menaklukkan benteng Portugis di Amboina pada tahun 1605. Namun jangan lupa, belum lama  pada tahun 1599 pelaut-pelaut Belanda mengalami malapertaka di Atjeh, yang mana Cornelis de Houtman terbunuh.


Dalam narasi sejarah Indonesia, agak terlupakan, dan boleh dikatakan kurang menyadari, bahwa diantara orang Belanda dalam berbagai generasi, orang Indonesia dianggap lemah, seakan selalu terjajah. Narasi yang menyatakan bahwa Indonesia dijajah Belanda selama 350 tahun sesungguhnya tidak berdasarkan. Ini seakan-akan Belanda selalu di atas angin (berkuasa) sementara orang Indonesia selalu di bawah angin (tertindas). Hal itu tidak sepenuhnya benar. Dalam konteks kolonial Belanda di Indonesia harus dibedakan antar wilayah (ruang) dan antar generasi (waktu). Seperti disebut di atas, orang Belanda sangat menderita di Atjeh tahun 1599. Dalam perjalanan sejarah orang Belanda sendiri di Indonesia, orang Belanda banyak menderita, mulai soal kesehatan yang membawa kematian (wilayah tropis yang sesuai bagi orang Indonesia); kekalahan perang dengan kerajaan-kerajaan dimana banyak para pemimpin Belanda terbunuh. Disamping pertempuran diantara sesama Eropa dimana orang Belanda banyak menjadi korban. Riwayat pilu orang Belanda secara masif terjadi pada pendudukan Inggris (1811-1816) dan pendudukan Jepang (1842-1945) dan jangan lupa dalam perang kemerdekaan Indonesia (1845-1949). Orang Indonesia dapat melupakan pengalaman dijajah di negeri sendiri, tetapi mimpi buruk bagi orang Belanda yang selama 350 tahun di Hindia (baca: Indonesia) harus terusir dari Indonesia. Mereka telah kehilangan selamanya, tentang apa yang mereka sangat inginkan: wilayah Indonesia yang kaya raya (jumlah populasi dan potensi sumberdaya alam). Siapa yang paling menderita: orang Belanda atau orang Indonesia? 

Lantas bagaimana sejarah Belanda versus Indonesia sejak era VOC hingga pengakuan kedaulatan Indonesia, siapa paling menderita? Narasi sejarah hanya menyatakan orang Indonesia dijajah orang Belanda selama 350 tahun, namun itu tidak berdasar. Fakta bahwa orang Indonesia pernah dijajah orang Belanda, tetapi bukan berarti selamanya orang Belanda menarik kekuntungan. Fakta bahwa orang Belanda banyak mengalami kerugian bahkan penderitaan. Orang Indonesia telah melupakan penjajahan, apakah demikian dengan orang Belanda. Lalu bagaimana sejarah Belanda versus Indonesia sejak era VOC hingga pengakuan kedaulatan Indonesia, siapa paling menderita? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 19 Oktober 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (805): Salaka Negara dan Wangsa Kerta; Sejarah adalah Narasi terhadap Fakta dan Data Sejarah


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Kerajaan Salakanegara adalah satu hal. Naskah Wangsakerta adalah hal lain lagi. Berbeda dengan Kerajaan Tarumanagara, sejumlah penulis dan tulisan meragukan keberadaan kerajaan Salakanegara. Juga sejumlah tulisan dan penulis menganggap kontroversi terhadap naskah Wangsakerta. Lantas bagaimana duduk persoalannya? Sementara itu, teks Negarakertagama yang disebut ditulis pada tahun 1365 dianggap sebagai kidung, bukan narasi sejarah. Namun teks ini masih berguna untuk menunjukkan keberadaan fakta dalam sejarah masa lampau.


Kerajaan Salakanagara merupakan kerajaan tertua di Nusantara menurut Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara yang merupakan bagian dari Naskah Wangsakerta. Salakanagara diyakini sebagai cikal bakal suku Sunda, hal ini dikarenakan peradaban Salakanagara dianggap memiliki kesamaan dengan wilayah peradaban orang Sunda selama berabad-abad. Salakanagara dianggap terletak di pantai barat Jawa, yaitu provinsi Banten saat ini. Berdasarkan Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara kerajaan ini didirikan oleh Dewawarman I. Ia dikisahkan sebagai seorang pedagang yang datang dari India yang dikirim untuk menjalin hubungan perdagangan di Yawadwipa. Salakanagara keberadaannya cukup misterius karena sumber sejarah dan bukti arkeologinya tidak ditemukan. Dibandingkan dengan Tarumanagara, kerajaan ini tidak meninggalkan catatan sejarah dan peninggalan lokal yang berwujud seperti prasasti atau reruntuhan candi. Naskah Wangsakerta adalah sekumpulan naskah yang disusun oleh sebuah panitia yang dipimpin oleh Pangeran Wangsakerta dari Cirebon. Penemuan naskah ini dianggap disusun sejak abad ke-17 atau pada tahun 1677 s/d 1698, menurut keterangan yang tertulis di dalamnya. Setidaknya perpustakaan Kesultanan Cirebon mengoleksi 1703 judul naskah, yang 1213 di antaranya berupa karya Pangeran Wangsakerta beserta timnya. Naskah kontroversial ini kini tersimpan di Museum Sri Baduga di Bandung. Naskah-naskah yang dihasilkan oleh panitia Wangsakerta dibagi menjadi beberapa naskah, yang masing-masing berjudul: Pustaka Nagarakretabhumi, Pustaka Dwipantaraparwa, Pustaka Pararatwan i Bhumi Jawadwipa, Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara, Pustaka Carita Parahyangan i Bhumi Jawa Kulwan, Pustaka Samastabhuwana. Naskah-naskah yang disusun oleh panitia Wangsakerta terbuat dari bahan kertas daluang dengan sampul kertas karton dibungkus kain blacu putih dan warna kecoklat-coklatan, tinta berwarna hitam, ukuran aksaranya 5 mm. Menggunakan bahasa dan aksara Jawa yang terkesan dikuno-kunokan (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Salaka Negara dan Wangsa Kerta? Seperti disebut di atas kerajaan Salakanegara adalah satu hal, bahkan berbeda dengan kerajaan Tarumanagara. Sementara naskah Wangsakerta adalah hal lain lagi. Menurut para ahli sejarah zaman doeloe, sejarah adalah narasi terhadap fakta dan data. Lalu bagaimana sejarah Salaka Negara dan Wangsa Kerta? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 18 Oktober 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (804):Etnik Suku AINU, Nenek Moyang dari Orang Jepang? Navigasi Pelayaran Nusantara Capai Jepang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Suku Ainu memiliki sejarah yang rumit? Itu pendapat para peneliti Jepang. Disebutkan asal-usul mereka tidak jelas, tetapi beberapa pakar meyakini mereka adalah keturunan dari penduduk asli yang pernah tersebar di Asia Utara. Orang Ainu sendiri menyebut Hokkaido sebagai Ainu Moshiri (Tanah Ainu). Apakah orang Jepang modern sependapat dengan pengakuan orang Ainu? Siapa yang berpikir bahwa orang Ainu terhubung dengan populasi penduduk di Nusantara? Inang, Ina, Ainan (Hainan), Tainan (Taiwan) dan Ainu.


Suku Ainu adalah satu kelompok etnis pribumi di Hokkaidō, Kepulauan Kuril, dan sebagian besar Sakhalin. Diduga ada 150.000 orang Ainu saat ini; namun tidak diketahui pasti karena banyak orang Ainu yang menyembunyikan asal usul karena masalah etnis di Jepang. Penelitian DNA menyebut mereka keturunan dari suku Jomon kuno di Jepang. Suku Ainu telah tinggal di tempat ini sejak 100.000 tahun sebelum Anak-anak Matahari datang (legenda Ainu). Laki-laki Ainu umumnya berambut lebat. Uji genetik suku Ainu tergolong grup haplo-Y D. Tempat di luar Jepang di mana grup haplo-Y D lazim ditemukan di Tibet dan Kepulauan Andaman. Ciri-ciri tulang tengkorak menunjukkan suku Ainu mirip dengan suku Okhotsk daripada suku Jōmon. Ini sesuai dengan rujukan kepada budaya Ainu sebagai gabungan dari budaya Okhotsk dan Satsumon. Orang Ainu yang masih hidup tidak menyadari garis keturunan mereka, karena orang tua mereka merahasiakan untuk melindungi dari masalah sosial. Etnonim mereka paling terkenal berasal dari kata aynu, yang berarti "manusia" (dibedakan dengan kamuy, makhluk ilahi) dalam dialek Hokkaidō dari bahasa Ainu; Emishi, Ezo atau Yezo adalah istilah-istilah bahasa Jepang, diyakini berasal dari bentuk leluhur kata Ainu Sakhalin modern enciw atau enju, yang juga berarti "manusia". Istilah Utari (artinya "kamerad" dalam bahasa Ainu) kini lebih disukai oleh sejumlah anggota kelompok minoritas ini. Suku Ainu lama dipaksa pemerintah Jepang untuk berasimiliasi dengan orang Jepang (suku Yamato). Pemerintah mengesahkan undang-undang pada tahun 1899 yang menyatakan bahwa suku Ainu adalah "bekas pribumi" (disebut "bekas" karena suku Ainu dimaksud akan berasimilasi). Pada 6 Juni 2008 parlemen Jepang mengesahkan resolusi yang mengakui bahwa suku Ainu adalah "suku pribumi dengan bahasa, kepercayaan, dan kebudayaan yang berbeda" sekaligus membatalkan undang-undang tahun 1899. Budaya Ainu berasal dari sekitar 1200 M dan penelitian mutakhir berpendapat bahwa hal ini berasal dalam penggabungan budaya Okhotsk dan Satsumon (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah etnik Ainu, apakah nenek moyang dari Orang Jepang? Seperti disebut di atas mengabaikan itu, karena menganggap memiliki nenek moyang sendiri. Itu masalah orang Jepang. Apakah dalam hal ini navigasi pelayaran nusantara di zaman kuno sudah mencapai (kepulauan) Jepang? Lalu bagaimana sejarah etnik Ainu, apakah nenek moyang dari Orang Jepang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 17 Oktober 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (803): Bahasa Asli di Formosa dan Aksara Baru di Taiwan; Aksara Bahasa Nusantara, Batak dan Jawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Origin dari negara Taiwan adalah penduduk asli di pulau masuk golongan (suku) bangsa Austronesia (hubungan linguistik dan genetik dengan kelompok etnis Austronesia lainnya yang meliputi orang-orang dari Filipina, Malaysia, Indonesia, dan Oseania). Jelas dalam hal ini penduduk bukan berasal dari daratan (Tiongkok). Lantas bagaimana hubungan pendudukan asli dengan bahasa asli di pulau Formosa dan aksara baru di (negara) Taiwan?


Dua diantara beberapa suku asli di pulau Formosa (kini Taiwan) di bagian pedalaman (pegunungan) adalah Atayal dan Tao. Tao artinya adalah “kita/kami”. Pong So No Daoo (Pulau Anggrek/Orchid Island atau Lanyu) adalah tempat asal orang Tao. Kebiasaan lama penduduk asli pulau Taiwan antara lain pemakaian tattoo dan praktek pengayauan. Dalam perkembangannya terjadi perubahan bahasa dan asimiliasi kebudayaan, serta kontak berkelanjutan dengan para anggota koloni melalui perdagangan, pernikahan silang dan proses silang budaya lainnya, yang mengakibatkan berbagai kematian bahasa dan hilangnya identitas kebudayaan.Contohnya, dari sekitar 26 bahasa yang pernah dipakai penduduk asli Taiwan (secara kolektif disebut sebagai rumpun bahasa Formosa), sekitar sepuluh bahasa sekarang menjadi punah, lima bahasa hampir mati, dan beberapa bahasa meraih status bahasa terancam. Bahasa-bahasa tersebut merupakan signifikansi sejarah yang unik, sejak sebagian besar linguis sejarah menganggap Taiwan sebagai tempat asal dari keluarga bahasa Austronesia. Para pemakai bahasa Austronesia di Taiwan awalnya tersebar di sebagian besar wilayah pegunungan di tengah pulau tersebut dan terkonsentradi di desa-desa di sepanjang daratan aluvial. Orang Han menyebut penduduk asli Taiwan ‘Bangsa Timur Biadab’ sementara Belanda menyebut penduduk asli Taiwan sebagai ‘Indian’ atau "orang kulit hitam". Catatan-catatan terawal yang mendetail, yang berasal dari kedatangan Belanda pada 1624, menyatakan bahwa penduduk-penduduk asli tinggal di desa-desa terpisah dengan berbagai ukuran. Antara desa-desa tersebut, terjadi perdagangan, pernikahan silang, peperangan dan aliansi melawan musuh besar (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah bahasa asli di Formosa dan aksara baru di Taiwan? Seperti disebut di atas penduduk asli pulau Taiwan yang sekarang adalah (suku) bangsa Austronesia (berasal dari kepulauan, bukan dari daratan). Populasi dengan bahasa utama di pulau Sumatra adalah bahasa Batak dan di pulau Jawa adalah bahasa Jawa. Lalu bagaimana sejarah bahasa asli di Formosa dan aksara baru di Taiwan? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 12 Oktober 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (802): Tidak Semua Berbahasa Melayu, Orang Melayu; Bahasa Inggris Jadi Bahasa Lingua Franca


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Orang Melayu di Indonesia adalah salah satu suku. Orang Melayu juga terdapat di wilayah Singapura, Malaysia, Brunai dan lainnya. Siapa Orang Melayu? Mereka yang mengidentifikasi diri dan berafiliasi dengan Orang Melayu. Lalu, siapa yang berbahasa Melayu? Tentu saja ada yang berbahasa Melayu selain Orang Melayu. Lantas, apakah ada Orang Melayu yang tidak berbahasa Melayu?


Bahasa Melayu adalah satu hal. Orang Melayu adalah hal lain lagi. Bahasa Melayu terdiri banyak dialek. Perbedaan dialek mengindikasikan perbedaan kelompok populasi. Hal itulah mengapa ada yang mengidentifikasi di sebagai Orang Jambi, Orang Palembang, Orang Betawi dan sebagainya. Lantas bagaimana terbentuknya bahasa Melayu? Secara historis bahasa Melayu terbentuk dari perpaduan bahasa Sanskerta dan bahasa-bahasa daera, seperti bahasa Jawa dan bahasa Batak. Lalu bagaimana terbentuknya suku Melayu? Satu yang umum diketahui di wilayah Malaysia (khususnya) Semenanjung Malaya, siapapun, dari mana pun berasal, jika seseorang berbahasa Melayu, beragama Islam dan mengikuti tradisi Orang Melayu, maka mereka didientifikasi atau mengidentifikasi sebagai Orang Melayu. Tentu saja tidak demikian, di wilayah pantai timur Sumatra dan pantai barat Kalimantan, bahwa tidak setiap orang yang berbahasa Melayu dan beragama Islam adalah Orang Melayu. Akan tetapi bisa mengidentifikasi sebagai Orang Cina, Orang Batak, Orang Minangkabau, Orang Jawa, Orang Bugis dan sebagainya. 

Lantas bagaimana sejarah tidak semua berbahasa Melayu adalah Orang Melayu? Seperti disebut di atas, di Malaysia khususnya wilayah Semenanjung Malaya, setiap orang berbahasa Melayu dan beragama Islam adalah Orang Malayu. Fakta bahwa seperti halnya bahasa Sankerta, bahasa Melayu pernah menjadi lingua franca. Pada masa ini, secara internasional, bahasa Inggris menjadi bahasa Lingua Franca dan secara nasional Bahasa Indonesia adalah Lingua Franca. Lalu bagaimana sejarah tidak semua berbahasa Melayu adalah Orang Melayu? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 11 Oktober 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (801): ‘Kapal Induk’ Bahasa Indonesia; Bahasa Inggris Kapal Induk- Dunia, Bahasa Indonesia- Asia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Beberapa waktu yang lalu, PM Malaysia usul agar bahasa Melayu menjadi bahasa kedua ASEAN. Menteri Pendidikan RI menolak. Menurut para ahli sejarah Indonesia, Bahasa Indonesia harga mati, selain sudah dideklarasikan 1928 oleh para pemuda, juga oleh para senior telah ditetapkan dalam konstitusi (UUD) pada tahun 1945. Para ahli Bahasa Indonesia telah memantapkan Bahasa Indonesia dalam Kongres Bahasa Indoneisia tahun 1938 di Solo dan diteruskan di Medan pada tahun 1954. Hingga kini, Bahasa Indonesia dijaga melalui kongres bahasa secara berkesinambungan.


Pada tahun 1954, penyelenggara Kongres Bahasa Indonesia di Medan, mengundang hadir pegiat dan ahli bahasa Melayu di Federasi Malaya. Sayangnya, para ahli bahasa Melayu di (negara) Singapoera tidak bisa hadir karena alasan sibuk di Universiti Malaya. Sebaliknya, para golongan muda Federasi Malaya, jurnalis dan penyair datang ke Medan menghadiri kongres sebagai peninjau (disebut peninjau mungkin karena bukan merasa ahli bahasa Melayu). Menjelang kemerdekaan Federasi Malaya tahun 1957, ahli bahasa Melayu dan pengajar di Universiti Malaya Singapoera berkunjung ke Jogjakarta untuk mencari guru-guru Bahasa Indonesia yang bisa bersedia mengajar bahasa Melayu di sekolah-sekolah di Federasi Malaya. Tampaknya keberadaan Bahasa Indonesia, dan keseriusan Kongres Bahasa Indonesia di Medan telah mengubah persepsi para ahli bahasa Melayu di Federasi Malaya: ingin membanguna bahasa Melayu di Federasi Malaya (Semenanjung Malaya). Dalam hubungannya usul PM Malaysia menjadikan bahasa Melayu sebagai bahasa ASEAN, seorang guru besar Malaysia mengibaratkan Bahasa Indonesia adalah kapal induk dan bahasa Melayu di Malaysia sebagai kapal pendamping. Menurut ahli bahasa tersebut bahwa kapal induk Bahasa Indonesia tidak akan berjaya jika tidak ada kapal pendamping. Apa, iya? Bukankan Bahasa Indonesia sejak lama sudah menjadi kapal induk yang tidak memerlukan kapal pendamping? Jika kapal pendamping tentulah ia berada disamping, tetapi ‘tangisan’ guru besar Malaysia itu, seakan menyiratkan posisi bahasa Melayu sudah tertinggal dan jauh berada di belakang kapal induk Bahasa Indonesia. Dalam hal ini apakah kapal induk Bahasa Indonesia memerlukan kapal pendamping? Tidak pernah terpikirkan oleh ahli Bahasa Indonesia. Yang justru ada pada masa kini banyak kapal-kapal follower yang datang dari berbagai negara, termasuk negara Australia. 

Lantas bagaimana sejarah ‘Kapal Induk’ Bahasa Indonesia? Seperti disebut di atas, pemimpin Malaysia mengindinkan bahasa Melayu sebagai bahasa ASEAN dan guru besar Malaysia mengibaratkan bahasa Melayu sebagai kapal pendamping dan Bahasa Indonesia sebagai kapal induk. Namun navigasi bahasa di zaman teknologi informasi sekarang, secara algoritma. bahasa Inggris bagaikan Kapal Induk Dunia dan Bahasa Indonesia bagaikan Kapal Induk Asia. Lantas bagaimana sejarah ‘Kapal Induk’ Bahasa Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 27 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (800): Kontribusi Akademisi Malaysia - Akademisi Indonesia dalam Bernegara; Dinamika Masa ke Masa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Fungsi akademisi dan perguruan tinggi sangat strategis dalam bernegara dan menata proses bernegara yang baik dan benar. Para pemimpin Indonesia sebelum kemerdekaan sudah banyak yang memiliki tingkat pendidikan tingkat perguruan tinggi. Berbeda dengan di Malaysia yang hingga menjelang pemberian kemerdekaan oleh Inggris tahun 1957 sarjana Malaysia (Federasi Malaya) hanya dapat dihitung dengan jari. Dalam memulai bernegara, Indonesia jauh lebih siap dalam ketersediaan orang-orang akademisi (dalam hal ini orang terpelajar begelar akafdemik sarjana).


Dalam berbagai segi antara Indonesia dam Malaysia sangat banyak perbedaannya. Dalam hal yang terkait dengan peran akademisi dapat diperhatikan antara produk awal dalam bernegara antara konstitusi Indonesia (UUD 1945) dengan konstitusi Malaysia (sehiubungan dengan pembentukan negara Federasi Malaysia tahun 1963) yang dikenal sebagai MA (Malaysia Agreemen 1963). Satu yang pasti bahwa MA63 dapat dikatakan produk (pemikiran) orang-orang Inggris, Berbeda dengan Indonesia baik UUD 1945 dan maupun turuanannya dapat dikatakan hasil pemikiran anak bangsa sendiri (bangsa Indonesia) yang terbebas dari asing.  Apa yang menjadi isi konstitusi Melaysia 1963 tidak ada yang memikirkan kecuali hanya disepakati dan cukup dijalankan saja. Satu yang penting dalam fase awal Malaysia ini adalah soal bagaimana pengembangan bahasa resmi negara (bahasa Melayu) dan soal pengembangan pendidikan mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Masih sangat mendasar. Sementara di Indonesia sudah berbicara soal demokrasi, korupsi reorganisasi-reorganisasi dalam tubuh pemerintahan (pusat hingga daerah). 

Lantas bagaimana sejarah kontribusi akademisi Malaysia dan akademisi Indonesia dalam (proses) bernegara? Seperti disebut di atas, ada perbedaan antara Indonesia dan Malaysiia sejak awal, termasuk perbedaan dalam akademisi. Dalam konteks inilah kita berbicara tentang kontribusi para akademisi dalam bernegara. Lalu bagaimana sejarah kontribusi akademisi Malaysia dan akademisi Indonesia dalam (proses) bernegara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (799): Malaysia Dulu-Indonesia Dibelakangi Masa Ini; Bagai Lagu Kau Memulai, Kau Yang Mengakhiri


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Kita pada masa ini kerap bingung membaca narasi sejarah Malaysia. Namun faktanya pada masa lampau tidak demikian. Uniknya para ahli di Malaysia membangun narasi sejarah yang nyaris tak pernah belajar dari sejarah Indonesia. Mangapa membangun narasi sejarah di Malaysia jika isi narasi itu tidak dapat dijalankan di dalam negeri tetapi sebaliknya narasi yang ada justru menyinggung negara lain (terutama Indonesia). Apa yang terjadi di Malaysia? Mengapa akademisi Malaysia kerap membuat bingung oeang Indonesia?


Dalam narasi sejarah Indonesia, meski ada banyak yang masih perlu diperbaiki, tetapi pathnya sudah pada garus yang lurus (benar). Narasi sejarah Indonesia dibangun di atas tanah (ranah) Indonesia. Fakta bahwa Indonesia itu sangat besar, dan sangat luas dengan populasi yang sangay besar. Berbeda dengan Malaysia masa kini yang adakalanya dipersepsikan hanya sebatas Semenanjung Malaya (dilupakan Singapoera dan terlupakan Serawak dan Sabah). Dalam konteks membangun dan mengembangan narasi sejarah Malaysia, sejumlah isu mengemuka, yang notabena adakalnya mrembuat orang Indonesia salah paham dan merasa gerah. Sejumlah isu tersebut yang menjadi menarik perhatian (berifat kontroversi) antara lain: Dominasi kekuasaan Melayu di Malysia, bahasa nasional dan usulan bahasa Melayu menjadi bahasa ASEAN, sistem pendidikan---berbeda Cina dan India, status penjajahan---dijajah vs tidak dijajah, kemederkaan di Malaysia---hari kemerdekaan, tetapi tidak sama, federasi negara dalam soal Sabah---akta dan pelanggaran, peran pahlawan Inggris vs pihak lain yang semua diangga[ komunis, budaya–klaim sejarah, klaim heritage, lupa bantuan Indonesia, hanya ingat Ganyang Malaysia, sengketa pulau dan perbatasan, soal TKI dan merasa diri kaya dan pintar, orang lain di Indonesia dianggap miskin dan bodoh.

Lantas bagaimana sejarah Malaysia tempo dulu dan mengapa Indonesia dibelakangi pada masa Ini? Seperti disebut di atas, ada persepsi yang berubah di Malaysia antara dulu dan sekarang tentang hubungan bernegara dan hubungan antar maysrakat. Persepsi itu cenderung tidak positif dan tidak mendukung suasana kondusif antara kedua negara. Itu menjadi memicu banyak hal soal ketegangan. Ibarat lagu judulnya adalah ‘Kau yang Memulai, Kau yang Mengakhiri. Lalu bagaimana sejarah Malaysia tempo dulu dan mengapa Indonesia dibelakangi pada masa Ini? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 26 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (798): Pelurusan Sejarah Zaman Baru di Indonesia; Narasi Sejarah Indonesia Kini Ada Tidak Reliabel


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sebagaimana pada artikel sebelum ini, ada perbedaan motif para peneliti/ahli sejarah era Hindia Belanda dibandingkan era Indonesia masa kini. Para peneliti masa kini, baik orang Indopnesia maupun orang asing (terutama orang Belanda) tentang sejarah Indonesia (sejarah Indonesia merdeka, sejarah Hindia Belanda, sejarah era VOC/Belanda dan era Portugis serta zaman kuno). Tujuan para peneliti pada masa ini tetap untuk tujuan kebenaran ilmiah, tetapi kerap tergoda dengan motif lainnya. Hal itulah mengapa narasi sejarah Indonesia masa kini tidak sedikit yang kontroversi (relative terhadap era Hindia Belanda).


Ada perbedaan ketersedian data sejarah pada era Hindia Belanda dengan era masa kini. Pada masa kini, para peneliti sudah cukup tinggi ketersediaan data, juga metode pengumpulan data dan analisis lebih canggih dan lebih banyak pilihan untuk yang sesuai. Hanya saja perlua diperhatikan bahwa data-data yang berasal dari era Hindia Belanda ada yang bersifat politis dan ada yang apa adanya. Dokumen-dokumen pemerintah harus dapat dipilah-pilah. Dokumen pemerintahm terutama yang bersifat kebijakan tidak mengacu pada fakta dan data. Selain itu, data yang bersumber dari era Indonesia merdeka meski banyak tersedia tetapi para peneliti tidak semurni pada era Hindia Belanda. Para peneliti masa kini sudah tergoda dengan pesanan (pihak lain) atau tujuan yang lain (tujuan pribadi) yang adakalanya tidak terkait dengan kebenaran ilmiah, tetapi ada yang sebaliknya kesimpulan penelitian yang dibuat malahan untuk tujuan pembenaran.

Lantas bagaimana sejarah pelurusan sejarah zaman baru Indonesia? Seperti disebut di atas, penelitian pada era Hindia Belanda banyak yang tidak valid lagi. Lalu penelitian pada masa ini narasi sejarah Indonesia merdeka banyak yang tidak reliabel. Semua itu karena masuknya motif pribadi yang tidak terkait dengan tujuan kebenaran ilmu pengetahuan. Lalu bagaimana sejarah pelurusan sejarah zaman baru Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (797): Pelurusan Sejarah Zaman Kuno di Nusantara; Narasi Sejarah Hindia Belanda Tidak Valid Lagi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ada perbedaan motif para peneliti/ahli sejarah era Hindia Belanda dibandingkan era Indonesia masa kini. Para peneliti era Hindia Belanda (orang Belanda khususunya) ruang lingkup penyelidikannya sejara era VOC/Belanda dan era Portugis serta zaman kuno. Tujuan mereka hanya satu menemukan fakta yang sebenarnya, menganalisis dengan teliti dari data yang tersedia (saat itu). Motif mereka umumnya hanya bersifat akademik untuk kebenaran ilmu pengetahuan.


Ada perbedaan ketersedian data sejarah pada era Hindia Belanda dengan era masa kini. Pada masa Hindia Belanda, para peneliti terbilang masih sangat terbatas ketersediaan data. Metode pengumpulan data dan analisis masih bersifat manual. Meski tujuannya murni untuk tujuan ilmu pengetahuan, tetapi dengan keterbatasa serupa hasilnya valid pada masa itu tetapi nilai validitasnya berbeda dengan hal yang sama diselidiki kembali. Pada masa ini tidak hanya secara akumulatif data semakin tersedia, tetapi juga semakin terdokumentasi dengan baik. Teknologi informasi masa kini membedakan tools yang digunakan masa lalu. Oleh karenanya banyak hasil penelitian yang dilakukan pada era Hindia Belanda tidak valid lagi. Seharusnya penyelidikan masa kini pada topik yang sama harusnya lebih baik jika dibandingkan pada masa lalu. Satu yang penting hasil-hasil penelitian masa lalu juga perlua dibaca, dipahami agar penyelidikan masa ini dapat membenarkan dan juga dapat memperbaiki kesalahan yang ada.

Lantas bagaimana sejarah pelurusan sejarah zaman kuno Nusantara? Seperti disebut di atas, era Hindia Belanda sudah banyak dilakukan, tetapi dalam konteks narasi sejarah era Hindia Belanda sudah banyak yang tidak valid lagi. Lalu bagaimana sejarah pelurusan sejarah zaman kuno Nusantara? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 25 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (796): Kenduri Swarnabhumi; Sungai Batanghari, Hulu di Sumatra Barat, Hilir Jauh di Muaro Jambi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Kenduri adalah satu haal, sungai Batanghari adalah hal lain lagi. Sejarah sungai Batanghari adalah sejarah yang panjang. Sungai Batanghari berhulu di Solok Selatan (Sumatra Barat) dan berhilir di Muaro Jambi dan Tanjung Jabung (Jambi). Dalam konteks inilah muncul gagasan kenduri Swarnabhumi.


Sungai menjadi bagian penting bagi manusia. Sungai merupakan jalur transportasi yang menghubung-rangkaikan satu lokasi dengan lokasi Dengan demikian, sungai bukan hanya berupa aliran air dari hulu ke hilir, melainkan bersamanya turut mengalirkan peradaban manusia. Satu di antara sungai yang dimaksud adalah sungai Batanghari, sungai Batanghari merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatra. Panjangnya lebih kurang 800 km yang melintasi dua provinsi, yaitu Sumatra Barat dan Jambi, serta melewati sekian banyak kabupaten/kota, di antaranya adalah Kabupaten Solok Selatan, Dharmasraya, Bungo, Tebo, Batanghari, Kota Jambi, Muaro Jambi, dan Tanjung Jabung Timur. Sungai Batanghari mencatat perjalanan panjang sejarah kemelayuan di Sumatra hingga kawasan semenanjung. Setidaknya, hal tersebut telah ditapaki pada abad ke-7 hingga 13 Masehi dengan menjadi jalur perdagangan yang ramai. Tidak hanya para pedagang nusantara yang meramaikannya, melainkan juga dari Cina, India, Persia, hingga Arab dengan berbagai bahan perdagangannya. Maka, tidak mengherankan jika kemudian kita mendapati tinggalan arkeologi dan peninggalan penting lainnya yang menunjukkan adanya suatu peradaban atau pola hidup akuatik di Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari. Prasasrti, candi/situs, area permukiman, perahu kuno, keramik, hingga arsitektur bangunan. Kembali mengingat pentingnya sungai Batanghari bagi peradaban kemelayuan di nusantara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) bersama 14 pemerintah daerah menginisiasi kegiatan Kenduri Swarnabhumi. Kenduri Swarnabhumi ini mengangkat tajuk utama: Peradaban Sungai Batanghari: Dulu, Kini, dan Nanti. Slogan kegiatan tersebut adalah “Cintai budaya kita lestarikan sungai, Cintai sungai kita lestarikan budaya”.(https://kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Lantas bagaimana sejarah kenduri Swarnabhumi? Seperti disebut di atas, gagasan kenduri itu dalam kontek sejarah sungai Batanghari, hulu di Sumatra Barat dan hilir di Muaro Jambi. Lalu bagaimana sejarah kenduri Swarnabhumi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (795): Kenduri Sko di Kerinci; Tanjung Tanah, Antara Pantai Barat Sumatra-Pantai Timur Sumatra


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Wilayah Kerinci adalah wilayah yang unik, berada diantara beberapa wilayah budaya (Batak, Minangkabau, Melayu dan Redjang). Wilayahnya juga strategis berada diantara pantai barat dan pantai timur Sumatra. Wilayah Kerinci awalnya dimasukkan ke wilayah Sumatra Barat tetapi kemudian ke wilayah Jambi (yang sekarang). Satu yang penting di wilayah Kerinci ditemukan teks tua di Tanjung Tanah. Naskah Tanjung Tanah adalah kitab undang-undang yang dikeluarkan oleh kerajaan Melayu pada abad ke-14. Naskah ini merupakan naskah Melayu yang tertua, dan juga satu-satunya yang tertulis dalam aksara Sumatera Kuno yang juga disebut sebagai aksara Malayu. Selain bahasa Melayu, naskah ini juga menggunakan bahasa Sanskerta.


Kenduri Sko adalah rangkaian acara adat berupa peringatan (kenduri) yang dilaksanakan oleh masyarakat suku Kerinci di provinsi Jambi. Acara ini juga disebut dengan istilah Kenduri Pusako (Pusaka). Istilah ‘sko’ berasal dari kata ‘saka’ berarti keluarga atau leluhur dari pihak ibu dan biasa disebut dengan khalifah ngan dijunnung dan waris yang dijawab. Sko sendiri dibagi menjadi sko tanah dan sko gelar, dimana sko gelar dapat diberikan oleh ibu kepada saudara laki-laki dari pihak ibu (mamak). Pada acara ini terdapat dua agenda pokok yaitu acara untuk menurunkan dan menyucikan benda-benda pusaka, dan acara untuk mengukuhkan pada orang yang akan menerima gelar adat. Acara penurunan benda pusaka biasanya dilaksanakan tiap setahun sekali, atau 5-10 tahun sekali, bahkan 25 tahun sekali. Di daerah Tanjung Tanah acara penurunan benda pusaka dilaksanakan setiap 7 sampai 10 tahun. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah kenduri Sko di Kerinci dan Tanjung Tanah? Seperti disebut di atas, Tanjung Tanah di wilayah Kerinci antara Pantai Barat Sumatra dan Pantai Timur Sumatra. Lalu bagaimana sejarah kenduri Sko di Kerinci dan Tanjung Tanah? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 24 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (794): Temuan Harta Karun Barang Kuno Jatuh di Dasar Laut/Tanah; Kapal Karam dan Harta Karun

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Sejarah Indonesia (baca: Nusantara) adalah sejarah yang panjang dari zaman kuno. Peninggalan dari masa ke masa itu ada yang sudah ditemukan dan dilestarikan seperti candi dan prasasti, namun diduga masih banyak yang belum ditemukan. Penemuan baru akan terus berlangsung selama proses pencarian terus dilakukan, apakah dengan segaja atau tidak sengaja. Belum lama ini ada dua tempat ditemukan peninggalan zaman kuno di daerah aliran sungai Musi, Palembang dan di daerah aliran sungai Pinangsori/Lumut, Tapanuli.


Pada bulan Oktober 2021 diberitakan ada penemuan perhiasan emas yang mana ada yang menduga peninggalan masa kerajaan Melayu kuno atau Kerajaan Sriwijaya di Palembang. Perhiasan emas tersebut ditemukan warga di dasar sungai Musi Palembang (Pulau Kemaro). Selama lima tahun terakhir harta yang ditemukan itu nilainya mencapai miliaran rupiah.  Salah satu harta karun tersebut berupa patung Buddha abad ke-8 yang dihiasi permata dan harganya ditaksir mencapai miliaran rupiah. Seorang arkeolog dari Inggris, Dr Sean Kingsley, mengatakan penemuan harta karun di sungai Musi Palembang selama lima tahun terakhir sangat luar biasa. Dia pun mengaitkan harta karun yang diduga peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Selanjutnya pada bulan Desember 2021 diberitakan penemuan harta karun di wilayah Tapanuli Tengah di (desa) Jago-Jago, Kecamatan Badiri (yang kemudian disebut situs Bongal). Penemuan warga tersebut antara lain pecahan gerabah, keramik, gelas-gelas, patung kayu, batu-batuan, koin-koin kuno yang diperkirakan berasal dari masa dinasti Umayyah dan Abbasiyah pada abad ke-6. Untuk menemukan para warga menyelam di kanal dengan kedalaman satu hingga tiga meter bermodal sekop dan ember.

Lantas bagaimana sejarah temuan harta karun barang kuno jatuh di dasar laut? Seperti disebut di atas, dalam tahun-tahun terakhir ini ditemukan berbagai harta karun di dasar laut yang diduga berasal dari masa lampau. Dua tempat yang terkait barang-barang kuno berharga ditemukan di daerah aliran sungai Musi dan daerah aliran sungai Pinangsaori/Lumut (Tapanuli). Lalu bagaimana sejarah temuan harta karun barang kuno jatuh di dasar laut? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (793): Penemuan Kapal Tua di Pantai Jambi-Pantai Rembang; Kapal Hang Tuah-Kapal Relief Borobudur?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Dunia sejarah kita pada masa ini kerap tergunjang karena penemuan baru. Yang membuat kita lebih terguncang adalah setiap penemuan, para ahli yang menemukannnya selalu memberi analisis dan interpretasi yang seringkaali berita hebohnya yang ditinjolkan daripada bagaimana penemuan itu dapat dijelaskan. Hal itulah yang terjadi pada penemuan serpihan kapal tua di Muaro Jambi dan rongsokan kapal-kapal tua di Rembang. Seperti biasa, berita penamuan kuno dihubungkan dengan hal yang heboh lagi. Penemuan di Jambi dihubungkan dengan kapal Hang Tuah dan penemuan di Rembang dihubungkan dengan kapal layar pada relief candi Borobudur.


Dimana temuan kapal kuno di dua tempat itu ditemukan? Di wilayah Jambi temuan itu berada di desa Kota Harapan, kecamatan Muara Sabak Timur, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Juga penemuan dihubungkan dengan penemuan di desa Lambur di kecamatan yang sama. Temuan di wilayah Rembang ditemukan di desa Punjulharjo di kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang. Satu yang pasti penemuan kapal kuno di dua wilayah itu sama-sama berada di pantai/pesisir laut. Pertanyaannya: Apakah penemuan di Jambi itu dapat dihubungkan dengan era Hang Tuah apalagi era Srieijaya? Juga apakah penemuan di Rembang itu dapat dihubungkan dengan Mataram Kuno? Menurut ahli sejarah, jika sesuatu yang hilang di masa lampau dan masih gelap, carilah ditempat yang terang.

Lantas bagaimana sejarah penemuan kapal tua di pantai Jambi dan pantai Rembang? Seperti disebut di atas, penemuan itu berada di garis pantai pada masa ini. Apakah garis pantai masa kini sama dengan garis pantai masa lalu di zaman kuno? Lalu bagaimana sejarah penemuan kapal tua di pantai Jambi dan pantai Rembang? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 23 Agustus 2022

Sejarah Menjadi Indonesia (792): Pejuang Bahasa di Malaysia, Patriotis? Mengapa Tidak Ada Aksara Daerah di Malaysia?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Ada perbedaan masa bagaimana perjuangan bahasa di Indonesia (baca: Hindia Belanda) dan di Malaysia (baca: Semenanjung Malaya). Perjuangan nama Indonesia dimulai tahun 1917 oleh para mahasiswa pribumi di Belanda dalam Kongres Mahasiswa Hindia yang dipimpin oleh HJ van Mook. Lalu gilirannnya perjuangan nama bahasa Bahasa Indonesia dilakukan pada Kongres Pemuda di Batavia tahun 1928. Perjuangan terus dilakukan yakni Kongres Bahasa Indonesia di Solo tahun 1938 dan mengamanatkan nama Bahasa Indonesia dalam konstitusi (UUD 1945). Selesai perjuangan bahasa Indonesia, tinggal menjaganya saja. Bagaimana dengan di Malyasia? Baru masa kini muncul nama-nama pejuang bahasa melayu di Malaysia. Apakah pejuang ini patriotis? Yang jelas era perjuangan sudah lama berlalu. Yang justru menjadi pertanyaannya: Mengapa tidak ada aksara daerah di Semenanjung Malaya?


Secara historis di Indonesia (baca: Nusantara), aksara (bahasa) daerah yang eksis hanya digolongkan dua modus: aksara Batak (Sumatra) dan aksara Jawa (Jawa+Bali). Dua aksara daerah ini diduga diturunkan dari aksara Pallawa. Pada saat itu lingua franca adalah bahasa Sanskerta (belum terbentuk bahasa Melayu). Sementara itu sebelum munculnya bahasa Sanskerta sebagai lingua franca sudah sejak zaman kuno terdapat bahasa-bahasa daerah di berbagai pulau Nusantara seperti bahasa Batak dan bahasa Jawa. Dalam hubungan ini, apakah ada bahasa daerah di Semenanjung Malaya? Jika ada, apakah ada aksara daerah di Semenanjung Malaya? Pertanyaan yang sama adalah apakah ada aksara daerah di wilayah Minangkabau (kini Sumatra Barat)? Yang jelas bahasa Minangkabau mirip bahasa Melayu. Lalu apakah bahasa asli Minangkabau (maksudnya bahasa yang berbeda dengan bahasa Minangkabau yang sekarang).

Lantas bagaimana sejarah pejuang bahasa di Malaysia, patriotis? Seperti disebut di atas, perjuangan nama dan Bahasa Indonesia sudah dimulai pada tahun 1917, kini hanya tingga menjaganya. Namun itu berbeda dengan di Malaysia. Lalu bagaimana sejarah pejuang bahasa di Malaysia, patriotis? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Menjadi Indonesia (791): Bahasa Indonesia Mudah, Aksara Batak Mudah; Aksara Jawa dan Batak Suksesi Pallawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini

Diantara bahasa-bahasa di dunia, ada yang menyebut Bahasa Indonesia dapar dikatakan sebagai yang secara teknis bahasa paling mudah dipelajari dan dipraktekkan. Hal ini juga karea pengadopsian aksara Latin dalam Bahasa Indonesia. Sebagaimana sejarahnya, Bahasa Indonesia berakar pada bahasa Melayu. Akan tetapi dalam perkembangannya, Bahasa Indonesia dibina terus sehingga menjadi lebih mudah jika dibandingkan dengan bahasa Melayu sendiri. Meski aksara Latin eksis, aksara daerah khususnya aksara Batak dan aksara Jawa juga tetap lestari.


Ada beberapa aksara yang pernah eksis di Indonesia sejak era Nusantara, antara lain aksara Pallawa, aksara Jawa dan aksara Batak, aksara Jawi (Arab gundul) dan terakhiri aksara Latin. Aksara Pallawa sudah lama tiada, namun suksesinya terbentuk aksara Jawa dan aksara Batak. Dua aksara inilah yang dapat dikatakan menurunkan aksara-aksara daerah pada masa ini. Aksara Jawa terbentuk, terutama di wilayah Melayu seiring dengan pengaruh Islam semakin menguat (yang menggantikan pengaruh Hindoe/Boedha). Aksara Latin diperkenalkan seiring dengan kehadiran orang Eropa dimulai oleh orang-orang Portugis, kemudian Belanda/VOC. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, sementara aksara Jawa, Batak dan Jawi tetap dipertahankan, pemerintah mengintroduksi aksara Latin di sekolah-sekolah yang dibangun pemerintah. Aksara Latin ini hingga kini menjadi aksara standar di Indonesia.

Lantas bagaimana sejarah Bahasa Indonesia mudah, aksara Batak mudah? Seperti disebut di atas, bahasa-bahasa daerah sudah eksis di pulau-pulau nusantara saat mana lingua franca adalah bahasa Sanskerta dengan aksara Pallawa. Seiring dengan terbentuknya bahasa Melayu, juga terbentuk aksara Jawa dan aksara Batak. sejarah Bahasa Indonesia mudah, aksara Batak mudah? Lalu bagaimana sejarah pro dan kontra orang Malaysia terhadap Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.