Sabtu, 14 Agustus 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (104):Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia (bag-2); Amerika Serikat dan Militer Jepang di Asia

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini 

Meski Kerajaan Jepang mengakui empat kekuatan dalam pidato Kaisar Hirohito dalam penyerahan, namun secara defacto Amerika Serikat yang menjadi pemegang komando, Ini terkesan dari pidato Perdana Menteri Inggris yang berutang budi kepada Amerika Serikat atas keberhasilan mengakhiri kekuatan militer Jepang di Asia Timur. Faktanya juga Kerajaan Jepang yang merespon proposal Amerika Serikat yang menjadi persyaratan menyerah. Dalam penyerahan (militer Jepang) ini mengapa Amerika Serikat lebih memilih Manila (Filipina) daripada negara lainnya dan mendelegasikan Inggris ke Indonesia.

Tak pernah Kerajaan Inggris begitu hormat kepada Amerika Serikat, dan baru itu terjadi sesaat setelah Kerajaan Jepang menyerah kepada sekutu. Selama ini bahkan sejak perang dunia pertama hanya datar-datar saja hubungan antar kedua negara. Apa yang menjadi pasal? Kerajaan Inggris sangat mendongkol karena koloni mereka terusir dari Amerika Serikat setelah perang yang hebat dan kemudian Amerika Serikat menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 4 Juli 1774, Sejak itu Inggris mencari koloni baru dengan menganeksasi Sumatra dari kekuasaan VOC dan kemudian mengusir Belanda dari Australia tahun 1778. Sejak itu Australia menjadi koloni Inggris. Pada tahun 1811 Inggris menginvasi seluruh Hindia Belanda dengan menduduki Jawa. Amerika Serikat yang mendongkol dan turut membantu Belanda dalam mengevakuasi orang-orang Belanda dari Jawa.

Lantas apa yang terjadi setelah Kerajaan Jepang menyatakan takluk dan menjelang detik-detik proklamasi kemerdekaan Indonesia? Satu yang pasti bahwa kenyataannya Amerika Serikat head to head dengan Kerajaan Jepang. Dalam pengaturan pasca Jepang menyatakan menyerah Amerika Serikatlah yang menjadi pemegang komando. Pada saat ini di semua negara-negara Asia Timur terdapat militer Jepang yang wait en see dan para interniran Eropa yang masih meringkuk di kamp-kamp militer. Lalu bagaimana semuanya berlangsung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Makassar (25): Rampi dan Seko Antara Gunung Gandangdewata dan Balease di Luwu; Sentra Kemenyan, Damar, Emas

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini  

Nama Rampi dan Seko bukanlah wilayah tak bertuan dan tidak penting. Boleh jadi itu masa kini, tetapi di masa lampau zaman kuno Seko dan Rampi adalah dua nama tempat di Hindia Timur yang mungkin popularitasnya sampai di Sumatra. Seko dan Rampi tidak hanya secara geografis adalah jantung yang sebenarnya pulau Sulawesi, tetapi Rampi dan Seko adalah sentra produksi emas, kemenyan dan damar yang menjadi pusat peradaban tertua di Sulawesi. Rampi berada di lereng barat gunung Balease dan Seko di berada di lereng bagian timur gunung Godangdewata di Luwu.

Konon, orang Angkola Mandailing sejak zaman kuno sudah mengenal pulau Sulawesi, seperti Sumatra sebagai penghasil emas. Pelaut-pelaut Angkola Mandailing dengan para penambang bermigrasi ke pulau Sulawesi untuk memperdagangan dan menambang emas yang sudah diusahakan oleh penduduk asli (negritos). Para pendatang dari daerah aliran sungai Barumun dari pelabuhan Binanga membina hubungan produksi dan perdagangan ke pulau Sulawesi. Awalnya bermula di wilayah Minahasa yang sekarang di dekat gunung Ompung (kini Empung) dan danau Tordano (kini Tondano). Dari pusat awal peradaban baru Minahasa inilah kemudian para migran terus merangsek melalui darat hingga Seko dan melalui lalut (teluk Tomini) menyusuri sungai hingga danau Poso di Rampi. Sejak inilah terbetuk bahasa-bahasa: Bahasa Minahasa menjadi bahasa Tao (Kaili, Palu) dan bahasa Baree (Poso) di wilayah Toaraja dan Luwu. Konon, perpaduan bahasa Tao dan Baree ini yang membentuk bahasa Makassar yang kemudian menurunkan bahasa Walio (Buton). Dalam perkembangannya bahasa Buton (pantai) ini melahirkan bahasa Bugis dan bahasa Mandar.

Lantas bagaimana sejarah Rompi dan Seko di jantung pulau Sulawesi? Seperti disebut di atas, konon bahasa di kawasan sentra produksi kemenyan, damar dan emas ini bermula dari bahasa Tao dan bahasa Baree di utara. Kata ‘konon’ ini haruslah dipandang sebagai hipotesis. Lalu bagaimana sejarah Rompi dan Seko di jantung pulau Sulawesi yang sebenarnya? Berangkat dari hipotesis, seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.