*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog ini Klik Disini
Di Indonesia pada era Hindia
Belanda adan sejumlah kota dengan (pemberian) nama Belanda seperti Batavia,
Buitenzorg, Fort de Kock, Fort van der Capellen dan Fort Hollandia. Namun semua
itu telah dikembalikan namanya tahun 1950 dengan nama lama Jakarta, Bogor,
Bukittinggi dan Batusangkar serta nama baru diberikan untuk Fort Hollandia
sebagai Jayapura. Di Malaysia ada beberapa nama kota yang diberikan Inggris
dengan tetap apa adanya yakni antara lain Georgetown di Penang. Tiga nama kota
di Borneo Utara yakni Victoria di Labuan dan dua nama kota di Sabah yakni
Weston dan Beaufort.
Nama tempat adalah salah satu penanda navigasi pelayaran pada masa lalu. Kota-kota dimana orang Eropa bermukim adakalanya kota yang dibangun dengan memberikan nama sendiri seperti di Indonesia dan di Malaysia. Namun yang menarik dalam hal ini adalah nama-nama kota berbau Eropa di Indonesia telah digantikan, tetapi tidak demikian di Malaysia. Apakah yang menghambat Malaysia mengubah nama kota? Atau apakah yang mendorong Malaysia untuk tetap melestarikan nama-nama kota bernama Eropa? Dengan tetap mempertahankan nama kota seperti Gerogetown di Panang, Victoria di Labuan, serta Weston dan Beufort di Sabah seakan ingin mengingatkan bahwa di Malaysia masih tersisa sejarah Inggris.
Lantas bagaimana sejarah sisa nama kota Inggris di Sabah yakni Victoria, Weston dan Beaufort? Seperti disebut di atas, pada era Inggris di Malaysia, orang-orang Inggris mendirikan kota dengan memberikan nama sendiri. Dua orang Inggris yang digubungkan dalam hal ini adalah James Brooke dan Baron v Overdeck. Lalu bagaimana sejarah sisa nama kota Inggris di Sabah yakni Victoria, Weston dan Beufort? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.