Sabtu, 17 Oktober 2020

Sejarah Kalimantan (25): Sejarah Nama Kalimantan; Kalimantan Menjadi Borneo, Kini, Borneo Menjadi Kalimantan Lagi

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Tengah di blog ini Klik Disini 

Ada kalanya nama tidak penting, tetapi adakalanya pula nama begitu penting. William Shakespeare, penyair Inggris di era Portugis menganggap nama tidak penting, What's in a name? Namun bagi orang Portugis yang tiba di pulau Kalimantan pada tahun 1524 di kota (pelabuhan) Boernai menjadi dasar bagi mereka orang Portugis yang berpusat di Malaka menyebut nama pulau Kalimantan (sesuai penduduk asli) menjadi pulau Borneo (dari Boernai) sesuai orang Eropa. Orang Portugis sebagai pembuat peta, orang-orang Belanda yang datang kemudian yang menggunakan peta-peta buatan Portugis juga menyebut pulau Kalimantan sebagai pulau Borneo.

Sejak era Portugis nama lokal pulau sesuai penduduk asli (Kalimantan) lambat laut menghilang, yang muncul sebagai penanda navigasi pelayaran di lautan adalah pulau Borneo. Pada awal Pemerintah Hindia Belanda mulai menamai pulau Borneo dengan nama baru (tapi asli, kuno) dengan nama Kalimantan. Meski demikian, sebagai penanda navigasi internasional, nama Borneo tetap dipertahankan. Baru pada Republik Indonesia nama Kalimantan dipatenkan (kembali). Namun, sekali lagi, seperti era sebelumnya Pemerintah Hindia Belanda, secara internasional nama pulau masih eksis sebagai Borneo. Pada akhir-akhir ini, penanda navigasi tidak hanya peta-peta kertas tetapi dikombinasikan dengan peta-peta digital (peta satelit) seperti aplikasi googlemap. Oleh karena untuk mencari nama tertentu di dalam peta satelit (dengan menggunakan mesin pencari), maka yang muncul adalah nama Kalimantan untuk entry Borneo. Ini semua karena dalam aplikasi mesin pencari, sistem yang digunakan bersifat algoritmatik. Tamat sudah nama Borneo di dalam peta satelit. Yang muncul adalah nama Kalimantan (nama yang sesuai pada peta-peta kertas Indonesia).

Lantas bagaimana sejarah awal nama pulau Kalimantan yang berubah menjadi Borneo? Dan, mengapa pula Pemerintah Hindia Belanda mencoba memperkenalkan nama Kalimantan? Yang jelas nama pulau-pulau di Indonesia sudah dibahas yang dimulai oleh William Marsden pada era VOC (1784) dan PJ Veth pada era Pemerintah Hindia Belanda (1827). Lalu bagaimana sejarahnya? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Kalimantan (24): Sejarah Sarawak dan Sabah; Federasi Bernama MALAYSIA, Kombinasi MALAYa, SArawak dan SAbah?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kalimantan Utara di blog ini Klik Disini

Pada masa ini pulau Kalimantan (Borneo) terdiri dari tiga negara: Indonesia, Brunei dan Malaysia. Pada era Pemerintah Hindia Belanda kerajaan-kerajaan dihapuskan alias dimandulkan, tidak demikian di wilayah yurisdiksi Inggris, kerajaan-kerajaan tetap dilestarikan oleh Inggris seperti Broenei, Sarawak dan Sabah. Ketika Pemerintah Inggris melepaskan otoritasnya di pantai utara Kalimantan, kerajaan Broenei berdiri sendiri sedangkan Sarawak dan Sabah sengaja tidak sengaja telah disatukan Inggris dalam pebentukan federasi (negara) Malaysia.

Dalam pembentukan negara (federasi) Malaysia nama federasi awal yang secara defacto disebut (semenjung) Malaya diubah menjadi Malaysia sehubungan dengan bergabung (digabungkannya) Sarawak dan Sabah. Mengapa nama MALAYSIA yang dipilih? Menyelipkan suku kata SI pada nama MALAYA. Apakah karena di dalam federasi baru itu ada nama Singapoera? Atau untuk menambah elemen dari Singapoera (SI) atau elemen Sawarawak dan Sabah (SA yang mirip SYA atau SIA). Entahlah. Atau boleh jadi untuk mendekatkan diri dengan nama Indonesia (ne-sia). Namun yang jelas nama Malaya telah bertransformasi menjadi Malaysia (dari Malay=Melayu). Oleh karena Singapoera merasa tidak Melayu lalu memisahkan diri dari federasi Malaysia membentuk negara sendiri (Republik) Singapoera.

Lantas bagaimana sejarah Sarawak dan Sabah sebelum dan sesudah menjadi negara (federasi) Malaysia? Yang jelas Sarawak dan Sabah memiliki sejarah yang berbeda dengan negara-negara bagian (kerajaan-kerajaan) di Semenanjung Malaka (Malaya). Pun karakteristik penduduknya. Boleh jadi atas dasar itu (kerajaan) Broenei enggan bergabung dengan federasi Malaysia (yang kemudian terjadi pada Singapoera). Sarawak dan Sabah secara politis mirip dengan kerajaan-kerajaan di Semenanjung Malaya (Malaka) tetapi secara sosio-demografis lebih mirip dengan wilayah eks kerajaan-kerajaan yang menjadi bagian provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur (Indonesia). Bagaimana Brunei dan Singapoera terpisah dari federasi (negara) Malaysia adalah satu hal, sedangkan Sarawak dan Sabah menjadi bagian dari federasi (negara) Malaysia adalah hal lain lagi. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.