Minggu, 25 Desember 2016

Sejarah Jakarta (15): Buitenzorg Ibukotanya Blubur, Sejarah Kota Bogor yang Sebenarnya



*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Jika kita datang ke Bogor, kini kita disambut dengan satu monumen ‘pintu gerbang’ yang menempel pada latar belakang Kebun Raya Bogor. Monumen ini terdiri dari sembilan pilar ‘paku alam’ yang sejajar, yang menopang satu batang besar sebgai plakat yang bertuliskan ‘Dinu Kiwari Ngancik Nu Bihari, Seja Ayeuna Sampeureun Jaga’. Arti harfiahnya adalah yang ada sekarang adalah hasil masa lampau dan yang dilakukan sekarang buat masa datang.

Semboyan ini saya paham betul artinya dari sudut sejarah, dan saya juga paham betul geografi Kota Bogor secara rinci. sebagai sebuuah lanskap dimana semboyan itu melekat. Saya pernah menjadi warga kota yang indah ini dengan KTP Kota Bogor selama sepuluh tahun. Ketika saya datang ke Kota Bogor baru-baru ini, saya tidak kaget melihat semboyan ini tetapi justru saya menggugatnya: Mengapa monumen semacam itu tidak sejak dulu dibuat?.

Titik singgung sungai Ciliwung dan Cisadane
Kota Bogor masa kini adalah kota yang di masa lampau yang dipilih oleh para pendahulu sesuai dengan anugerah alam untuk kebutuhan pertahanan, panorama dan religi. Pilihan lanskap kota alam ini sejauh yang saya tahu terbaik di nusantara. Titik origin kota Bogor (sebelumnya bernama Buitenzorg) yang sekarang adalah titik persinggungan antara sungai Ciliwung dan sungai Cisadane.

Bayangkan kita berada di tengah kota (titik origin) di masa lampau. Kita berada diantara dua sungai besar yang sejajar yang merupakan jarak terdekat dua sungai ini (titik singgung) yakni sungai Ciliwung dan sungai Cisadane. Diantara dua sungai besar ini terdapat sungai kecil bernama Cipakancilan. Ke arah selatan (sisi sungai Cisadane) terdapat panorama gunung Salak, ke arah utara panorama melandai menuju ke laut. Ke hulu arah timur menuju pusat ibukota kerajaan Pakuan dan ke hilir arah barat persawahan dan berbelok ke utara mengikuti aliran sungai Ciliwung menuju laut. Titik singgung inilah pusat kota Bogor yang sekarang (Bazaar/Pasar Bogor).  Dari titik origin ini ke arah hulu adalah kota lama (Pakuan Pajajaran) dan ke arah hilir terbentuk kota Buitenzorg. Batas itu kini berada di Pasar Bogor dimana di pangkal jalan Suryakencana kini dibuat gapura dengan bertuliskan ‘Lawang Suryakancana’ (lawang=pintu gerbang). 

Untuk mudahnya kita dapat membagi periode kota ini: masa kini (Kiwari), masa lalu (Bihari) dan masa datang. Kita mulai dari nama Buitenzorg sebagai hasil kearifan lokal masa lampau dan memproyeksi ke masa datang.