Minggu, 31 Januari 2021

Sejarah Kupang (7): Sejarah Kota Dili di Pulau Timor, Deli di Sumatra; Era Portugis, Belanda, Indonesia hingga Era Timor Leste

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini

Bagaimana sejarah kota Dili? Nama Dili, ingat nama Deli di Sumatra (Utara). Lantas apakah ada hubungan nama ini dalam sejarah lama? Lalu bagaimana nama Dili muncul di pulau Timor? Boleh jadi sudah ada yang menyelidikinya. Tetapi itu tentu saja tidak cukup. Lebih-lebih tentang bagaimana sejarah kota Dili tumbuh dan berkembang? Kota Dili tetap menjadi penting, tidak hanya karena kota Dili berada di pulau Timor, juga kota Dili, yang dulu ibu kota Provinsi Timor Timur, kini menjadi ibu kota negara (Timor Leste).

Dalam sejarahnya, nama-nama geografis yang merujuk pada nama Eropa (Portugis, Belanda dan Inggris) di nusantara hanya beberapa saja, seperti nama (pulau) Flores (yang awalnya hanya sekadar nama tanjung, Cabo das Florest). Yang sangat banyak adalah merujuk pada nama-nama India (era Hindoe), Nama-nama yang merujuk pada nama Belanda hanya beberapa tetapi kemudian dikembalikan kepada nama aslinya seperti Batavia (Jakarta), Buitenzorg (Bogor) dan Fort de Kock (Bukittinggi). Dalam konteks inilah nama Dili di pulau Timor perlu diperhatikan lebih lanjut, apakah namanya merujuk pada nama Portugis seperti Flores atau justru merujuk pada nama India (Deli di Sumatra Utara) atau bahkan justru nama asli (yang diberikan oleh penduduk asli).

Perkataan William Shakespeare (1564-1616) ‘apalah arti sebuah nama’ tidak berlaku dalam kasus nama Kota Dili. Nama adalah penting, bahkan nama itu berasal dari siapa juga dianggap penting. Oleh karena itulah kita perlu memastikannya. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe sejarah adalah narasi fakta dan data. Dalam hubungan ini kita juga perlu menggali data untuk menulis narasi sejarah pertumbuhan dan perkebangan Kota Dili. Lalu darimana kita mulai. Kita mulai dari nama Dili sendiri. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk ntuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Kupang (6): Melacak Peta Lama Era Portugis untuk Menemukan Timor; Sketsa dan Peta sebagai Alternatif Data Sejarah

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini

Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, sejarah adalah narasi fakta dan data. Keberadaan pulau Timor adalah fakta. Namun sejak kapan pulau tersebut dikenal dengan nama Timor diperlukan data. Sumber data banyak wujudnya: lisan, tulisan dan lukisan. Yang masuk dalam kategori lukisan ini adalah sketsa, peta dan gambar. Sumber peta ini tampaknya masih jarang digunakan. Pentingnya peta dalam penulisan narasi sejarah karena peta menceritakan apa yang dipeatakan yang dapat dibandingkan dengan peta masa kini (untuk melihat perubahan spasial). Tentu saja peta itu sendiri dapat menjadi alternatif jika tidak tersedia data dalam bentuk teks (tulisan).

Data sejarah nusantara, termasuk pulau Timor, dapat dikatakan baru tersedia dan dapat diakses hingga ini hari bermula dari awal navigasi pelayaran orang-orang Eropa yang datang ke nusantara, yang dimulai orang-orang Portugis dan Spanyol kemudian disusul orang-orang Belanda dan Inggris. Namun pada masa ini sangat sulit menemukan peta-peta navigasi pelayaran pada era Portugis. Seperti kita masa ini merujuk pada data-data pada era Belanda (VOC), maka untuk mendapatkan data era Portugis kita harus merujuk pada data Belanda yang merujuk pada data Portugis. Oleh karena itu, dalam penulisan sejarah nusantara pada era Portugis sumber datanya dari Belanda (dari pihak kedua). Namun dalam hal tertentu kita masih menemukan data yang langsung bersumber dari Portugis. Para pembuat peta dan para pelukis di masa lampau telah turut membangun dan melestarikan data sejarah yang penting.

Bagaimana sejarah peta-peta Portugis? Yang jelas mempelajari sejarah peta-peta Portugis adalah salah satu cara untuk menemukan jalan untuk mendapatkan data awal sejarah (pulau) Timor. Dengan demikian baru dimungkinkan untuk menggabungkan peta-peta dan sumber tertulis (tulisan) Belanda (VOC). Okelah kalau begitu, seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 30 Januari 2021

Sejarah Kupang (5): Benteng Belanda-VOC Fredrik Hendrik dan Concordia; Penaklukan Portugis di Pulau Timor dan Pulau Solor

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini

Sejarah awal suatu wilayah (daerah) kurang terinformasikan dan kerap terlupakan. Akan tetapi, sejatinya, sejarah awal itulah peletak dasar ke arah mana selanjutnya sejarah wilayah terkembang. Titik tempat di masa awal di suatu wilayah adalah keberadaan benteng. Fungsi benteng tidak hanya pusat pertahanan, tetapi juga secara defacto telah mewakili wilayah sebagai pusat pemerintahan dan pusat perdagangan. Seperti di wilayah lainnya, hal itulah yang terjadi di wilayah Timor dan sekitar. Singkat kata ada dua benteng zaman kuno yang perlu diketahui dalam sejarah awal wilayah Timor dan sekitar (kini Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Negara Timor Leste): Fort Fredrik Hendrik dan Fort Concordia.

Nama-nama benteng VOC (Belanda) di berbagai tempat mulai dari Banda Aceh, hingga Ameruka Serikat sebagai berikut: Aden, Ahmadabad, Demak, Gresik, Matara, Nagasaki, Palembang, Surabaya, Tegal, Tuticorin, Haruku, Banjarmasin, Patna, Buru, Hila, Saparua eiland, Kanton/Guangzhou, Larike, Ayutthaya, Khum Peam Lvek, Agra, Vengurla, Maputo, Trincomalee, Mannar, Surakarta, Banda Lontar, Kalpitya, Laoutang, Wajer, Lampong Toulang Bauang, Baleshwar, Cossimbazar, Dhaka, Hougly, Cape Comorin, Nagercoil, Cuddalore, Bimlipatam, Conjemere, Draksharam, Golkonda, Kakinada, Palakollu, Parangipettai, Sadras, Rembang, Pekalongan, Sumenep, Al Mukha, Jambi, Al Basrah, Esfahan, Pontianak, Nakhon Si Thammarat, Bharuch, Kets Mandui, Barus, Airbangis, Natal, Indrapura, Hanoi, Kupang, Loji, Dodinga, Gorontalo, Pattani, Tatta, Anomabu, Goeree Island, Sekondi, Fuzhou, Arakan, Banda Aceh, Baghdad, Bande Kong, Sukadana, Banyuwangi, Syriam, Ava, Martaban, Indragiri, Abaqua, Grand Popo, Ouidah, Jaquim, Aneho, Offra, Save, Allada, Badagri, Portudal, Rufisque, Joal-Fadiout, Mount, Cape, Agathon, Benguela, Loango, Soyo, Cabinda, Malembo, Corisco Island, New Castle, Philadelphia, Epe, Arebo, Appa dan lainnya.

Benteng di Kupang disebut benteng Concordia. Benteng ini dibangun di eks lokasi benteng Portugis di dekat muara sungai (di teluk Coepang, pulau Timor). Satu benteng yang kurang terinformasikan dan kerap dilupakan adalah benteng Fredrik Hendrik di pulau Solor. Dari dua benteng inilah sesungguhnya awal sejarah Timor dan sekitar terakumulasi yang terus berevolusi hingga ini hari. Okelah kalau begitu. Bagaimana sejarah benteng Concordia dan benteng Fredrik Hendrik. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Kupang (4): Timor Laut, Antara Pulau Timor dan Pulau Aru; Timor Laoet Kini [Kabupaten] Kepulauan Tanimbar

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini

Tidak hanya Timor Timur (Timor Leste) juga ada Timor Laut. Lantas dimana letak Timor Laut? Tentu saja sudah dilupakan terbenam di dasar laut, karena itu terjadi di masa lampau. Akan tetapi sejarah adalah sejarah, maka sejarah Timor Laoet perlu diangkat kembali sebagai bagian sejarah (pulau) Timor, dari pulau Timor mendapatkan namanya. Namun pada masa kini, Timor Laoet yang namanya sebagai Kepulauan Tanimbar tidak masuk wilayah Nusa Tenggara Timur atau Timor Leste tetapi menjadi masuk wilayah Provinsi Maluku (Kabupaten Kepulauan Tanimbar).

Timor Laoet (kini Kepulauan Tanimbar) merupakan kumpulan pulau-pulau. Pulau terbesar adalah Pulau Yamdena. Pulau-pulau lainnya adalah Pulau Larat, Pulau Selaru, Pulau Sera, Pulau Wuliaru, Nitu, Wotar, Labobar, Molu, Maru dan Fordata. Kota terbesar di Pulau Yamdena adalah Saumlaki. Kota-kota lainnya adalah kota Larat di Pulau Larat. Kota Adaut di Pulau Selaru dan kota Seira di Pulau Sera. Pada tahun 2008 Kabupaten Maluku Barat Daya dimekarkan dengan membentuk Kabupaten Maluku Tenggara Barat dengan ibu kota di Saumlaki (Pulau Yamdena). Pada tahun 2019 nama Kabupaten Maluku Tenggara Barat diubah menjadi Kabupaten Kepulauan Tanimbar (sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2019 tentang Perubahan Nama Kabupaten Maluku Tenggara Barat Menjadi Kabupaten Kepulauan Tanimbar). Dengan pembentukan kabupaten baru dan perubahan namanya menjadi Kabupaten Kepulauan Tanimbar seakan mengingatkan kembali nama Timor Laoet di masa lampau.

Bagaimana sejarah Timor Laoet atau Sejarah (kabupaten) Kepulauan Tanimbar? Satu yang pasti kabupaten Kepulauan Tanimbar masuk wilayah Provinsi Maluku. Tentu saja sejarah kabupaten Kepulauan Tanimbar dengan nama lama Timor Laoet haruslah dipandang dari dua sisi: sejarah lama Pulau Timor dan sejarah lama Kepulauan Tanimbar. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk ntuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 29 Januari 2021

Sejarah Kupang (3): Pertempuran Portugis dan Belanda di Kupang 1613; Pertempuran Belanda dan Portugis di Amboina 1605

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini

Orang-orang Portugis sudah sejak lama berada di pulau Timor, terutama di kota pelabuhan Coepang, Namun apa yang membuat orang Belanda harus mengusir orang Portugis dari Coepang tahun 1613? Pertanyaan ini dapat dicari jawabnya ketika orang-orang Belanda pada tahun 1605 mengusir orang-orang Portugis di Amboina (pulau Seram). Untuk menguasai kawasan naviagasi pelayaran dan memperkuat pusat perdagangan. Orang-orang Eropa di nusantara saling memangsa.

Bagaimana pertempuran Portugis dan Belanda di Kupang 1613 adalah satu hal. Bagaimana situasi dan kondisi setelah pertempuran bagi penduduk adalah hal lain lagi. Mengapa pertanyaan ini begitu penting? Orang-orang Belanda di satu pihak telah berhasil menguasai kawasan dan pusat perdagangan di Coepang, tetapi di sisi lain mengapa orang-orang Portugis masih tetap beratahan dan tidak ingin beranjak dari Timor dan sekitarnya (hanya bergeser ke bagian timur pulau). Namun ada perbedaan dengan di Amboina yang telah mengusir orang-orang Portugis pada tahun 1605 (dan kemudian bergeser ke Ternate). Dalam perkembangannya orang-orang Belanda yang berada di Ambon mengusir lagi orang-orang Portugis di Ternate. Habis sudah orang-orang Portugis di Maluku. Akan tetapi tidak demikian di Timor dan sekitar, orang-orang Portugis tidak disapu habis oleh orang-orang Belanda. Mengapa? Pertanyaan ini tampaknya menjadi jawaban mengapa penyebaran agama Katolik berkembang luas di Timor dan sekitar dan agama Protestan di berkembang luas di pulau Seram dan sekitar.

Pertempuran antara Portugis dan Belanda terjadi di banyak tempat seperti Malaka, Banten dan Ternate. Namun pertepuran di Amboina dan Coepang memiliki sejarah yang sangat khas terutama dikaitkan dengan sejarah lebih lanjut di Amboina (pulau Seram dan sekitar) dan Coepang (pulau Timor dan sekitar). Bagaimana bisa dampaknya berbeda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk ntuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Kupang (2): Pelayaran Belanda Pertama, Cornelis de Houtman 1597; Situasi Kondisi di Pulau Timor pada Era Portugis

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini

Sebelum kehadiran orang-orang Belanda di pulau Timor, ada suatu masa dimana orang-orang Portugis membentuk koloni dan mengembangan perdagangan di pulau-pulau sekitar pulau Timor. Lantas apakah situasi dan kondisi penduduk di pulau Timor dan sekitar berubah setelah pengaruh Belanda semakin menguat? Lalu mengapa pengaruh peradaban Portugis begitu mendalam dan bertahan lama di pulau Timor dan sekitar?

Orang-orang Portugis di nusantara (antara kerajaan Aroe di ujung utara pulau Sumatra) dan ujung selatan Maluku di kepulauan Aroe hampir seabad berlangsung sebelum kehadiran orang-orang Belanda. Itu dimulai pada tahun 1511 perlaut-pelaut Portugis menaklukkan Malaka (yang menjadi basis utama mereka di nusantara). Pada tahun 1613 pelaut-pelaut Belanda merebut kota pelabuhan Coepang di pulau Timor. Orang-orang Portugis yang bergeser dari Coepang ke bagian timur pulau di suatu tempat yang disebut Dilli menjadi awal keberadaan Belanda di pulau Timor. Satu abad bagi Portugis mendahului Belanda di nusantara bukanlah waktu yang singkat. Pada era inilah pengaruh Portugis masuk wilayah pulau Timor dan sekitar.

Situasi dan kondisi di Pulau Timor dan Sekitar pada era Portugis sebelum kehadiran Belanda adalah bagian awal dalam sejarah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebagai bagian awal sejarah, tentu saja banyak pertanyaan yang muncul. Namun sangat sulit menjawab pertanyaan yang banyak terebut, karena sulitnya mendapatkan data. Akan tetapi sejarah tetaplah sejarah. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Bagaimana permulaan orang-orang Portugis di pulau Timor dan sekitar adalah termasuk sejarah yang penting. Okelah, apapun yang dapat diketahui, untuk ntuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 28 Januari 2021

Sejarah Kupang (1): Sejarah Pulau Timor Bermula di Kupang; Sejarah Terbentuknya Timor Portugis (Asal Usul Timor Leste)

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kupang dalam blog ini Klik Disini

Kupang adalah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Pada masa lampau, kota (pelabuhan) terpenting di pulau Timor adalah Coepang (baca: Kupang). Di kota pelabuhan ini sudah sejak lama ada orang-orang Portugis. Untuk meratakan jalan antara Bali dan Amboina (pulau Seram), orang-orang Belanda mengusir orang-orang Portugis dari Coepang, Orang-orang Portugis kemudian menyingkir ke bagian timur pulau dan mendirikan tempat yang baru (kini Kota Dilli). Itulah awal sejarah awal Provinsi NTT (Indonesia) dengan ibu kota Kupang.

Sejarah Kupang dalam hal ini adalah bagian dari Sejarah Menjadi Indonesia. Sejarah Kupang dalam blog ini adalah serial artikel berbagai aspek tentang sejarah awal Nusa Tenggara Timur (NTT). Sesungguhnya lebih tepat judul serial artikel ini adalah Sejarah Timor daripada Sejarah Kuapang. Namun untuk menghindari duplikasi dengan Sejarah (negara) Timor Leste dalam konteks Sejarah Menjadi Indonesia, maka pilihan terbaik diberi judul Sejarah Kupang untuk menggambarkan sejak awal sejarah Nusa Tinggara Timur (Indonesia). Meski demikian, beberapa artikel dalam serial artikel Sejarah Kupang (NTT-Indonesia) akan mendeskripsi sejarah yang ada di (negara) Timor Leste. Dalam blog ini sudah diupload berbagai serial artikel sejarah berbagai kota atau wilayah di Indonesia seperti Sejarah Jakarta, Sejarah Depok, Sejarah Bali, Sejarah Lombok (NTB) dan Sejarah Ambon (Maluku). Diproyeksikan, setelah serial artikel Sejarah Kupang ini akan dilanjutkan serial artikel Sejarah Ternate, Sejarah Papua dan Sejarah Australia. Lantas mengapa Sejarah Australia? Seperti halnya, Sejarah Singapura, dalam blog ini dimaksudkan untuk mendapat gambaran yang lebih luas tentang sejarah nusantara (Sejarah Menjadi Indonesia).

Pertanyaan pertama tentang sejarah Nusa Tenggara Timur haruslah dimulai dari Kupang. Hal itulah mengapa artikel pertama dalam serial artikel Sejarah Kupang ini dimulai dari Kupang. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Nah, permulaan ini dimulai dari Kupang. Dari Kupang narasi fakta dan data Sejarah Nusa Tenggara Timur dimulai (bahkan Sejarah Tior Leste sendiri). Untuk ntuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe dengan artikel pertama tentang sejarah asal-usul (kota) Kupang.

Sejarah Banten (40): Nama Suro, Surosowan di Banten; Nama-Nama Tempat pada Zaman Kuno Soerabaija, Soeracarta dan Soeroaso

 

*Untuk melihat seluruh artikel Sejarah Banten, klik Disini

Apakah itu Surosowan? Kita hanya fokus pada soal nama saja. Surosowan sendiri adalah nama kraton di Banten. Lantas mengapa ada nama Suro dalam peta-peta Portugis. Suro adalah nama suatu tempat, bukan di Banten tetapi di sekitar gunung Karang. Lalu, apakah nama tempat Suro telah menjadi rujukan dalam penamaan kraton Surosowan di Banten? Nama tempat yang menggunakan nama Suro tidak hanya di Banten, juga ada di wilayah lain.

Nama Suro diduga kuat merujuk pada nama India pada era Hindoe. Nama Suro diduga lebih tua dari nama poera, seperti nama tempat Martapoera, Telainapoera, Indrapoera, Singapoera, Tandjongpoera dan Soekapoera. Seperti nama Poera, nama Suro juga ditemukan di beberapa wilayah seperti Soera-carta, Soera-baija dan Suro-aso. Nama Suroaso terdapat di wilayah Pagaroejoeng. Nama yang mirip dengan nama suro ini adalah Pa-soeroe-an. Tentu saja ada yang mirip dengan nama tempat suro di wilayah lainnya di Sumatra, seperti Saroe-langoen (Djambi) dan Saroe-matinggi (Tapanoeli, bagian selatan) serta Lima Soero (Agam). Dalam tradisi kraton Soeracarta tempo doeloe ada yang disebut suro (nama bulan pertama Muharram; Assura). Namun nama suro juga yang menginsikan penyebutan nama seseorang atau mahluk lain seperti Maharadja Soero (Sultan Siak), Dewa Soero Loijo dan Mantri Djogo Soero, Toemenggoeng Soero di Prano (Palembang). Tentu saja nama Soero Pathi. Nama yang sama dengan Soero-sowan juga ditemukan di Lampoeng (ibu kota Marga Madang).

Lantas bagaimana tentang nama Suro dan Surosowan sendiri di Banten? Tentu saja urusan ini masuk pada bidang geografik dan linguistik, tetapi tidak begitu menarik bagi para sejarawan. Okelah itu satu hal. Hal yang lebih penting adalah bagaima sejarah nama Suro dan Surosowan di Banten? Yang jelas nama Suro lebih awal diidentifikasi sebagai nama tempat dan baru kemudian diidentifikasi sebagai nama kraton. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.