Tampilkan postingan dengan label Sejarah Lombok. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Lombok. Tampilkan semua postingan

Selasa, 08 Juni 2021

Sejarah Lombok (46): Zaman Kuno di Nusa Tenggara Barat, Prasasti Batu Wadu Tunti di Bima; Lombok, Antara Bali dan Sumbawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini 

Sejarah zaman kuno di provinsi Nusa Tenggara Barat, paling tidak dapat dibedakan pada dua pulau besar, pulau Sumbawa dan pulau Lombok. Satu tanda-tanda zaman kuno di dua pulau tersebut terdapat di wilayah Bima, pulau Sumbawa yakni prasasti Wadu Tunti. Prasasti ini tentulah penting karena teksnya, meski tidak lengkap karena aus, masih dapat dibaca, tentu saja masih dapat diinterpretasi. Sehubungan dengan nama Bima, tempat ditemukan parasasti, dalam naskah Negarakertagama yang disusun Mpu Prapanca tahun 1365 juga disebut nama Bima dan Lombok (lihat Prof  Kern, 1919).

Prasasti Wadu Tunti, sebuah prasasti batu ditemukan di desa Padede, kecamatan Donggo, kabupaten Bima, pulau Sumbawa. Prasasti ini pertama kali dicatat oleh GP Rouffaer, yang mengunjunginya bulan Agustus 1910. Prasasti ini meski sejauh ini dianggap bernuansa Hindu, dan diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-14 (lihat Wikipedia(, tetapi seperti yang kita lihat nanti sesungguhnya (justru) menceritakan keberadaan pengaruh Islam di Bima. Prasasti Wadu Tunti ditulis dalam aksara dalam bahasa Jawa Kuno yang bercampur bahasa lokal. Kata wadu tunti dalam bahasa Bima (Mbojo) berarti 'batu tulis'. Pada permukaan batu prasasti terdapat cukilan yang menggambarkan empat orang tokoh, disamping tulisan sebanyak sembilan baris. Rouffaer sendiri memperkirakan bahwa tokoh utama dalam gabar itu Dewa Siwa, serta pembuatan prasasti ini antara tahun 1350 s.d. 1400, tetapi seperti kita lihat nanti, sesungguhnya mengindikasikan empat pemimpin Islam (yang diduga kuat Bima, Dompo, Sangiang dan Sape). Pada saat itu, tulisan prasasti belum terbaca, namun filolog JG de Casparis cenderung menyetujui pendapat Rouffaer. Saat ini Balai Arkeologi Denpasar telah melakukan pembacaan terhadap prasasti ini. Hasil pembacan Balai Arkeologi Denpasar inilah yang akan kita interpretasi.

Lantas bagaimana sejarah zaman kuno di provinsi Nusa Tenggara Barat? Tentu saja tidak berdiri sendiri, besar kemungkinan terkait di pulau-pulau sebelah barat (provinsi Bali) dan pulau-pulau sebelah timur (provinsi Nusa Tenggara Timur). Namun posisi pulau Sumbawa tempat ditemukan prasasti menjadi strategis memahami sejarah zaman kuno di kawasan. Lalu apaakah ada hubungan kerajaan-kerajaan di wilayah (pulau) Sumbawa dengan kerajaan-kerajaan besar pada era prasasti dibuat? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 19 Juli 2020

Sejarah Lombok (45): Orang Sasak Lombok di Desa Tenganan Pegringsingan Pulau Bali; Monogami, Endogami dan Hukum Waris


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Di Lombok banyak orang Bali. Lantas apakah ada orang Sasak dari pulau Lombok di Bali? Ternyata ada. Mereka menetap sudah lama di kampong Tenganan Pegringsingan, Karangasem, pulau Bali. Bagaimana mereka bisa tinggal di Bali? Itu satu hal, Hal lain adalah ketika kerajaan Bali Selaparang mengirim pasukan asal Lombok untuk membantu kerajaan Karangasem dalam berperang melawan kerajaan Kloengkoeng. Hal lainnya adalah orang Sasak yang disebut Bodha ini menetap di kampong Tenganan Pegringsingan. Menurut S van Praag (1934) asal-usul penduduk Tenganan Pegringsingan sebagian berasal dari orang Sasak dari Lombok.

Pada masa ini desa Tenganan Pegringsingan lebih dikenal sebagai sebuah desa tradisional di pulau Bali. Desa Tenganan Pegringsingan berada di kecamatan Manggis, kabupaten Karangasem. Pada masa ini desa Tenganan Pegringsingan adalah salah satu dari tiga desa Bali Aga. Dua desa lainnya adalah desa Trunyan dan desa Sembiran. Bali Aga adalah penduduk asli Bali yang masih mempertahankan kepercayaan lama. Sedangkan penduduk asli Lombok adalah orang Sasak. Sebagian besar orang Sasak telah menganut agama Islam. Orang Bodha adalah orang Sasak yang masih mempertahankan kepercayaan lama (seperti halnya orang Bali Aga di Bali). Dua kelompok masyarakat memiliki kesamaan sehingga bisa berbaur.

Lantas bagaimana sejarah desa Tenganan Pegringsingan? Yang jelas menurut Dr VE Korn dalam monografnya berjudul De Dorpsrepubliek Tnganan Pagringsingan (1933) desa Tenganan Pegringsingan berbeda dengan desa-desa Bali umumnya. Desa Tnganan Pagringsingan menurut Dr VE Korn adalah Republik Desa yang mana penduduknya memiliki ciri khas yang unik: monogami, endogami dan hukum waris sendiri. Nah, untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 18 Juli 2020

Sejarah Lombok (44): Sejarah Bodha Tempo Doeloe di Lombok Utara dan Orang Bodha Juga Ada di Bima; Bali Aga di Pulau Bali


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Satu hal yang nyaris terlupakan dalam sejarah Lombok adalah tentang eksistensi orang Bodha sebagaimana tentang orang Bali Aga di Bali. Orang Bodha adalah orang Sasak dan orang Bali Aga adalah orang Bali. Namun kepercayaan (cara beragam) orang Bodha berbeda dengan orang Sasak umumnya yang beragama Islam. Idem dito orang Bali Aga dengan orang Bali umumnya yang beragama Hindoe. Tempo doeloe, orang Bodha juga ditemukan di pulau Soembawa (Bima).

Di Lombok juga ada yang diidentifikasi sebagai orang yang disebut orang Waktoe Teloe. Mereka teridentifikasi berada di Lombok Utara di sekitar gunung Rindjani. Pada era Hindia Belanda, para akademisi sering memperdebatkan dua terminologi ini yang khas ada di pulau Lombok. Perdebatan ilmiah dalam rangka menemukan kerangka pemahaman yang sama diantara para akademisi tentang orang Bodha dan orang Waktoe Teloe. Orang Bodha dihubungkan dengan agama Budha dan orang Waktoe Teloe dihubungkan dengan agama Islam. Pada sensus 1920, orang Bodha dimasukkan dalam kategori (etnik) Sasak, sebagaimana orang Bali Aga dimasukkan dalam kategori (etnik) Bali.

Lalu bagaimana sejarah orang Bodha? Nah, itu dia, kurang terinformasikan. Sejarah orang Bodha adalah bagian dari sejarah pulau Lombok dan juga bagian dari sejarah pulau Soembawa terutama di Bima. Penduduk asli di pulau Lombok menyebut diri dengan orang Sasak. Dalam hal ini orang Sasak juga termasuk orang Bodha. Terminologi Lombok, Sasak dan Bodha adalah tiga terminologi yang digunakan berbeda. Okelah, untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 17 Juli 2020

Sejarah Lombok (43): Sejarah Gerung, Ibu Kota Kabupaten Lombok Barat; Riwayat Laboehan Tring Menjadi Pelabuhan Lembar


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Pada masa ini ibu kota kabupaten Lombok Barat berada di Gerung. Pemindahan ibu kota ini dari kota Mataram ke Gerung sehubungan dengan ditingkatkannya status kota (administratif) Mataram menjadi Kota pada tahun 1993. Kota Mataram terdiri dari tiga kecamatan (Ampenan, Mataram dan Cakranegara). Sementara kabupaten Lombok Barat menjadi hanya terdiri dari sembilan kecamatan (Gunungsari, Tanjung, Gangga, Bayan, Labuapi, Kediri, Gerung, Sekotong Tengah  dan Narmada. Perpindahan ke kecamatan Gerung ini dilakukan secara bertahap pada periode (1999-2003).

Sejak tahun 2001 kabupaten Lombok Barat bertambah lima kecamatan baru yakni Lingsar (pemekaran dari Narmada), Lembar (pemekatan dari Gerung), Kayangan (pemekaran dari Bayan), Pemenang (pemekaran dari Tanjung) dan Batu Layar (pemekaran Gunugsari). Pada tahun 2008 kabupaten Lombok Barat dimekarkan (kembali) dengan membentuk kabupaten Lombok Utara yang terdiri dari lima kecamatan: Bayan, Gangga, Tanjung, Kayangan dan Pemenang. Kota yang dipilih sebagai ibu kota kabupaten Lombok Utara adalah kota Tanjung (di kecamatan Tanjung).

Kecamatan Gerung (sebelum pemekaran) tempo doeloe adalah sutau district di Onderafdeeling Wesst Lombok, Afdeeling Lombok, Residentei Bali en Lombok. Kepala districr Geroeng berada di kampong Geroeng. Kampong terdekat dari kampong Geroeng adalah kampong Lembar. Kini, kanmpong Lembar menjadi pelabuhan utama di pulau Lombok dan kampong Geroeng menjadi ibu kota kabupaten Lombok Barat. Lalu, bagaimana perjalanan sejarah kampong Geroeng menjadi ibu kota kabupaten Lombok Barat. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Lombok (42): Perang Selong di Lombok Timur 1903; Mamiq Sapian dan Perang Praya di Lombok Tengah (1896)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Ada Perang Bali dan juga ada Perang Lombok. Ada Perang Praja dan ada pula Perang Selong. Perang Bali dimulai ketika Pemerintah Hindia Belanda ingin menghukum pangeran Boeleleng yang didukung kerajaan Karangasem di Bali pada tahun 1846. Kerajaan Bali Selaparang di Lombok turut membantu Pemerintah Hindia Belanda dalam perang ini. Sementara Perang Lombok terjadi pada tahun 1894, idem dito, Pemerintah Hindia Belanda ingin menghukum Kerajaan Bali Selaparang di Lombok. Dalam perang ini pangeran Karangasem (Goesti Djelantik) turut membantu Pemerintah Hindia Belanda. Lantas mengapa muncul Perang Praja dan Perang Selong?

Dalam Perang Lombok, kerajaan Bali Selaparang yang beribukota di Mataram, militer Pemerintah Hindia Belanda berhasil menghancurkan kota Mataram. Lalu kerajaan Bali Selaparang menyerah dan dilakukan perundingan. Dalam perundingan ini Pemerintah Hindia Belanda turut (empat) pemimpin penduduk Sasak. Syarat dan ketentuan yang disodorkan Pemerintah Hindia Belanda adalah penduduk Bali dan penduduk Sasak sama haknya dalam pembentukan cabang Pemerintah Hindia Belanda di Lombok. Para pemimpin Sasak mengajukan kehadiran pangeran Karangasem (Goesti Djelantik) dan pasukannnya di Lombok. Syarat dan ketentuan ini dianggap berat oleh para pangeran Bali Selaparang. Lalu tidak diduga, pasukan Bali Selaparang menyerang militer Pemerintah Hindia Belanda. Banyak yang tewas dan bahkan komandannya yang berpangkat Generaal Majoor. Lalu, kembali dikirim ekspedisi militer (yang sebelumnya sebagian sudah sempat pulang ke Jawa) ke Lombok. Akhirnya pasukan Bali Selaparang berhasil dilumpuhkan setelah puri Tjkaranegara hancur. Berakhir sudah Perang Lombok pada tangg 19 Noverber 1894. Lalu Pemerintah Hindia Belanda mulai menata cabang pemerintah di Lombok.

Pasca Perang Lombok, setelah terbentuknya cabang Pemerintah Hindia Belanda di Lombok muncul pemberontakan di Praya (1906). Residen Bali en Lombok mengirim ekspedisi militer ke Praja (sebut saja Perang Praja). Dalam Perang Praja ini kepala distrik Praja, Mamiq Sapian tewas. Beberapa tahun kemudian terjadi pemberontakan di Sakra (sebut saja Perang Selong). Dalam Perang Selong ini kapala pemberontak Mamiq Darmadji dihukum. Lantas apa sesungguhnya yang menyebabkan terjadinya Perang Selong? Lalu apakah Perang Selong berbeda dengan Perang Praja? Yang jelas kurang terinformasikan. Nah, untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 16 Juli 2020

Sejarah Lombok (41): Perdagangan Budak di Lombok dan Pangeran Bali Selaparang; Sejarah Perbudakan dari Masa ke Masa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Sejarah perbudakan boleh jadi seumur dengan peradaban manusia. Mungkin tidak pernah habis-habisnya. Pada era VOC sistem perbudakan itu eksis sebagai bagian dari pedagangan. Pada era Pemerintah Hindia Belanda praktek perbudakan itu terdapat di berbagai wilayah yang kemudian secara perlahan-lahan dibatasi hingga akhirnya dilarang. Namun praktek perbudakan, seperti disebut seumur dengan peradaban itu sendiri, pada masa ini praktek perbudakan itu muncul dalam wujud lain yang dikenal sebagai human traficking.

Perbudakan adalah bentuk intervensi manusia terhadap manusia lainnya sebagai hak kepemilikan bagai pemilik dengan barangnya. Praktek perbudakan secara geografis berada di tiga area utama: daerah pemasok atau pengirim, daerah pengguna atau penerima dan pusat perdagangan (pasar budak). Oleh karena itu, budak dianggap sebagai salah satu komoditi perdagangan yang ada harganya bagi pemilik, tetapi bagi buda itu senidiri dia merasa tidak punya harga diri, karena haknya yang paling azasi telah dikapitalisasi oleh pemilik (sebagai barang). Hak azasi para budak sebelumnya telah direkrut dari masyarakatnya dengan jalan damai atau dengan jalan kekerasan. Jalan damai umumnya karena orang tua menjual anggota keluarganya karena ingin menebus utang sedangkan jalan kekerasan adalah penculikan (perampokan) atau peperangan yang mana yang kalah dijadikan sebagai budak. Para radja-radja juga memainkan peran penting dalam dunia perbudakan.

Tempo doeloe, wilayah perairan pulau Lombok juga termasuk salah satu situs dalam praktek perbudakan. Para budak dipasok dari pulau-pulau lainnya dan para budak diangkut ke berbagai tempat terutama ke pulau Jawa, khususnya Batavia. Tentu saja ada budak yang bersumber dari Lombok. Sebagaimana juga di tempat lain (pulau-pulau lainnya di Hindia Belanda), wujud lain dari sistem perbudakan di Lombok adalah eksploitasi para pangeran kerajaan Bali Selaparang terhadap penduduk Sasak. Eksploitasi yang berlebihan menjadi faktor penting yang menyebabkan penduduk Sasak melakukan pemberontakan terhadap kerajaan Bali Selaparang. Bagaimana semua itu terjadi di Lombok? Nah, untuk menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 15 Juli 2020

Sejarah Lombok (40): Sejarah Tanjung, Ibu Kota Kabupaten Lombok Utara; Bagaimana dengan Bayan? Jauh di Mata Dekat di Hati


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Kabupaten baru di pulau Lombok provinsi Nusa Tenggara Barat adalah Lombok Utara dengan ibu kota di Tanjung. Mengapa kota Tanjung dipilih dan ditetapkan sebagai ibukota kabupaten Lombok Utara adalah satu hal, sementara hal lainnya adalah bagaimana sejarah (kota) Tanjung sendiri. Yang jelas sejarah kota Tanjung tidak terinformasikan. Bukankah kota Tanjung telah menjadi ibu kota sebuah kabupaten? Itulah mengapa narasi sejarah kota Tanjung diperlukan.

District Tandjoeng (Peta 1908)
Sejak era Pemerintah Hindia Belanda pulau (afdeeeling) Lombok dibagi ke dalam tiga wilayah administratif (onderafdeelin) West Lombok ibu kota Mataram, Oost Lombok ibu kota Selong dan Midden Lombok ibu kota Praja. Pembagian wilayah ini berlanjut hingga Pemerintah Republik Indonesia sebagai kabupaten. Pada tahun 1993 kota Mataram (yang juga menjadi ibu kota provinsi Nusa Tenggara Barat) di kabupaten Lombok Barat ditingkatkan statusnya menjadi Kota (setara dengan kabupaten). Oleh karena kota Mataram juga ibu kota kabupaten Lombok Barat, sehubungan pemisahan wilayah tersebut sebagai Kota, maka ibu kota kabupaten Lombok Barat dipindahkan ke kota Gerung (selatan Kota Mataram). Pada tahun 2008 kabupaten Lombok Barat dimekarkan (kembali) dengan membentuk kabupaten Lombok Utara yang terdiri dari lima kecamatan: Bayan, Gangga, Tanjung, Kayangan dan Pemenang. Kota yang dipilih sebagai ibu kota kabupaten Lombok Utara adalah kota Tandjoeng (di kecamatan Tanjung).

Darimana kita memulai mempelajari sejarah Tanjung? Bukan dari Mataram, ada baiknya mulai dari Bayan. Mengapa? Pada era VOC, wilayah utara pulau Lombok disebut district Bajan. Dalam perkembangannya pada era Pemerintah Hindia Belanda district Baja dimekarkan dengan membentuk distrik Tandjoeng, tetapi kemudian dua district ini disatukan lagi dengan nama District Bajan en Tandjoeng. Nah, untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Lombok (39): Sejarah Senggigi dan Sejarah Gili Trawangan; Dari Era Cornelis de Houtman hingga Era Pariwisata Dunia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Pantai Senggigi dan (pulau) Gili Trawangan memiliki sejarah sendiri-sendiri. Namun kedua area ini dapat disatukan karena sama-sama menjadi tujuan wisata di pantai barat pulau Lombok. Dua area wisata ini yang secara geografis berdekatan, juga dijadikan sebagai satu paket perjalanan wisata yang saling melengakapi: pantai Senggigi adalah wisata pantai; Gili Trawangan adalah wisata pulau. Gili dalam bahasa Sasak adalah pulau yang lebih kecil (pulau besarnya adalah Lombok).

Pulau Gili Trawangan (Peta-peta tempo doeloe)
Lupakan sejenak keindahan pantai Senggigi dan pulau Gili Trawangan. Karena kita ingin mempelajari sejarahnya sebelum menjadi destinasi wisata. Namun mempelajari sejarah dua area destinasi wisata ini tidak mudah, karena sejarahnya masing-masing kurang terinformasikan. Hal itulah yang menyebabkan mengapa pantai Senggigi dan pulau Gili Trawangan yang diperhatikan keindahannya saja dan tidak terinformasikan sejarahnya. Padahal destinasi wisata tidak berdiri sendiri tetapi juga terkait dengan sejarahnya. Memahami sejarah pantai Senggigi dan pulau Gili Trawangan akan memperkaya kunjungan wisatanya. Itulah mengapa sejarah pantai Sengigigi dan pulau Gili Trawang diperlukan.

Lalu seperti apa sejarah pantai Senggigi dan pulau Gili Trawangan? Itulah yang menjadi tugas kita untuk membacanya. Untuk itu kita harus memutar jarum jam kembali ke masa lampau yakni sejak ekspedisi pertama Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman (1597). Dari titik waktu inilah kita mulai mempelajari sejarah pantai Sengigigi dan pulau Gili Trawangan. Nah, untuk itu, agat menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 14 Juli 2020

Sejarah Lombok (38): Pijot, Pidjot, Piju, Pidjoe; Pelabuhan Terbaik di Pulau Lombok Tempo Doeloe [Jerowaru, Lombok Timur]


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Tidak seorang pun  kini mengingat nama Pidjot atau Pidjoe dalam sejarah Lombok. Pada masa ini nama Pijot hanyalah sebuah nama desa terpencil di kecamatan Keruak, kabupaten Lombok Timur. Karena itu pula orang tidak menganggapnya penting. Namun, jangan lupa, Pidjot tempo doeloe bukanlah kampong kecil, tetapi pelabuhan besar. Pelabuhan Pidjot memang tidak sebesar pelabuhan Ampenan, tetapi pelabuhan Pidjoe awalnya lebih sibuk dari pelabuhan Laboehan Hadji, bahkan pelabuhan Pidjoe sudah dikenal sebelum pelabuhan Lembar (Laboehan Tring) ditemukan.

Sejarah keberadaan (pelabuhanI Pijot semakin terabaikan dan terlupakan karena banyak faktor. Satu faktor penting adalah nama desa Pijot masa kini berada di kecamatan Keruak, kabupaten Lombok Timur. Sementara posisi geografisnya secara aktual pelabuhan Pidjot tempo doeloe, kini tepat berada di desa Jerowaru, kacamatan Jerowaru, kabupaten Lombok Timur. Perbedaan inilah yang menyebabkan sejarah pelabuhan Pijot menjadi kabur. Lantas mengapa begitu? Sebelum kita membuktikannya, anggaplah pelabuhan Pijot adalah desa Jerowaru yang sekarang. Pada awalnya wilayah teritorial kampong Pidjot ini sangat luas. Namun dalam perkembangnya jelang sensus pada tahun 1930 sejumlah kampong disatukan untuk menjadi desa. Boleh jadi nama desa yang dipilih adalah desa Jerowaru. Dalam perkembangannya masing-masing desa ini mengalami pemekaran. Lalu desa-desa yang berdekatan kemudian disatukan dengan membentuk kecamatan yang namanya mengambil nama Jerowaru. Terakhir, kecamatan Jerowaru dimekarkan dengan membentuk kecamatan Keruak. Celakanya, desa Pijot masuk kecamatan Keruak. Kampong Pijot yang menjadi desa sekarang tidak lagi berada di tempat asalnya, demikian juga kampong Djerowaroe yang menjadi nama desa tidak lagi berada di tempat asal (menempati kampong Pidjoe/Pidjot tempo doeloe). Bingung, bukan? Tidak apalah sedikit bingung, yang jelas persoalan serupa ini banyak ditemukan di berbagai tempat di Indonesia.

Fakta sejarah seringkali kabur oleh kemajuan jaman. Meski nama Pidjoe atau Pidjot sudah lama terlupakan, tetapi sejarah tetaplah sejarah. Sebab sejarah adalah narasi fakta dan data. Tempo doeloe tidak ada pelabuhan di pantai selatan (pulau) Lombok, oleh karenanya jika terjadi badai, semua kapal yang melintas di selatan pulau akan merapat ke pelabuhan Pidjoe. Sebab, pelabuhan Pidjoe adalah pelabuhan yang tenang dan aktivitas perdagangannya yang sangat ramai. Nah, untuk sekadar mengingat nama Pijot dan untuk menambah pengeatahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe. Catatan: dalam artikel ini penulisan Piju, Pidjoe, Pijot dan Pidjot saling menggantikan.