*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini
Ada Perang Bali dan juga ada Perang Lombok. Ada Perang Praja dan ada pula Perang Selong. Perang Bali dimulai ketika Pemerintah Hindia Belanda ingin menghukum pangeran Boeleleng yang didukung kerajaan Karangasem di Bali pada tahun 1846. Kerajaan Bali Selaparang di Lombok turut membantu Pemerintah Hindia Belanda dalam perang ini. Sementara Perang Lombok terjadi pada tahun 1894, idem dito, Pemerintah Hindia Belanda ingin menghukum Kerajaan Bali Selaparang di Lombok. Dalam perang ini pangeran Karangasem (Goesti Djelantik) turut membantu Pemerintah Hindia Belanda. Lantas mengapa muncul Perang Praja dan Perang Selong?
Ada Perang Bali dan juga ada Perang Lombok. Ada Perang Praja dan ada pula Perang Selong. Perang Bali dimulai ketika Pemerintah Hindia Belanda ingin menghukum pangeran Boeleleng yang didukung kerajaan Karangasem di Bali pada tahun 1846. Kerajaan Bali Selaparang di Lombok turut membantu Pemerintah Hindia Belanda dalam perang ini. Sementara Perang Lombok terjadi pada tahun 1894, idem dito, Pemerintah Hindia Belanda ingin menghukum Kerajaan Bali Selaparang di Lombok. Dalam perang ini pangeran Karangasem (Goesti Djelantik) turut membantu Pemerintah Hindia Belanda. Lantas mengapa muncul Perang Praja dan Perang Selong?
Dalam Perang Lombok,
kerajaan Bali Selaparang yang beribukota di Mataram, militer Pemerintah Hindia
Belanda berhasil menghancurkan kota Mataram. Lalu kerajaan Bali Selaparang
menyerah dan dilakukan perundingan. Dalam perundingan ini Pemerintah Hindia
Belanda turut (empat) pemimpin penduduk Sasak. Syarat dan ketentuan yang disodorkan
Pemerintah Hindia Belanda adalah penduduk Bali dan penduduk Sasak sama haknya
dalam pembentukan cabang Pemerintah Hindia Belanda di Lombok. Para pemimpin
Sasak mengajukan kehadiran pangeran Karangasem (Goesti Djelantik) dan
pasukannnya di Lombok. Syarat dan ketentuan ini dianggap berat oleh para
pangeran Bali Selaparang. Lalu tidak diduga, pasukan Bali Selaparang menyerang
militer Pemerintah Hindia Belanda. Banyak yang tewas dan bahkan komandannya
yang berpangkat Generaal Majoor. Lalu, kembali dikirim ekspedisi militer (yang
sebelumnya sebagian sudah sempat pulang ke Jawa) ke Lombok. Akhirnya pasukan
Bali Selaparang berhasil dilumpuhkan setelah puri Tjkaranegara hancur. Berakhir
sudah Perang Lombok pada tangg 19 Noverber 1894. Lalu Pemerintah Hindia Belanda
mulai menata cabang pemerintah di Lombok.
Pasca Perang Lombok, setelah terbentuknya cabang
Pemerintah Hindia Belanda di Lombok muncul pemberontakan di Praya (1906). Residen
Bali en Lombok mengirim ekspedisi militer ke Praja (sebut saja Perang Praja).
Dalam Perang Praja ini kepala distrik Praja, Mamiq Sapian tewas. Beberapa tahun
kemudian terjadi pemberontakan di Sakra (sebut saja Perang Selong). Dalam
Perang Selong ini kapala pemberontak Mamiq Darmadji dihukum. Lantas apa
sesungguhnya yang menyebabkan terjadinya Perang Selong? Lalu apakah Perang Selong berbeda dengan Perang
Praja? Yang jelas kurang terinformasikan. Nah, untuk menambah pengetahuan dan
meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo
doeloe.
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Perang Lombok (1894) dan Pemberontakan Praya (1894)
Laporan Residen Beli en Lombok (Laporan tahunan 1892
yang dikutip Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad voor
Nederlandsch-Indie, 28-10-1892) mencatat bahwa selama puasa, yang jatuh pada
bulan April tahun ini, pertempuran sengit lebih sedikit antara kedua belah
pihak (kerajaan Bali Selaparang vs penduduk Sasak). Akan tetapi tampaknya pasukan
pemberontak akan segera menyerang lagi. Para pemberontak tampaknya tidak
kekurangan makanan, sementara panen yang sangat memadai dapat diharapkan segera
berkat bantuan penduduk. Garis pertempuran itu antara pelabuhan Ampenan (barat)
dan pelabuhan Pidjoe (timur) di daerah pedalaman Lombok. Goeroe Bangkol di lanskap
Praja, Mamiq Norsasay di lanskap Sakra dan Raden Pringga di lanskap Pringgaraja
dapat disebut sebagai para pemimpin pemberontak.
Dalam
laporan ini juga disebutkan bahwa pedagang Arab Said Abdullah yang baru-baru
ini disebutkan dalam Laporan 1890 (halaman 23) memainkan peran yang sangat
ambigu dalam kerumitan ini. Akhir-akhir ini, pengaruhnya telah berkurang secara
nyata terutama hubungannya dengan (pangeran) Anak Agoeng Made, yang menyebabkan
telah membawanya bergabung dengan para pemberontak. Ketika kerajaan Bali
Selaparang Lombok akhirnya berhasil mendapatkan bukti pengkhianatannya, ia akan
seperti dua putranya dan penulisnya dijatuhi hukuman mati yang hukumannya
dijatuhkan dengan menggunakan keris menurut adat Bali.
Latar
belakang pemberontakan ini menurut Laporan 1892 bermula ketika pangeran Mengwi terbunuh
pada tanggal 22 Juni 1891, pangeran Karangasem Goesti Gde Djelantik segera
membantu kerajaan Mangwi. Kerajaan Karangasem mendapat pasukan tambahan sebanyak
500 orang pada tanggal 24 Juni dari kerajaan Bali Selaparang di Lombok. Namun
dalam perang melawan pasukan kerajaan Kloengkoeng pasukan dari Lombok banyak
yang terbunuh karena kurang terlatih dan persediaan makanan yang tidak begitu
memadai. Pasukan Lombok ini adalah orang-orang Sasak yang dikirim oleh pangeran
Bali Selaparang. Sejak inilah muncul ketidakpuasan dari penduduk dan pemimpin
Sasak. Saat munculnya perekrutan baru pasukan untuk dikirim ke Bali lalu munculnya
pemberontakan penduduk Sasak terhadap kerajaan Bali Selaparang. Hal ini juga
dikaitkan dengan belakangan ini pangeran Anak Agoeng Made sangat kejam terhadap
penduduk Sasak.
Pemberontakan penduduk Sasak tidak berhasil
dibendung pasukan kerajaan Bali Selaparang. Untuk segera melumpuhkan para
pemberontak, kerajaan Bali Selaparang meminta bantuan dari pasukan dari
kerajaan Karangasem yang dipimpin oleh Goesti Gde Djelantik. Akhirnya pasukan
Sasak terdesak sehingga para pemimpin Sasak meminta Pemerintah Hindia Belanda
untuk melakukan intervensi. Dalam intervensi ini, pasukan Karangasem yang
dipimpin oleh Goesti Gde Djelantik turut membantu Pemerintah Hindia Belanda.
Kerajaan Bali Selaparang dalam dilema. Lalu ekspedisi militer Pemerintah Hindia
Belanda memasuki Ampenan pada bulan Juli 1894. Perang ini disebut Perang
Lombok.
Dalam Perang Lombok,
kerajaan Bali Selaparang yang beribukota di Mataram, militer Pemerintah Hindia
Belanda berhasil menghancurkan kota Mataram. Lalu kerajaan Bali Selaparang
menyerah dan dilakukan perundingan pada bulan Agustus 1894. Dalam perundingan
ini Pemerintah Hindia Belanda turut (empat)
pemimpin penduduk Sasak. Syarat dan ketentuan yang disodorkan Pemerintah Hindia
Belanda adalah penduduk Bali dan penduduk Sasak sama haknya dalam pembentukan
cabang Pemerintah Hindia Belanda di Lombok. Para pemimpin Sasak mengajukan
kehadiran pangeran Karangasem (Goesti Djelantik) dan pasukannnya di Lombok.
Syarat dan ketentuan ini dianggap berat oleh para pangeran Bali Selaparang.
Lalu tidak diduga, pasukan Bali Selaparang menyerang militer Pemerintah Hindia
Belanda. Banyak yang tewas dan bahkan komandannya yang berpangkat Generaal
Majoor. Lalu, kembali dikirim ekspedisi militer (yang sebelumnya sebagian sudah
sempat pulang ke Jawa) ke Lombok. Akhirnya pasukan Bali Selaparang berhasil
dilumpuhkan setelah puri Tjkaranegara hancur. Berakhir sudah Perang Lombok pada
tangg 18 Noverber 1894.
Pasca Perang Lombok, Pemerintah Hindia Belanda mulai
menata cabang pemerintahan lokal di Lombok. Sejumlah district dibentuk, suatu
wilayah administratif yang dipimpin oleh orang pribumi sebagai kepala district.
District Ampenan en Ommelanden dipimpin oleh Goesti Gde Djelantik. Untuk
district Praja diangkat Mamiq Sapian sebagai kepala district. Di district Sakra
Mamiq Kertawang diangkat sebagai kepala district.
Sebelumnya cabang
Pemerintah Hindia Belanda di Lombok, sudah terbentuk cabang pemerintah di Bali
dengan judul Residentie Bali en Lombok dengan ibu kota Boeleleng. Pengaruh
langsung Pemerintah Hindia Belanda hanya terbatas di Afdeeling Boeleleng dan
afdeeeling Djembranan (pasca Perang Bali 1846-1849).. Pada permulaan ekspedisi
militer di Lombok bulan Juli 1894 seorang Controleur ditempatkan di Ampenan.
Lalu pasca Perang Lombok (November 1894) pulau Lombok dibentuk sebagai sebuah
afdeeling di dalam Residentie Bali en Lombok dengan seorang Asisten Residen
yang berkedudukan di Ampenan. Afdeeling Lombok dibagi menjadi dua
onderfadeeling yakni Onderafdeeling West Lombok ibu kota Ampenan yang langsung
dipimpin oleh Asisten Residen dan onderafdeeling Oost Lombok dengan ibu kota
Sisik yang dipimpin oleh Cotroleur.
Onderafdeeling Oost Lombok terdiri dari tujuh district diantaranya
district Pringgabaja, district Sakra dan district Praja.
Pengangkatan kepala district Ampenan en Ommelanden
yakni Goesti Gde Djelantik bukan tanpa masalah. Di mata Pemerintah Hindia
Belanda Goesti Gde Djelantik jelas pemilik portofolio tertinggi karena ikut
membantu Pemerintah Hindia Belanda dalam menghukum kerajaan Bali Selaparang.
Tetapi bagi penduduk Bali di Lombok, Goesti Gde Djelantik adalah seorang
penghianat. Tapi orang-orang Bali tidak berdaya lagi, radja dan para pengeran
sudah tiada, demikian juga pasukan telah hancur. Orang-orang Bali di Lombok
hanya tinggal menggerutu (pasrah). Namun tidak demikian di district Praja,
muncul pemberontakan di Praja.
Sementara penduduk Sasak
serasa di atas angin. Namun persoalan muncul karena Mamiq Sapian sebagai kepala
district di Praya dipandang bukan murni bangsawan Sasak. Pasca Perang Lombok
dua pemimpin Sasak yang ikut berunding sebelumnya yakni Mamiq Norsasay (Sakra) dan Goeroe
Bangkol (Praja) sudah lengser keprabon. Isu inilah yang kemudian berkembang
sehingga muncul pemberontakan di Praja yang digalang oleh sekelompok orang tertentu.
Goeroe Bangkol dianggap tidak terlibat dalam pemberontakan di Praja. Lalu
Residen Bali en Lombok mengirim satu detasemen militer yang bermarkas di
Ampenan untuk membantu garnisun militer di Praja. Dalam Perang Praja ini Mamiq
Sapian terbunuh.
Pasca pemberontakan Praja, kemudian Pemerintah
Hindia Belanda membentuk onderafdeeeling Midden Lombok dengan ibu kota Praja.
Seorang Controleur ditempatkan di Praja. Situasi yang mulai lebih kondusif,
Residen Bali en Lombok meminta ibu kota onderafdeeeling Oost Lombok dipindahkan
dari Sisik ke Selong (1897). Ibu kota onderafdeeling West Lombok juga ditetapkan
di Mataram sehubungan dengan pengangkatan Controleur untuk onderafdeeeling West
Lombok (sementara Asisten Residen tetap di Ampenan).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Perang Selong di Sakra
Setelah pembentukan cabang Pemerintah Hindia
Belanda di Lombok, district-district penduduk Sasak mengalami kemajuan yang
pesat dalam pembangunan. Perdagangan mulai marak, pencetakan sawah baru
bermunculan. District Sakra di Onderafdeeling Osost Lombok juga sangat tenang
dan pengembangan pertanian berjalan baik. Boleh jadi karena itu, kepala
district Sakra Mamiq Kertawang ingin beristirahat dan pensiun diri karena
alasan tidak sehat pada tahun 1903. Pemerintah Hindia Belanda melalui
Controleur dan Asisten Residen mengabulkan permintaan pengunduran diri Mamiq
Kertawang pada tanggal 15 Oktober 1903. Namun menjadi persoalan ketika
pengganti Mamiq Kertawang yang diangkat adalah Mamiq Saerah. Lalu muncul protes
dari oposisi di Sakra, Mamiq Saerah tidak layak, Hal ini karena Mamiq Saerah
dianggap tidak murni bangsawan Sasak. Menjelang pelantikan Mamiq Saerah inilah
muncul protes dari kelompok tertentu yang dipimpin oleh Mamiq Darmadji.
De
locomotief, 12-11-1903: ‘Selong (Oost Lombok) 12 November. Kemarin, ketika
seorang kepala district Sakra, district penduduk Sasak di Oost Lombok diangkat,
oposisi yang dipimpin Mamiq Darmadji, dengan ancaman terhadap Asisten Residen
(Udo de Haes) dan Controleur (Affelen van Saemsfoort). Sekitar seratus orang
bersenjata berkumpul, tetapi para pejabat berhasil mundur ke kampong Mandar desa
Pidjot tepat waktu. Mamiq Dermadji telah menyatakan bahwa ia akan menentang
pemerintah yang dipersenjatai. Ratusan pradjurit dari Mataram (ibukota afdeeeling)
dan Praja (ibukota onderfadeeeling Midden Lombok) sedang dalam perjalanan
menuju Selong untuk memperkuat ibu kota onderafdeeeling Oost Lombok’.
Pemberontakan di Oost Lombok ini mirip dengan awal
mula pemberontakan di Praja pada tahun 1896. Isu yang mengemuka adalah soal
preferensi siapa yang diangkat menjadi kepala district. Kasus pemberontakan
Praja karena kepala district Mamiq Sapian dianggap sebagai tidak murni
bangsawan. Kasus pemberontakan di Oost Lombok (Sakra) juga soal kemurnian darah
bangsawan Mamiq Saerah yang kakek buyutnya adalah orang Bali. Tampaknya soal
Bali vs Sasak belum dilupakan sepenuhnya. Padahal Mamiq Saerah lebih merasa
orang Sasak daripada orang Bali. Ada satu titik pertemuan darah di dalam diri
Mamiq Saerah (kakek buyutnya) sudah berlalu satu abad yang lalu. Persoalan ini
sedikit membuat bingung Controleur Oost Lombok karena itu sudah terjadi seratus
tahun lalu dan Mamiq Saerah dipandang Controleur bahwa Mamiq Saerah adalah
seorang Sasak. Hal ini mirip yang dialami oleh Mamiq Sapian di Praja yang
membawanya tewas dalam pertempuran melawan pemberontak.
Controleur
Oost Lombok coba bernegosiasi dengan pemimpin pemberontak Mamiq Darmadji.
Controleur akan mempertimbangkan protes Mamiq Darmadji, namun pelantikan tetap
dijalankan hanya dengan status kepala district sementara untuk mengganti
kekosongan yang yang ditinggalkan oleh Mamiq Kertawang. Namun Mamiq Darmadji
tetap mendesak untuk membatalkan pengangkatan Mamiq Saerah sebagai kepala
district Sakra apa pun statusnya dengan tetap menebarkan ancaman perlawanan
kepada pemerintah. Dalam situasi yang tidak kondusif ini, Asisten Residen
Lombok yang sudah tiba, terpaksa membatalkan acara dan segera menyingkir ke
(pelabuhan) Pijoe dan kemudian dari Pijoe berangkat ke Selong. Esoknya tidak
lama setelah Asisten Residen tiba di Selong, bantuan militer dari Praja tiba di
Selong.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar