Sabtu, 12 Mei 2018

Sejarah Kota Medan (71): Ida Nasution dan Chairil Anwar, Kritikus Sastrawan Terkenal; Ida Nasution Dibunuh Intel Belanda, 1948

*Semua artikel Sejarah Kota Medan dalam blog ini Klik Disini
 

Banyak sastrawan yang berasal dari Sumatera Utara (Tapanoeli dan Sumatra Timur) yang berkiprah di ibukota (Batavia/Djakarta), tetapi hanya satu yang menekuni esai, yakni Ida Nasution. Sastrawan-sastrawan yang terkenal adalah Merari Siregar, Sanoesi Pane, Armijn Pane, Amir Hamzah, Soetan Takdir Alisjahbana dan Chairil Anwar. Dalam daftar ini masih dapat ditambahkan satu lagi: Mochtar Lubis.

Ida Nasution (1947)
Ida Nasution lahir di Sibolga, Chairil Anwar lahir di Medan. Mereka berdua  semakin matang di Batavia. Charil Anwar menjadi sastrawan dan seorang penyair, Ida Nasution menjadi esais dan seorang kritikus. Banyak syair Chairil Anwar yang cenderung bertema cinta yang diantaranya ingin memikat Ida (Nasution), tetapi Ida Nasution terlalu sibuk mengkritisi para sastrawan yang cengeng. Chairil Anwar tertinggal jauh di belakang ketika Ida Nasution terus berjuang merdeka yang setiap saat diincar para intel/polisi yang bermuka centeng.

Ida Nasution hanya satu diantara laki-laki pada zamannya. Ida Nasution masih hidup di tengah para senior. Ida Nasution seorang diri, penulis berbakat, esais cerdas dan kritikus pemberani. Ketika Ida Nasution sudah dikenal sebagai esais dan kritikus sastra, bahkan HB Jassin belum apa-apa.Ida Nasution berkiprah jauh sebelum muncul Ike Soepomo dan NH Dini. Ida Nasution, diantara laki-laki, hubungannya dengan Chairil Anwar pasang surut. Ida Nasution lupa mengurus ‘kecantikan berbahasa’, dan hanya mengedepankan ‘ketajaman berbahasa’. Karena itu, penulis sejarah sastra kurang memperhatikannya (kalau tidak dikatakan sengaja melupakannya). Untuk itu mari kita gali kiprahnya sebelum semuanya lupa

Sejarah Kota Medan (70): Ibukota Provinsi Sumatera Utara Bermula di Sibolga, 1926; Gubernur Pertama Abdul Hakim Harahap


*Semua artikel Sejarah Kota Medan dalam blog ini Klik Disini

Pada masa ini Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 33 kabupaten/kota dengan ibukota Medan. Provinsi Sumatera Utara berdiri tidak tiba-tiba dan begitu saja. Provinsi Sumatera Utara telah mengalami proses yang sangat panjang. Awal prosesnya bermula di Sibolga tahun 1845. Setelah itu setahap demi setahap berproses terbentuknya Residentie Oostkust Sumatra dan Residentie Atjeh. Secara politik, nama Sumatra Utara (Noord Sumatra) sudah muncul pada tahun 1926. Pusat pemerintahan berada di Sibolga (Residentie Tapanoeli).

Tapanoeli, Peta 1830
Secara administratif (di era Republik Indonesia) Sumatera Utara menjadi Provinsi, sejatinya baru terbentuk tahun 1951 yang terdiri dari tiga residentie: Tapanoeli, Atjeh dan Sumatera Timur. Pusat pemerintahan di Kota Medan. Residentie Tapanoeli terbentuk di Sumatra’s Westkust (wilayah Pantai Barat Sumatra), sedangkat Residentie Oostkust Sumatra terbentuk di Sumatra’s Oostkust (wilayah Pantai Timur Sumatra). Ibukota pertama wilayah Pantai Barat Sumatra (Sumatra’s Westkust) bermula di Tapanoeli; sedangkan ibukota pertama wilayah Pantai Timur Sumatra (Sumatra’s Oostkust) bermula di Bengkalis. Residentie Atjeh terbentuk sejak berakhirnya Perang Atjeh.

Bagaimana proses pembentukan administrasi dan pemerintahan di Sumatra Utara berlangsung? Itu yang menjadi pertanyaan. Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara (hingga sekarang) adalah akhir dari proses, awal prosesnya dimulai dari Sibolga. Pemahaman ini abai dalam Sejarah Sumatera Utara. Untuk meningkatkan pengetahuan kita, mari kita telusuri ke masa lampau.