Minggu, 15 April 2018

Sejarah Kota Medan (67): T. Amir Hamzah, ‘Anak Langkat’, Bahasa Melayu Menjadi Bahasa Persatuan Kita (The Untold Story)


*Semua artikel Sejarah Kota Medan dalam blog ini Klik Disini

Siapa Tengku Amir Hamzah sudah sejak lama kisahnya secara panjang lebar telah diriwayatkan dan dipersepsikan secara umum. Tengku Amir Hamzah memulai kiprahnya sebagai Ketua Panitia Kongres Indonesia Muda di Batavia (1917). Tengku Amir Hamzah telah dipanggil Sultan untuk ‘berjuang’ menjaga kelangsungan kesultanan. Kepulangannya dari rantau kembali ke kraton menjadi akhir perjalanan hidupnya dalam tragedi Revolusi Sosial di Sumatra Timur (1946). Para pemuda pejuang curiga Tengku Amir Hamzah menjadi antek Belanda. Ketika arus gelombang menginginkan Sumatra Timur bebas dari Belanda, apakah Tengku Amir Hamzah telah mengingkari upaya pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)?

Amir Hamzah (kiri) dan Masdoelhak (kanan) di Belanda, 1932
Sejarah Tengku Amir Hamzah sudah banyak diriwayatkan. Namun siapa Tengku Amir Hamzah sebenarnya kurang mendapat tempat di dalam sejarah yang diceritakan di Indonesia. Profil seseorang seharusnya diurai dari dua sisi (both side). Sejarah yang tidak diceritakan (the untold story) tentang Tengku Amir Hamzah sangat berlimpah. Banyak catatan sejarah Tengku Amir Hamzah yang telah ditulis tidak tepat.
 
Lantas siapa sebenarnta Tengku Amir Hamzah? Riwayat ini yang akan dideskripsikan dalam artikel ini. Tengku Amir Hamzah (jika boleh dikata) adalah sosok unik dalam sejarah sastra dan bahasa Indonesia. Tengku Amir Hamzah bukanlah tokoh berkpribadian ganda, tetapi justru figur berkpribadian tunggal (unik). Riwayat Tengku Amir Hamzah yang asli inilah yang tidak ditemukan dalam sejarah (kontemporer) di Indonesia. Mari kita telusuri.