Kamis, 14 Mei 2020

Sejarah Bogor (56): Pabaton, Kampong Tua Ibu Kota Buitenzorg; Area Garnisun Militer, Gedung Landraad hingga Museum PETA


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini

Apakah ada sejarah (kampung) Pabaton? Tidak ada yang tahu, karena tidak ada yang pernah menulisnya. Padahal nama kampong Pabaton sudah ada sejak era VOC. Pada masa ini nama kampong Pabaton hanya dihubungkan dengan keberadaan Museum PETA di (kelurahan) Pabaton, kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Sejarah kampong Pabaton lebih dari itu. Pada awal pembentukan cabang pemerintahan Hindia Belanda di Buitenzorg, justru ibu kota ditetapkan di kampong Pabaton. Menurut versi Ridwan Saidi, lain lagi.

Kampong Pabaton (Peta 1772 dan Peta 1900)
Orang yang pernah membicarakan nama Pabaton adalah Ridwan Saidi. Menurut Ridwan Saidi, Istana Kerajaan Sunda terletak di Kebun Raya Bogor. Bangunan istana itu telah dirobohkan oleh Belanda, lalu diganti dengan istana seperti yang ada sekarang. Menurut Ridwan Saidi, istana tersebut namanya Istana Pabaton karena di gerbang istana terdapat prasasti setinggi 5 meter batunya. Darmana sumber yang digunakan oleh Ridwan Saidi tidak dijelaskan. Lantas mengapa nama Pabaton tidak muncul dalam literatur Soenda? Megapa tiba-tiba datang dari Ridwan Saidi?

Sejarah Pabaton di Bogor menurut versi Ridwan Saidi adalah satu satu hal. Hal lain yang lebih penting adalah bagaimana sesungguhnya perjalanan sejarah kampong Pabaton menurut data yang tersedia yang dapat diverifikasi. Di kampong Pabaton, Pemerintah Hindia Belanda meletakkan ibu kota Buitenzorg pada tahun 1810. Untuk menambah pengetahuan, dan untuk meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bogor (55): Kampung Lebak Pilar di Pilar Toegoe de Witte Paal; Kanal Irigasi Kampong Sempoer Dibangun Tahun 1744


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bogor dalam blog ini Klik Disini

Seperti halnya kampung Lebak Kantin berada di bawah (kantin), idem dito kampong Lebak Pilar juga berada di bawah (pilar). Dua kampung ini berada di kelurahan Sempur, kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Kelurahan Sempur dilalui oleh sungai Ciliwung. Dua kampung ini berada diantara sungai Ciliwung (di bawah, di lebak) dan jalan raya Sudirman (di atas). Kampung Lebak Kantin dan kampung Lebak Pilar terbentuk kemudian setelah di masa lampau kampung Sempur terbentuk. Posisi GPS kampong Sempur tempo doeloe berada di sisi utara sungai Ciliwung (areanya kini berada di dalam Kebun Raya Bogor).

Kampong Pilar (Peta 1900); Kampong P. Sempoer (Peta 1701)
Lebak dalam bahasa Sunda adalah suatu tempat yang lebih rendah dibandingkan dengan sekitar. Nama kampung Lebak Pilar berarti mengacu pada tempat yang lebih rendah dari tempat dimana pilar berada. Pilar yang dimaksud adalah suatu tiang (paal) penanda navigasi yang dibuat pada era VOC. Dalam catatan Radermacher (1777), kampong Tjiloear berada pada paal 44 dan Buitenzorg pada paal 50. Posisi GPS paal 50 ini tepat berada di perbatasan tiga land (Kedongbadak, Kedong Halang dan Bloeboer). Kampong Sempoer berada di Land Kedong Halang (land Kampong Baroe). Pada era Pemerintah Hindia Belanda, ketika Gubernur Jenderal Daendels (1808-1811) membangun jalan pos pada ruas Batavia-Buitenzorg, penanda navigasi lama ini (Paal 50) dibangun berupa tugu yang dicat putih (de Witte Paal). Dalam hal ini, dapat dikatakan nama kampong (lebak) Pilar di Buitenzorg, namun nama kampong Toegoe di tempat lain. Diduga nama kampong Lebak Pilar sudah terbentuk (pada era VOC) sebelum dibangun tugu pada era Pemerintah Hindia Belanda. Nama kampong Toegoe ditemukan di Djogjakarta, Tjisaroea dan Tjimanggis. Kampong Toegoe di Batavia (land Tjilintjing) bukan merujuk pada pilar (paal) tetapi merujuk pada batu prasasti (kampong Batoe Toemboeh).

Sejarah kampung Lebak Pilar tidak hanya soal keberadaan pilar (tugu, de witte paal), Lebih dari itu. Oleh karena itu sejarah kampong Lebak Pilar patut ditulis sebagai bagian dari sejarah Kota Bogor. Satu hal yang terlupakan atau mungkin tidak disadari bahwa di kampong Lebak Pilar terdapat pulau di tengah sungai Tjiliwong (seperti halnya Pulau Geulis di Lebak Pasar). Uniknya dari dua pulau di tengah sungai ini dibentuk kanal untuk pengairan sawah di kampong Babakan dan di kampong Sempoer. Okelah. Untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.