Minggu, 30 Agustus 2020

Sejarah Manado (14): Adolf G Lembong, Tentara Profesional; Lika-Liku Perjuangan Seorang Anak Manado dalam Perang Pasifik

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Manado dalam blog ini Klik Disini

Nama Adolf Gustaaf Lembong harum manis di Manado dan Bandoeng. Paling tidak nama Lembong di dua kota tersebut ditabalkan sebagai nama jalan. Sudah barang tentu, nama Adolf Gustaaf Lembong di Lembong sangat spesial karena lahir di Manado sebagai Anak Manado. Lantas bagaimana sejarahnya? Adolf Gustaaf Lembong adalah seorang tentara profesional, siapa pun komando yang memberi perintah dan siapa pun bangsa yang dibela. Itulah Adolf Gustaaf Lembong, seorang tentara profesional yang penuh lika-liku perjuangan selama Perang Pasifik.

Rumor perang Pasifik sudah lama ada. Perang Pasifik itu benar-benar terjadi di Indonesia ketika militer Jepang mulai menduduki Manado pada tanggal 11 Januari 1942. Saat itu usia Adolf Gustaaf Lembong baru memasuki kepala dua. Perang Pasifik akhirnya Jepang menguasai seluruh Indnesia (baca: Hindia Belanda) setelah Pemerintah Hindia Belanda menyatakan menyerah kepada militer Jepang pada tanggal 9 Maret 1942 di Kalidjati, Soebang, West Java. Beberapa tahun kemudian Jepang mernyerah kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Lalu pada tanggal 17 Agustus 1945 dilakukan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Namun tidak lama kemudian Belanda kembali dengan nama NICA. Perang kemerdekaan tidak terelakkan antara Republiken (TRI-TINI) dengan NICA-Belanda (KNIL). Lalu akhirnya terjadi gencatan senjata dan kemudian Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia 27 Desember 1949. Namun tidak semua menerima, muncullah tentara-tentara eks NICA membentuk pasukan-pasukan salah satu diantaranya pasukan APRA di Priangan.

Bagaimana sejarah Adolf Gustaaf Lembong sudah banyak ditulis. Namun seperti kata ahli sejarah tempo doeloe penulisan sejarah tidak pernah berhenti sejauh data dan fakta baru ditemukan. Sebab menurut ahli sejarah tempo doeloe, sejarah adalah narasi fakta dan data. Dalam hal inilah penulisan sejarah Adolf Gustaaf Lembong masih diperlukan. Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.