Minggu, 03 November 2019

Sejarah Sukabumi (28): Sejarah Pegadaian di Soekaboemi dan Hari Jadi Pegadaian 1 April 1901; Bank van Leening dan Pandhuis


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini

PT Pegadaian, suatu BUMN menetapkan hari jadi (hari lahir) pada tanggal 1 April 1901. Pada masa ini setiap tanggal 1 April diperingati sebagai hari jadi. Tentu saja tanggal ini sangat penting bagi Sukabumi, karena tepat pada tanggal 1 April 1901 di Soekaboemi dilakukan percobaan (kantor) pegadaian (pandhuis) yang dikelola oleh pemerintah.  
.
Hari Jadi Pegadaian 1 April 1901 di Soekaboemi
Dari website PT Pegadaian disebutkan sejarah pegadaan bermula ketika Pemerintah VOCmendirikan Bank Van Leening di Batavia pada tanggal 20 Agustus 1746. Pemerintah Pendudukan Inggris membubarkan Bank Van Leening dan kemudian diberi kebebasan kepada masyarakat untuk mendirikan usaha Pegadaian dengan mendapat lisensi dari pemerintah di daerah setempat. Pada saat kembali Pemerintah Hindia Belanda berkuasa kembali, metode pacth pengganti lisensi tetap dipertahankan. Selanjutnya pemerintah Hindia Belanda menerapkan metode baru yang disebut dengan cultuur stelsel. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Staatsblad (Stbl) No. 131 tanggal 12 Maret 1901 yang mengatur bahwa usaha Pegadaian merupakan monopoli Pemerintah dan tanggal 1 April 1901 didirikan Pegadaian Negara pertama di Sukabumi.

Lantas mengapa pemerintah membuat percobaan (kantor) pegadaian? Dan mengapa tempat yang dipilih di Soekaboemi? Sudah barang tentu pertanyaan-pertanyaan ini telah terlewatkan. Namun pertanyaan-pertanyaan ini haruslah dipandang penting. Sebab sangat jarang terjadi di era Hindia Belanda suatu peristiwa penting dimulai di daerah, yang dalam hal ini kota kecil Soekaboemi. Untuk menambah pengetahuan kita mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.  

Sejarah Sukabumi (27): Hatta dan Sjahrir Diinternir ke Digoel; Jelang Pendudukan Jepang Dievakuasi ke Soekaboemi, 1942


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini

Jelang pendudukan militer Jepang, 1942, ada tiga revolusioner Indonesia yang berada di pengasingan, yakni: Soekarno, Mohamad Hatta dan Soetan Sjahrir. Saat Belanda mulai panik, orang-orang Belanda diinstruksikan untuk memusat di sejumlah tempat yang mengarah ke julur evakuasi di barat (pulau) Sumatra dan di selatan (pulau) Jawa. Dua diantara titik escape yang dipersiapkan adalah pelabuhan Padang (di Sumatra) dan pelabuhan Pelaboehan Ratoe di Soekaboemi.  

Mohamd Jamin, Amir Sjarifoeddin Harahap dan Sjamsoedun
Saat mana Ir. Soekarno berada di tahanan dan akan diadili, saat yang mana semua surat kabar dan majalah yang berhaluan nasionalis dibreidel Pemerintah Hindia Belanda, Parada Harahap, pemilik surat kabar Bintang Timoer di Batavia memimpin tujuh revolusioner Indonesia berangkat ke Jepang. Tiga diantara revolusioner dalam rombongan ini adalah wartawan Abdullah Lubis (pemimpin surat kabar Pewarta Deli di Medan), guru di Bandoeng Dr. Samsi Widagda dan Drs. Mohamad Hatta (yang baru kembali ke tanah air setelah selesai studi di Belanda). Setelah selama sebulan di Jepang (termasuk pelayaran pp) rombongan tiba di pelabuhan Tandjoeng Perak Soerabaja pada tagga 13 Januari 1934. Pada hari ini juga Ir. Soekarno diberangkat ke tempat pengasingan di Flores dari pelabuhan Tandjong Priok. Di Soerabaja, tujuh revolusioner ini disambut oleh dua revolusioner Dr. Soetomo (Ketua PBI) dan Dr. Radjamin Nasution (anggota dewan kota Soerabaja dari PBI). Setelah seminggu, Parada Harahap dan Mohamad Hatta kembali ke Batavia, lalu kemudian ditangkap. Atas kesaksian konsul Jepang di Batavia keduanya dibebaskan. Namun seminggu kemudian Mohamad Hatta (sebagai pemimpin PNI) ditangkap lagi karena tuduhan tulisan yang dimuat enam bulan sebelumnya di majalah Daoelat Ra’jat. Semua pemimpin PNI ditangkap termasuk editor Daoelat Ra’jat, organ PNI Dr. Abdoel Moerad Lubis. Setelah melalui proses pengadilan, Mohamad Hatta dan Soetan Sjahrir diinternir tahun 1934 ke Digoel. Dalam perkembangannya atas inisiatif para revolusioner Indonesia Ir. Soekarno dipindahkan ke Bengkoeloe; Hatta dan Sjahrir dipindahkan ke Bandaneira.

Dalam proses evakuasi orang-orang Belanda di Sumatra, termasuk Ir. Soekarno yang dievakuasi ke Padang. Hatta dan Sjahrir awalnya dievakuasi ke Batavia lalu ke Soekaboemi. Ketika orang-orang Belanda semakin panik, Ir. Soekarno di Padang ‘diamankan’ revolusioner Mr. Egon Hakim Nasution (anak Wali Kota Padang); sementara Drs. Mohamad Hatta dan Soetan Sjahrir di Soekaboemi ‘diamankan’ oleh tiga serangkai eks Partai Indonesia: Mr. Mohamad Jamin, Mr. Amir Sjarifoeddin Harahap dan Mr. Sjamsoedin (asli Soekaboemi).