Sabtu, 10 Agustus 2019

Sejarah Tangerang (13): Harimau Tangerang Bermigrasi ke Ujung Barat; Peta Penyebaran Habitat Harimau Jawa te Batavia en Banten


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini

Harimau Harimau, begitu judul roman Mochtar Lubis. Di kampungnya di Kotanopan, Tapanuli Bagian Selatan banyak ditemukan harimau, bahkan hingga ini hari. Harimau Kotanopan termasuk jenis harimau Sumatra ((Panthera tigris sumatrae). Di Jawa, harimau Jawa dinyatakan punah tahun 1970an. Namun beberapa peneliti masih meyakini harimau di pulau Jawa masih tersisa dan terjebak di Oedjoeng Koelon.

Harimau dan anaknya (illustrasi)
Harimau dunia (Panthera tigris) diduga menyebar dari daerah aliran sungai Tigris di Mesopotamia (kini Irak). Harimau Indonesia ditemukan di tiga wilayah: di Sumatra (Panthera tigris sumatrae); di Jawa (Panthera tigris sondaica) dan di Bali (Panthera tigris balica). Harimau Jawa tersebar dari ujung barat hingga ujung timur. Di sekitar ujung barat tersebar di berbagai wilayah termasuk di wilayah Batavia dan wilayah Banten. Di wilayah Batavia tersebar dari ujung timur di sungai Tjitaroem hingga ujung barat di sungai Tjijkande. Harimau Batavia ini ditemukan di daerah aliran sungai Soenter, sungai Bekasi, sungai Tjisadane dan daerah aliran sungai lainnya. Nama harimau sendiri berasal dari tigris yang dalam bahasa Inggris sebagai tiger dan bahasa Belanda sebagai tijger. Dalam bahasa Soenda disebut mejong, bahasa Jawa disebut macan loreng (membedakan dengan macan lainnya) dan di Sumatra disebut harimau.

Harimau Batavia tidak pernah punah. Harimau Batavia telah lama bermigrasi ke Banten karena tekanan populasi menusia di daerah aliran sungai Tjiliwong. Saat migrasi ke Banten ini, harimau-harimau Batavia berkumpul di persinggahan terakhir di wilayah Tangerang. Namun tekanan populasi manusia di Tangerang menyebabkan mereka terusir ke wilayah Banten. Setali tiga uang, di wilayah Banten juga mereka terdesak hingga menemukan jalan buntu di ujung barat pulau di Oedjoeng Koelon. Tampkanya mereka ingin menyeberang ke Sumatra untuk menemui kerabat mereka. Namun apa daya gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Mereka menjadi takut pergi jauh ke Sumatra. Sehubungan dengan riwayat ini, lantas kapan terkahir harimau Tangerang dijumpai? Pertanyaan ini memaksa kita membuka sumber-sumber tempo doeloe. Mari kita lacak!  

Sejarah Tangerang (12): Sejarah Mauk, Jauh di Mata Dekat di Hati; Pusat Perdagangan di Pantai Utara Tangerang Tempo Doeloe


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini
 

Sejarah Mauk belumlah lama, tetapi juga tidak baru. Namanya mulai dikenal di publik sejak tahun 1829. Ini sehubungan dengan perubahan perbatasan (residentie) Batavia. Mauk sebelumnya masuk wilayah Residentie Banten. Berdasarkan beslit tanggal 7 Februari 1829 No. 180 batas wilayah Batavia adalah sungai Tjikande, Mauk menjadi bagian dari wilayah Batavia. Sejak itu namanya semakin dikenal, lebih-lebih setelah dijadikan sebagai tanah partikelir (land). Namun malang terjadi pada tahun 1883, land Mauk tenggelam disapu tsunami, gelombang laut yang tinggi akibat meletusnya gunung Krakatau.

Mauk, jauh di mata dekat di hati
Sebelum dilakukan perubahan batas Batavia di sebelah barat, pada tahun 1818 telah dilakukan perubahan batas Batavia. Lahan-lahan yang berada di sebelah barat sungai Tjitaroem masuk wilayah Batavia. Lahan-lahan tersebut antara lain Tjabangboengin, Tjikarang, Kedoeng Gede, dan Tjibaroesa. Sebelumnya wilayah ini masuk Residentie Krawang. Dengan adanya penambahan wilayah Mauk maka wilayah Batavia berada diantara sungai Tjitaroem di sebelah timur dan sungai Tjikande di sebelah barat. Batas wilayah Batavia di sebalah barat ini pada masa kini menjadi batas wilayah Kabupaten Tangerang.

Pada masa ini, Mauk seakan wilayah terbelakang, padahal di masa lampau Mauk adalah wilayah terdepan. Pelabuhan Mauk bahkan pelabuhan yang setara dengan pelabuhan Tanara dan Tangerang, pelabuhan Bekasi, dan pelabuhan Tjikarang. Perubahan haluan ini seiring dengan semakin intensnya arus perdagangan di sepanjang jalan Trans-Java Daendels (Batavia-Anjer) melalui Tangerang, Balaraja, Serang dan Tjilegon. Kejayaan masa lalu tamat. Kini, Mauk hanya sebatas jauh di mata dekat di hati. Namun demikian, Mauk adalah Mauk, kota yang memiliki sejarah. Untuk memahami sejarah Mauk, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.