Minggu, 17 Februari 2019

Sejarah Jakarta (35): MH Thamrin Gila Bola? Hoax; Meluruskan Nama Besar MH Thamrin, Sepakbola adalah Sepakbola


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Seorang politisi tidak salah menjadi pemain bola. Pemain bola (gibol) juga banyak yang aktif berpolitik. Dalam hal ini tidak semua harus menjadi gibol. Sebab gibol adalah satu hal, sedangkan yang lainnya adalah hal lain. Namun yang jadi masalah adalah mengapa seseorang diberi label yang bukan miliknya. MH Thamrin disebut ‘gibol’. Kenyataannya MH Thamrin tidak pernah terhubung dengan sepakbola. Seharusnya sejarah dilihat apa adanya, sejarah bukan diciptakan. Biarlah MH Thamrin adalah MH Thamrin; dan sepakbola adalah sepakbola.

Patung MH Thamrin di Monas
Meski nama MH Thamrin bukan sekali dua kali dihubungkan dengan sepakbola, tetapi dalam sebuah pertemuan di Balai Kota DKI Jakarta baru-baru ini yang bertajuk ‘Dari Stadion VIJ menuju Stadion MH Thamrin’ nama MH Thamrin kembali dihubungkan dengan sepakbola. Pertemuan ini dilakukan sehubungan dengan peringatan hari ulang tahun ke-125 Mohammad Husni Thamrin. Disebutkan, nama MH Thamrin sangat berjasa melahirkan persepakbolaan di Jakarta. Juga disebutkan melalui VIJ (nama Persjia tempo doeloe) bisa memiliki lapangan sendiri berkat jasa MH Thamrin. Sebagai penggila bola, Thamrin juga disebutkan mendesak pemerintah Belanda untuk memperhatikan sepak bola yang kala itu hanya dinikmati keturunan Belanda. Klub sepak bola pribumi tak boleh merumput di lapangan-lapangan bond atau liga sepak bola Eropa (lihat Kompas.com). Apa iya? Bagaimana ceritanya/

Namun demikian, MH Thamrin tidak alergi sepakbola. MH Thamrin memiliki banyak dimensi. Satu dimensi yang tidak dimilikinya adalah soal sepakbola. Lantas mengapa hal sepakbola dipaksakan kepada MH Thamrin? Itulah yang menjadi soal. Masalahnya adalah banyak yang mengarang sejarah, sejarah yang tidak sesuai dengan orangnya. Itu namanya hoaks. Untuk meluruskan cerita-cerita yang tidak berdasar tersebut dan menjelaskan siapa MH Thamrin, mari kita telusuri sumber-sumber lama yang otentik dan kredibel.