Selasa, 31 Januari 2023

Sejarah Surakarta (70): Soerakarta versus Jogjakarta,Masa ke Masa 1755-1955;Selama Apa Rentang Waktu Dua Abad Lamanya?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini 

Soerakarta versus Jogjakarta atau Jogjakarta vis-à-vis Soerakarta. Kota mana yang lebih tua? Jelas yang lebih tua Jogjakarta, karena yang menjadi kota Mataram tempo doeloe. Sebagaimana diketahui Kota Sarakarta (dimana terdapat kraton Soerakarta) yang sekarang bermula di kraton Kartasoera (kota kecamatan Kartosura yang sekarang). Diantara Jogjakarta (Mataram) dan Soerakarta (Kartasoera) terletak Jatinom dan Klaten.


Sama-sama Kerajaan Mataram, Apa Perbedaan Keraton Solo dan Yogyakarta? Soloraya 02 February 2022. Solopos.com, Kira-kira apa perbedaan antara Keraton Solo dengan Yogyakarta? Keraton Solo dan Keraton Yogyakarta merupakan Kerajaan Mataram terbagi dua berdasarkan Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755. Dalam perjanjian disebutkan Kerajaan Mataram terbagi menjadi dua, Kasunanan Surakarta Hadiningrat dipimpin Susuhunan Paku Buwono III dan Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat dipimpin Sultan Hamengku Buwono I. Meski sama-sama Kerajaan Mataram, Keraton Solo dan Yogyakarta ternyata mempunyai perbedaan, apa saja? Melansir situs resmi milik Keraton Yogyakarta, Kratonjogja.id, perbedaan terletak pada cara berpakaian, adat istiadat, bahasa, gamelan, hingga tari-tarian. Perbedaan diatur dalam Perjanjian Jatisari pada 15 Februari 1755. Dalam perjanjian dijelaskan Sultan Hamengku Buwono I memilih untuk melanjutkan tradisi lama budaya Mataram. Keraton Solo sepakat untuk memberikan modifikasi atau menciptakan bentuk budaya baru. Perbedaan Keraton Solo dan Yogyakarta bisa dilihat segi bangunannya, menurut situs Goodnewsfromindonesia.id, bangunan Keraton Yogyakarta terlihat identik dengan Hindu klasik, saat memasuki area ini, banyak ornamen Jawa yang kental. Sedangkan untuk Keraton Solo, ornamen dan patung-patung lebih banyak bergaya Eropa. Perbedaan Keraton Solo dan Yogyakarta juga bisa dilihat dari gamelannya. Yogyakarta sendiri susunan gamelan lebih renggang dan lebar dengan warna lebih cerah. Solo lebih rapat dengan warna cokelat kayu paduan emas. Cara berpakaian antara abdi dalem juga mempunyai perbedaan terletak pada blangkon, surjan, serta beskap. Ciri khas blangkon Keraton Yogyakarta terdapat pada mondolan atau benjolan sebagai tempat gelungan rambut. Hal ini berbeda dengan Keraton Solo mengikuti budaya cukur rambut seperti bangsa Eropa. Sedangkan untuk surjan dan beskapnya, Keraton Yogyakarta lebih bermotif, salah satunya bunga-bunga, seperti yang dipakai Sri Sultan Hamengku Buwono. Untuk beskap yang digunakan abdi dalem Keraton Solo lebih berwarna gelap dan tak bermotif (https://www.solopos.com/)

Lantas bagaimana sejarah Soerakarta versus Jogjakarta, masa ke masa 1755-1955? Seperti disebut di atas, Soerakarta dan Jogjakarta adalah Mataram yang berbagi dua bahkan sejak 1755 namun baru lebih menyatu secara kekeluargaan pada tahun 1955. Selama apa rentang waktu dua abad lamanya? Lalu bagaimana sejarah Soerakarta versus Jogjakarta, masa ke masa 1755-1955? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Surakarta (69): Amir Sjarifoeddin Harahap dan Kota Surakarta; Mengapa Amir Sjarifuddin Dibunuh Orang Bangsa Sendiri?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini 

Amir Sjarifoeddin Harahap dan Kota Soerakarta adalah dua hal yang berbeda. Namun Kota Soerakarta bukan asing bagi Amir Sjarifoeddin Harahap. Mengapa? Yang jelas Amir Sjarifoeddin Harahap adalah seorang aktivis politik sejak usia muda dan pada era perang kemerdekaan Amir Sjarifoeddin Harahap membebaskan Soetan Sjahrir di Soerakarta. Mengapa? Dalam hubungan itulah Kota Soerakarta tidak terpisahkan dengan perjalanan politik Amir Sjarifoeddin Harahap. Namun sangat disayangkan narasi sejarahnya pada masa ini terkesan simpang siur, tidak didukung bukti. 


Amir lahir dari keluarga bangsawan Batak Angkola asal Pasar Matanggor. Kakeknya, Sutan Gunung Tua, seorang jaksa di Tapanuli. Ayahnya, Baginda Soripada, juga seorang jaksa di Medan. Amir lahir dalam keluarga berada dan memiliki tradisi intelektual. Ia melanjutkan pendidikan hukum di Batavia. Selama bersekolah di Belanda, Amir mempelajari filsafat Timur dan Barat. Amir beralih agama Islam ke Kristen tahun 1931, pernah kotbah di gereja HKBP Batavia. Amir pendidikan di ELS di Medan pada tahun 1914 hingga selesai Agustus 1921. Atas undangan saudara sepupunya, T.S.G. Mulia yang baru saja diangkat sebagai anggota Volksraad dan belajar di kota Leiden sejak 1911, Amir pun berangkat ke Leiden. Tak lama setelah kedatangannya dalam kurun waktu 1926-1927 dia menjadi anggota pengurus perhimpunan siswa Gymnasium di Haarlem, selama masa itu pula Amir aktif terlibat dalam diskusi-diskusi kelompok kristen misalnya dalam CSV-op Java yang menjadi cikal bakal GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia). Ia tinggal di rumah guru pemeluk Kristen Calvinis, Dirk Smink, dan di sini juga Mulia menumpang. Namun pada September 1927, sesudah lulus ujian tingkat kedua, Amir kembali ke kampung halaman karena masalah keluarga. Kemudian Amir masuk Rechtshoogeschool te Batavia dengan bantuan beasiswa pemerintah kolonial, dan menumpang di rumah Mulia (sepupunya) yang telah menjabat sebagai direktur sekolah pendidikan guru di Jatinegara. Kemudian Amir pindah ke asrama pelajar Indonesisch Clubgebouw, Kramat 106, ia ditampung oleh senior satu sekolahnya, Mr. Muhammad Yamin. Amir pernah divonis penjara karena dituduh bersalah dalam kasus delik pers pada tahun 1933. Ia nyaris dibuang ke Boven Digoel namun diselamatkan oleh Gunung Mulia dan salah satu gurunya (Wikipedia) 

Lantas bagaimana sejarah Amir Sjarifoeddin Harahap dan Kota Soerakarta? Seperti disebut di atas, Amir Sjarifoeddin Harahap bukan orang biasa, tetapi memiliki banyak peran penting dalam perjalanan bangsa hingga mencapai kemerdekaan. Akan tetap sejarahnya banyak yang tidak terinformasikan, dari narasi yang ada saat ini terkesan simpan siur. Namun yang tetap menjadi pertanyaan mengapa Amir Sjarifoeddin Harahap harus dibunuh oleh orang-orang bangsa sendiri? Lalu bagaimana sejarah Amir Sjarifoeddin Harahap, masa ke masa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 30 Januari 2023

Sejarah Surakarta (68):Perang Kemerdekaan Indonesia,1945-49;Mengapa Ibukota Negara Dipindah di Jogjakarta, Bukan ke Surakarta?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini 

Perang kemerdekaan Indonesia adalah satu hal, pemindahan ibu kota negara adalah hal lain lagi. Semua bermula ketika kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam penetapan statute negara dan penentuan (para kepala) pemerintahan disebutkan ibu kota berada di Djakarta dan pemimpin pemerintahan tertinggi RI adalah Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohamad Hatta. Lengkap sudah negaras Republik Indonesia. Namun tidak lama kemudian terjadi peristiwa demi peristiwa yang pada akhirnya ibu kota pemerintahan dipindahkan ke Jogjakarta. Mengapa? Apakah situasinya darurat? 


Mengapa Ibu Kota Indonesia Pernah Dipindah dari Jakarta ke Yogyakarta? Kompas.com - 22/02/2022. Indonesia memproklamasikan kemerdekaan 17 Agustus 1945. Bangsa penjajah masih berusaha mengambil alih kedaulatan Indonesia. Hal itu memberi dampak pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta 4 April 1946 karena situasi keamanan di Jakarta semakin memburuk. Setibanya di Indonesia, pasukan Sekutu melakukan razia dan penangkapan pada para pejuang kemerdekaan. Bahkan, juga terjadi upaya penculikan dan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno dan para pejabat tinggi. Kondisi di Jakarta yang tidak aman, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Pakualam VIII mengirimkan surat 2 Januari 1946. Isi dari surat itu adalah apabila pemerintah RI bersedia, mereka bisa memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta hingga kondisi aman kembali. Dalam sidang kabinet tertutup, tawaran tersebut didiskusikan oleh Soekarno bersama kawan-kawannya, Presiden Soekarno setuju memindah ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta. Pada 3 Januari 1946, Presiden Soekarno melakukan evakuasi, mengingat saat itu Jakarta diawasi ketat NICA, maka salah satunya jalan untuk bisa melakukan proses evakuasi adalah lewat kereta api. Pada 3 Januari 1946 tengah malam, gerbong kereta api C. 2809 buatan Jerman yang melintas dimatikan lampunya. Harapannya, Sekutu atau NICA akan mengira kereta api tersebut hanyalah kereta biasa yang sedang melintas menuju Stasiun Manggarai. Soekarno menyusup ke dalam gerbong.  Pada 4 Januari 1946 pagi buta, kereta api membawa Soekarno dan rombongan ke Yogyakarta. Setiba di Stasiun Tugu, Soekarno dijemput Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Pakualam VIII, Panglima TKR Jenderal Soedirman, dan pejabat tinggi negara lainnya. Pada 4 Januari 1946, ibu kota Indonesia dipindahkan secara diam-diam dari Jakarta ke Yogyakarta. Sampai 1948, Yogyakarta menjadi ibu kota Indonesia, sebelum akhirnya Agresi Militer II pada 19 Desember 1948, seluruh pemimpin Indonesia ditangkap dan diasingkan, akibatnya, pemerintah RI terpaksa membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara di Sumatera Barat. Ibu kota Indonesia kembali lagi ke Yogyakarta pada 6 Juli 1949 dan baru dipindahkan kembali ke Jakarta pada 17 Agustus 1950 (https://www.kompas.com/)

Lantas bagaimana sejarah perang kemerdekaan Indonesia, 1945-1949? Seperti di berbagai tempat di Indonesia ibu kota (pemerintahan daerah) dipindahkan ke kota lain, demikian yang terjadi dengan ibu kota yang pada akhirnya dipindahkan dari Djakarta. Pemindahan itu mengapa ibu kota negara ke Jogjakarta, bukan ke Soerakarta? Lalu bagaimana sejarah perang kemerdekaan Indonesia, 1945-1949? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Surakarta (67): Hari-H Proklamasi Kemerdekaan di Djakarta 17 Agustus 1945; Status Situasi dan Kondisi di Soerakarta


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini

Pada tanggal 14 Agustus 1945, meklalui radio, Kaisar Jepang menyatakan takluk kepada pimpinan Sekutu/Amerika Serikat. Oleh karena berita ini dapat diketahui di kapal-kapal yang sandar di pelabuhan Tandjoeng Priok, berita itu cepat menyebar ke darat yang kemudian direspon para pemuda revolusioner untuk bertindak menuntut penyegeraaan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Para pemimpin Indonesia, akhirnya membacakan teks proklmasi kemerdekaan di Djakarta tanggal 17 Agustus 1945. Dengan demikian, secara politis Indonesia telah merdeka. Bagaimana hal ini di berbagai temopat di Indonesia? 


Tanggal 19 Agustus 1945, Daerah Istimewa Surakarta Berdiri. 6 September 2020. Ttibunsolowiki.com. Euforia proklamasi kemerdekaan Indonesia pada Jum'at, 17 Agustus 1945, menjalar cepat ke penjuru wilayah nusantara, termasuk Surakarta, Yogyakarta dan Mangkunegara. Ucapan selamat disampaikan oleh Paku Buwono XII dan KGPAA Mangkunegara VIII melalui telegram. Kasunanan Surakarta menjadi wilayah pertama mengakui kedaulatan Indonesia sebagai negara melalui maklumat 1 September 1945, baru kemudian diikuti oleh Yogyakarta, Pakualaman dan Mangkunegaran. Pada 6 September 1945, Sukarno, Presiden Republik Indonesia memberikan Piagam Kedudukan daerah istimewa dua wilayah Surakarta dan Yogyakarta, diberikan melalui Menteri Negara, Mr. Sartono dan Mr. Maramis 19 Agustus 1945. Pembagian wilayah itu merupakan perpaduan antara Kasultanan Yogyakarta dan Pakualaman yang bersatu menjadi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan Daerah Istimewa Surakarta mengalami kendala, dua wilayah kekuasaan Kasunanan dan Mangkunegaran berbeda pendapat perihal keistimewaan daerah mereka. Sejarawan Universitas Gadjah Mada, Muhammad Aprianto, akibat kekisruhan tersebut, rakyat tergabung dalam gerakan perjuangan seperti, BKR, Hizbullah dan Tentara Pelajar, menentang keberadaan Kasunanan Surakarta dan Kadipaten Mangkunegaran adanya feodalisme di Surakarta dianggap sebagai representasi Belanda. Akibatnya pada tahun 1946, status "daerah istimewa" dicabut melalui Penetepan Presiden No.16/SD Tahun 1946. Selain gejolak internal keraton, masyarakat Kota Surakarta juga melakukan aksi menolak keinginan para raja, membakar kediaman Patih Kasunanan Surakarta. Pada tahun 1950, memutuskan Kasunanan Surakarta dan Kadipaten Mangkunegaran menjadi wilayah dibawah administrasi pemerintahan Provinsi Jawa Tengah (Undang-Undang 1950 No.16). (https://tribunsolowiki.tribunnews.com)

Lantas bagaimana sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia di Djakarta 17 Agustus 1945? Seperti disebut di atas, teks proklamasi kemerdekaab dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir Soekarno. Itu semua bermula Ketika tanggal 14 Agustus Kaisar Jepang menyatakan takluk kepada Sekutu/Amerika Serikat. Lalu bagaimana sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia di Djakarta 17 Agustus 1945? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 29 Januari 2023

Sejarah Surakarta (66): Pendudukan Jepang di Soerakarta, Bagaimana Masa Pendudukan Inggris; Era Belanda Berlalu, RI Masa Kini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini

Pendudukan Jepang terjadi di Hindia Belanda (1942-1945). Pada saat yang sama Indonesia sudah terbebaskan dari rezim colonial Belanda. Apakah dalam kebebasan ini Jepang melakukan tindakan penjajahan di wilayah Indonesia (eks Hindia Belanda)? Secara khusus, bagaimana dengan situasi dan kondisi di wilayah Jawa khususunya di di wilayah Soerakarta? 


Eksploitasi Ekonomi Pendudukan Jepang di Surakarta (1942-1945). Julianto Ibrahim. Abstrak. Tulisan ini mengungkapkan eksploitasi ekonomi yang dilakukan pemerintah militer Jepang di Surakarta. Kebijakan dilakukan dengan cara mengumpulkan sumber bahan makanan pokok dan penanaman paksa terhadap tanaman yang menguntungkan untuk perang. Sumber bahan makanan pokok yang wajib dikumpulkan adalah padi, gaplek, jagung, kapas, dan rosela. Pengumpulan padi dan gaplek yang sangat eksploitatif menyebabkan masyarakat Surakarta mengalami kekurangan pangan, sehingga banyak di antara mereka mengkonsumsi makanan yang tidak layak dimakan, yaitu bonggol pisang dan bonggol sente (https://journal.ugm.ac.id)

Lantas bagaimana sejarah pendudukan Jepang di Soerakarta, bagaimana masa pendudukan Inggris? Seperti disebut di atas, lain Belanda lain pula Inggris dan Jepang. Dalam hal ini apakah Jepang penjajah atau tidak? Lalu bagaimana sejarah pendudukan Jepang di Soerakarta, bagaimana masa pendudukan Inggris? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Surakarta (65):Detik-Detik Berakhir Belanda di Indonesia, Orang Jepang Berada di Berbagai Tempat; Indo vs Belanda Totok


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini

Kehadiran orang Belanda sudah sejak lama, sejak Banten dan Arosbaja menyerang pelaut-pelaut Belanda pada tahun 1596. Setelah rentang waktu tiga setengah abad, tiba pula berakhirnya Belanda di Indonesia. Dalam rentang waktu itu terbentuk kelompok populasi baru disebut Orang Indo. Sementara itu sejak kemajuan Jepang, orang-orang Jepang mulai berdatangan pada akhir abad ke-19 dan semakin massif pada era kebangkitan Indonesia. Kehadiran Jepang menjadi memperkuat anti Belanda, yang kemudian Belanda harus berakhir pada awal tahun 1942.


Orang Indo (Indo-Europeanen) adalah kelompok etnik di Indonesia dan sekarang menjadi kelompok etnik minoritas terbesar di Belanda. Kelompok etnis ini dicirikan dari kesamaan asal usul rasial, status legal, dan kultural. Kaum Indo merupakan keturunan campuran antara orang dari etnik tertentu di Eropa (terutama Belanda, tetapi juga Portugal, Spanyol, Jerman, Belgia, dan Prancis/Huguenot). Secara hukum, sebagian besar berstatus sebagai warga Eropa di Hindia Belanda (Europeanen). Mereka menjunjung nilai-nilai budaya Eropa (terutama Belanda) dengan banyak pengaruh lokal Indonesia pada derajat tertentu dalam kehidupannya sehari-hari. Meskipun demikian, ke dalam kelompok etnik ini dimasukkan pula orang Eropa yang datang dan menetap cukup lama di tanah Indonesia atau yang lahir di Indonesia, karena di antara kalangan kaum keturunan campuran sendiri terdapat rentang fenotipe yang luas, sehingga faktor penampilan tidak bisa dijadikan satu-satunya pembatas untuk kelompok etnik ini. Kelompok "berdarah murni" Eropa dikenal sebagai totok (Mel.), blijvers (Bld.), atau kreol. Perang Dunia Kedua dan sesudahnya menjadi titik awal diaspora bagi kaum Indo, sehingga saat ini keturunan mereka banyak dijumpai di Belanda, Indonesia, Amerika Serikat (AS), Australia, Selandia Baru, Kanada, serta beberapa negara lain (Wikipedia). 

Lantas bagaimana sejarah detik-detik berakhir Belanda di Indonesia, orang Jepang berada di berbagai tempat? Seperti disebut di atas, ada awal kehadiran dan juga ada awal berakhirnya Belanda di Indonesia. Itu rentang waktu yang sangat lama tiga setengah abad. Dalam rentang waktu tersebut terbentuk kelompok populasi baru, antara orang Belanda Totok dengan pribumi, yang disebut Orang Indo. Lalu bagaimana sejarah detik-detik berakhir Belanda di Indonesia, orang Jepang berada di berbagai tempat? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 28 Januari 2023

Sejarah Surakarta (64): Sjamsi Widagda dari Solo Studi di Belanda; Doktor Ekonomi dan 7 Revolusioner Indonesia ke Jepang 1933


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini  

Siapa Sjamsi Sastra Widagda? Meski sudah ada yang menulis, tetapi masih banyak perjalanan hidupnya yang belum terinformasikan. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, Sjamsi Sastra Widagda disebut berasal dari Soerakarta. Saat mana remaja Sjamsi Sastra Widagda tiba di Belanda lalu dibimbing oleh Radjioen Harahap gelar Soetan Casajangan (ketua Indische Vereeniging di Belanda 1808-1811). Sjamsi Sastra Widagda mendapat beasiswa dari Boedi Oetomo hingga selesai sarjana dan kemudian membiayai sendiri untuk mencapai gelar Doktor.   


Dr. Samsi Sastrawidagda (13 Maret 1894-wafat 1963) adalah Menteri Keuangan Pertama Indonesia. Ia menempuh pendidikan ekonomi dan hukum negara di Handels-hogeschool Rotterdam. Gelar akademik terakhir yang didapat tahun 1925 adalah gelar Doktor dengan disertasi De Ontwikkeling v.d handels politik van Japan. Lahir di Solo dan selama di Rotterdam. ia dikenal sebagai pemukul gong dalam perkumpulan gamelan pribumi. Perjalanan karier di Kementerian Keuangan dirintis sejak Sidang PPKI yang kedua (19 Agustus 1945). PPKI menunjuk Samsi Sastrawidagda, Kepala Kantor Tata Usaha dan Pajak di Surabaya pada masa pendudukan Jepang, sebagai Menteri Keuangan kabinet RI pertama. Sebagai Menteri Keuangan dalam kabinet Republik Indonesia (RI) pertama Dr. Samsi mempunyai peranan besar dalam usaha mencari dana guna membiayai perjuangan dan jalannya pemerintahan RI. Ia memperoleh informasi dari Laksamana Shibata bahwa di gedung Bank Escompto Surabaya tersimpan uang peninggalan pemerintah Hindia Belanda yang disita Jepang. Karena hubungannya yang dekat dengan para pemimpin pemerintahan Jepang di Surabaya ia berhasil membujuk mereka. Uang tersebut diambil melalui operasi penggedoran bank. Sebagai Menteri Keuangan, Samsi tidak pernah memimpin Kementerian Keuangan secara langsung. Bahkan belum sempat menyusun perencanaan. Kondisi fisiknya yang sering sakit-sakitan menjadikan ia lebih memilih tinggal di Surabaya. Pada tanggal 26 September 1945 ia mengundurkan diri menjadi Menteri Keuangan kemudian A.A. Maramis yang sebelumnya Menteri Negara dilantik menjadi Menteri Keuangan. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Sjamsi Widagda van Solo studi di Belanda, sarjana ekonomi bergelar doctor? Seperti disebut di atas, Sjamsi Widagda meski pembawaannya biasa-biasa saja tetapi bukanlah orang biasa. Sjamsi Widagda yang terkesan tenang dan pendiam adalah salah satu tujuh revolusioner Indonesia ke Jepang 1933. Lalu bagaimana sejarah Sjamsi Widagda van Solo studi di Belanda, sarjana ekonomi bergelar doctor? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Surakarta (63):Legiun di Soerakarta Mangkunegara, Akademi Militer Bandoeng; Akhir Pasukan Pribumi di Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini 

Sejak kehadiran pelaut-pelaut Belanda yang dimpin oleh Cornelis de Houtman sudah terjadi kekerasan dengan menggunakan senjata. Ketika pelaut Belanda semakin menguat, relokasi dari Amboina ke Batavia tahun 1619 sebagai pusat VOC. Pada tahun 1628 Mataram menyerang Batavia. Permusuhan terus berlanjut hingga terbentuk aliansi di Soerakarta antara pemerintah VOC dengan kerajaan (kemudian perjanjian Gijanti 1755). Faktor kedekatan inilah yang kemudian terbentuknya legion pasukan pribumi di Soerakarta yang terus bertahan hingga detik-detik berakhirnya Belanda di Indonesia.    


Legiun Mangkunegaran adalah korps bersenjata Kadipaten Mangkunegaran dibentuk masa Mangkunegara II (era VOC). Daendels melakukan upaya dalam mempertahankan Jawa, serta membangun jalan trans-Java. Daendels juga melakukan upaya pengumpulan pasukan bantuan dari kerajaan-kerajaan kecil di Jawa, salah satunya adalah Mangkunegaran. Kepada Praja Mangkunegaran, Daendels kemudian menetapkan pembentukan satuan militer setingkat legiun, disebut Legiun Mangkunegaran, 29 Juli 1808 dan menetapkan Mangkunegara II sebagai pimpinan satuanr tersebut. Tahun 1808 Legiun Mangkunegaran memiliki; 1.150 prajurit terdiri 800 infanteri (Fusilier), 100 penyerbu (Jagers), 200 kavaleri (berkuda), dan 50 rijdende artileri; Tahun 1816 jumlah personilnya 739 kemudian 800 orang; Tahun 1825–1830 jumlah personil 1500; Tahun 1831 jumlah berkurang menjadi 1000; Tahun 1935 Legiun Mangkunegaran dibagi dalam staf yang memiliki; ajudan atau intendan, dokter militer, dan korps musik, dan batalyon dibagi dengan 6 kompi serta unit mitraliur. Kiprah Legiun Mangkunegaran dimulai sejak invasi Inggris. Legiun Mangkunegaran ikut dalam sebuah operasi militer untuk mempertahankan Semarang dan Klaten. Pada masa pendudukan Inggris di bawah kepemimpinan Raffles, Legiun Mangkunegaran dipercaya untuk menjaga ketertiban di Jawa yang pada masa itu. Legiun Mangkunegaran terlibat penyerbuan Keraton Yogyakarta 19-20 Juni 1812. Mangkunegaran mendapat hadiah berupa tanah seluas 1.000 cacah dari Raffles. Selanjutnya selama berada di bawah pemerintahan kolonial Hindia Belanda, Legiun Mangkunegaran dilibatkan dalam berbagai operasi militer, seperti penumpasan bajak laut di Bangka (1819-1820), Perang Jawa (1825-1830), dan Perang Aceh II (1873) (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Legiun Mangkunegara di Soerakarta dan Akademi Militer di Bandoeng? Seperti disebut di atas, sejak era VOC, pasukan pribumi telah dilibatkan dalam pertahanan militer yang kemudian dilanjutkan pada era Pemerintah Hindia Belanda. Selain Barisan Madoera, Legioen Mangkonegaraan adalah bagian dari dari militer Pemerintah Hindia Belanda. Namun bagaimana kelanjutannya bagaimana berakhirnya pasukan pribumi di Hindia Belanda? Lalus bagaimana sejarah Legiun Mangkunegara di Soerakarta dan Akademi Militer di Bandoeng? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 27 Januari 2023

Sejarah Surakarta (62): Drs Yap Tjwan Bing, Kelahiran Solo, Parlindoengan Lubis, Lahir di Padang Sidempoean; Studi di Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini 

Ada nama orang Tionghoa di Soerakarta yang ditabalkan menjadi nama jalan. Demikian juga di Padang Sidempuan. Drs Yap Tjwan Bing asal Soerakarta menjadi anggota PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Juga ada anggota PPKI asalah Padang Sidempuan, Mr Abdoel Abbas Siregar. Namun dalam hal ini yang ingin kita bicarakan adalah Yap Tjwan Bing dan Parlindoengan Lubis yang sama-sama studi di Belanda, dan kemudian sama-sama berjuang di Jogjakarta dalam perang kemerdekaan. Dr Parlindoengan Lubis menjadi Ketua Perhimpoenan Indonesia di Belanda (1938-1942).


Drs. Yap Tjwan Bing (31 Oktober 1910-26 Januari 1988) adalah seorang politikus keturunan Tionghoa aktif masa kemerdekaan Indonesia dan menjadi anggota PPKI dan anggota legislatif hingga 1954. Yap lahir di Surakarta. Ia menempuh pendidikan Sarjana Farmasi di Municipal University of Amsterdam pada 1932. Setelah lulus, pulang ke tanah air mendirikan apotek di Bandung. Ia merupakan satu-satunya keturunan Tionghoa dalam PPKI. Ia menghadiri Sidang 18 Agustus 1945, sidang merumuskan Undang-Undang Dasar 1945 serta mengikuti pemilihan presiden dan wakil presiden. Setelah PPKI dibubarkan, Yap menjadi anggota KNIP. Apoteknya di Bandung dibakar, Yap pindah ke Yogyakarta, mendirikan Chung Hwa Chung Hwee sebagai bagian upaya mempersatukan Tionghoa dalam mendukung kemerdekaan Indonesia. Tahun 1948 ia membubarkan CHCH dan meleburnya ke Persatoean Tionghoa dan kemudian Yap kembali lagi ke Bandung setelah Agresi Militer Belanda II, Namanya sempat diasosiasikan dengan Negara Pasundan ditawarkan menjabat sebagai Menteri Luar Negeri namun Yap menolak dan lebih untuk mendukung Republik Indonesia dan bergabung dengan PNI. Saat KNIP berubah menjadi DPR-RIS Yap menjadi anggota DPR-RIS. Pasca RIS, Yap sebagai anggota DPR Sementara PNI hingga 1954 dan digantikan oleh Tony Wen. (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Drs Yap Tjwan Bing, kelahiran Solo, Parlindoengan Lubis, kelahiran Padang Sidempoean? Seperti disebut di atas banyak pelajar berasal dari Hindia yang studi di universitas di Belanda.Meski sudah ada perguruan tinggi di Hindia, mahasiswa yang studi di Belanda terus berdatangan. Mengapa? Pendidikan adalah jembatan antara berbagai tempat dan titian antara berbagai suku/bangsa. Lalu bagaimana sejarah Drs Yap Tjwan Bing, kelahiran Solo, Parlindoengan Lubis, kelahiran Padang Sidempoean? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Surakarta (61):Ir Sarsito Ahli Teknik Lulus di Delft; Indische Vereeniging 1908 Berubah Nama Jadi Perhimpunan Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini  

Narasi sejarah masa kini lebih cenderung propaganda sejarah. Artinya ada peristiwa dan pelaku sejarah yang ditinggikan, sebaliknya ada pula yang direndahkan. Sejarah sendiri sejatinya adalah narasi fakta dan data. Dalam hal ini nama Raden Mas Sarsito Mangoenkoesoemo kurang terinformasikan yang hanya disebut sebagai bagian penting dari eksisitensi Solosche Radio Vereeniging. Namun bagaimana sejarah yang sebenarnya tentang Ir Sarsito tidak terinformasikan, alias minim dalam narasi sejarah masa kini.

 

Indische Vereeniging atau Perhimpunan Hindia adalah organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda yang berdiri pada tahun 1908. Indische Vereeniging berdiri atas prakarsa Soetan Kasajangan Soripada dan R.M. Noto Soeroto yang tujuan utamanya ialah mengadakan pesta dansa-dansa dan pidato-pidato. Sejak Cipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) masuk, pada 1913, mulailah mereka memikirkan mengenai masa depan Indonesia. Mereka mulai menyadari betapa pentingnya organisasi tersebut bagi bangsa Indonesia. Semenjak itulah vereeninging ini memasuki kancah politik. Waktu itu pula vereeniging menerbitkan sebuah buletin yang diberi nama Hindia Poetera, tetapi isinya sama sekali tidak memuat tulisan-tulisan bernada politik. Semula, gagasan nama Indonesisch (Indonesia) diperkenalkan sebagai pengganti indisch (Hindia) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi) diganti dengan indonesiër (orang Indonesia). Pada September 1922, saat pergantian ketua antara Dr. Soetomo dan Herman Kartawisastra organisasi ini berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging. Saat itu istilah "Indonesier" dan kata sifat "Indonesich" sudah tenar digunakan oleh para pemrakarsa Politik Etis. (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Sarsito, sarjana teknik lulusan Delft? Seperti disebut di atas, Ir Sarsito merupakan salah satu tokoh penting pendirian Solosche Radio Vereeniging di Soerakarta. Sarsito yang studi ke Belanda tentu saja berkenalan dengan rekan sesame orang Hindia di dalam organisasi kebangsaan Indische Vereeniging yang kelak namanya diubah menjadi Perhimpoenan Indonesia. Lalu bagaimana sejarah Sarsito, sarjana teknik lulusan Delft? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 26 Januari 2023

Sejarah Surakarta (60): Persatuan Djoernalis Indonesia (PERDI) dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI); Hari Pers dan Bapak Pers


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini  

Pada masa ini disebut PWI berdiri pada 9 Februari 1946 dan tanggal itu menjadi hari pers nasional. Bagaimana bisa? Sebab PWI adalah satu hal dan pers nasional adalah hal lain lagi. Pers nasional Indonesia sudah lahir pada era Pemerintah Hindia Belanda yang diberi nama Persatoean Djoernalistik Indonesia (PERDI). Apakah tidak lebih tepat jika hari ulang tahun pers nasional merujuk pada eksistensi PERDI? Bagaimana dengan Bapak Pers Tirto Adhi Soerjo dan mengapa tidak inline dengan hari pers? Yang jelas fakta sejarah berbeda dengan propaganda sejarah.


Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) adalah organisasi wartawan pertama di Indonesia, berdiri pada 9 Februari 1946 di Surakarta (tanggal tersebut ditetapkan tahun 1985 sebagai Hari Pers Nasional). PWI beranggotakan wartawan yang tersebar di seluruh Indonesia. Saat ini PWI dipimpin oleh Atal Sembiring Depari. Berdirinya PWI menjadi awal perjuangan Indonesia dalam menentang kolonialisme di Indonesia melalui media dan tulisan. Setelah berdirinya PWI, didirikan Serikat Penerbit Suratkabar atau SPS 8 Juni 1946 (menjadi Serikat Perusahaan Pers sejak 2011). Karena jarak waktu pendiriannya yang berdekatan dan memiliki latar belakang sejarah yang serupa, PWI dan SPS diibaratkan sebagai "kembar siam" dalam dunia jurnalistik. Sebelum didirikan, PWI membentuk sebuah panitia persiapan dibentuk tanggal 9-10 Februari 1946 di balai pertemuan Sono Suko, Surakarta, Pertemuan itu dihadiri oleh beragam wartawan. Pertemuan tersebut menghasilkan dua keputusan, diantaranya adalah: Disetujui membentuk organisasi wartawan Indonesia dengan nama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), yang diketuai oleh Mr. Sumanang Surjowinoto dengan sekretaris Sudarjo Tjokrosisworo. Disetujui membentuk sebuah komisi beranggotakan: Sjamsuddin Sutan Makmur (Harian Rakyat Jakarta), BM Diah (Harian Merdeka, Jakarta). Abdul Rachmat Nasution (kantor berita Antara, Jakarta). Ronggodanukusumo (Suara Rakyat, Mojokerto), Mohammad Kurdie (Suara Merdeka, Tasikmalaya). Bambang Suprapto (Penghela Rakyat, Magelang). Sudjono (Surat Kabar Berjuang, Malang), Suprijo Djojosupadmo (Surat Kabar Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta). Komisi beranggotakan 10 orang tersebut “Panitia Usaha”, tiga minggu kemudian, mengadakan pertemuan kembali di Surakarta bertepatan dengan sidang Komite Nasional Indonesia Pusat (28 Februari hingga Maret 1946). Dari pertemuan itulah disepakati didirikannya Serikat Perusahaan Suratkabar dalam rangka mengkoordinasikan persatuan pengusaha surat kabar yang pendirinya merupakan pendiri PWI (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Persatoean Djoernalistik Indonesia (PERDI) dan Persatoean Wartawan Indonesia (PWI)? Seperti disebut di atas, hari pers nasional merujuk pada kelahiran (hari lahir) PWI, tetapi fakta pers nasional (yang diwakili PERDI) sudah ada jauh sebelum itu. Hari PWI adalah satu hal, hari pers tentu lain lagi dan tentu saja bapak pers lain pula. Lalu bagaimana sejarah Persatoean Djoernalistik Indonesia (PERDI) dan Persatoean Wartawan Indonesia (PWI)? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Surakarta (59): Radio dan RRI di Soerakarta; Jenis Program Musik, Berita, Laporan Pandangan Mata dan Cerbung


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini 

Sejarah radio dan sejarah RRI adalah sejarah yang berbeda. Seperti halnya sebelum itu tentang telegraf, radio adalah teknologi komunikasi lebih lanjut. Telegraaf di Hindia Belanda sejak 1850an, tetapi radio baru berkembang kemudian. Radio pada akhirnya bersifat massal dengan ditemukannnya teknologi antenna. Pada era Pemerintah Hindia Belanda radio adalah sarana komunikasi massa, seperti halnya surat kabar. Radion menjadi bagian penting dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, dimana Sakti Alamsjah Siregar menyiarkan teks proklamasi melalui Radio Bandoeng. 


RRI Surakarta Dirikan Museum Penyiaran. Rabu, 11 September 2013. Tempo.co. Bertepatan dengan peringatan ulang tahun ke-68 Radio Republik Indonesia (RRI), RRI Surakarta meresmikan pendirian Museum Penyiaran, Rabu, 11 September 2013. Museum tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VII, yang membentuk Solose Radio Vereniging (SRV) pada 1 April 1933. SRV adalah cikal bakal dari RRI Surakarta sekarang ini. "Apalagi tanah dan bangunan yang ditempati RRI Surakarta saat ini adalah peninggalan SRV," kata Kepala RRI Surakarta, Santoso, saat peresmian Museum Penyiaran. Museum Penyiaran di RRI Surakarta diharapkan dapat memelihara memori masyarakat tentang sejarah RRI Surakarta dan penyiaran di Indonesia. Selain itu agar generasi muda bisa mengetahui berbagai perangkat penyiaran sejak zaman dulu. Museum Penyiaran berada di kompleks RRI Surakarta di Jalan Abdul Rachman Saleh Nomor 51. Letaknya di lantai dua auditorium RRI dengan menempati ruangan yang panjangnya 14 M dan lebar 4,8 M. Benda yang dipajang di museum, seperti radio receiver merek Phillip buatan Belanda tahun 1948, alat perekam yang menggunakan pita reel buatan Belanda pada 1948, pemutar piringan hitam buatan 1948 dari Inggris, alat ukur peralatan studio siaran buatan Jerman pada 1976, dan alat mengukur distorsi peralatan studio siaran buatan Inggris pada 1976. Koleksi lainnya yaitu piringan hitam, kaset siaran, alat pencampur suara atau mixer buatan Jerman pada 1980, dan pemancar radio buatan Indonesia pada 1970. (https://nasional.tempo.co)

Lantas bagaimana sejarah radio dan RRI di Surakarta dan berbagai jenis program? Seperti disebut di atas, tentu saja sebelum ada televisi, radio adalah sarana komunikasi yang paling efektif untuk jangkauan yang luas dalam tempo sesingkat-singkatnya. Siaran radio meliputi programa nyanyian dan musik, berita dan laporan pandangan mata. Tentu saja ada Cerbung (cerita bersambung). Lalu bagaimana sejarah radio dan RRI di Surakarta dan berbagai jenis program? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 25 Januari 2023

Sejarah Surakarta (58): Teosofi di Surakarta, Asal Usul Gedung Theosofie; Freemason di Batavia - Para Teosofi Era Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini

Ada Freemason ada Theosofi. Itu cukup berkembang pada era Pemerintah Hindia Belanda. Freemason ada Theosofi mulai eksis di Batavia, tetapi dalam perkembangannya meluas hingga ke berbagai tempat termasuk di Soerakarta. Ap aitu Freemason dan ap aitu Theosofi? Itu satu hal. Dalam hal ini bagaimana sejarah teosofi di Soerakarta.


Teosofi adalah filsafat keagamaan dibentuk di Amerika Serikat tahun 1875 oleh pendatang Rusia Helena Blavatsky. Teosofi merupakan pandangan semua agama merupakan upaya Occult Brotherhood agar manusia mencapai kesempurnaan, sehingga setiap agama mempunyai kepingan kebenaran. Ajaran teosofi dituangkan dalam tulisan-tulisan Blavatsky. Kepercayaan ini dianggap sebagai salah satu bentuk Esoterisme Barat oleh ahli agama. Filsafatnya terinspirasi dari filsuf-filsuf kuno Eropa dan agama-agama Asia seperti Hindu dan Buddha. Helena Petrovna Blavatsky (1831–1891), Henry Steel Olcott (1832–1907), dan William Quan Judge (1851–1896), mendirikan Masyarakat Teosofi di New York City pada tahun 1875. Oleh Blavatsky, teosofi memandang bahwa terdapat para ahli spiritual kuno dan rahasia berpusat di Tibet. Para ahli ini dianggap telah memupuk kebijaksanaan dan kekuatan paranormal, dan para penganut teosofi percaya bahwa merekalah yang memulai pergerakan teosofi modern dengan memberikan pengajaran kepada Blavatsky. Mereka mencoba memulihkan kembali pengetahuan agama-agama kuno, namun para penganut teosofi tidak menganggap kepercayaan mereka sebagai "agama". Mereka berkhotbah mengenai keberadaan sesuatu yang Absolut yang tunggal dan ilahi. Alam semesta dianggap sebagai refleksi Absolut dari luar. Teosofi mengajarkan bahwa tujuan kehidupan manusia adalah pembebasan secara spiritual dan manusia akan mengalami reinkarnasi setelah meninggal sesuai dengan karma mereka (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah teosofi di Surakarta dan asal usul gedung theosofie? Seperti disebut di atas, ada Freemason dan ada Theosofie, keduanya berkembang pada era Pemerintah Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah teosofi di Surakarta dan asal usul gedung theosofie? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Surakarta (57): Wayang, Opera dan Konser Musik di Surakarta; Sanoesi Pane hingga Seni Pentas Modern Ruang Terbuka


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini 

Sejak kapan ada (pertunjukan) wayang? Tentu saja sudah sejak lama. Wayang adalah seni tradisi (yang umumnya di Jawa) yang umunya didasarkan pada kisah-kisah klasik yang yang berasal dari era Hindoe Boendha yang terus dikembangkan hingga menemukan bentuknya dalam bentuk variasi. Sementara itu, seni pertunjukan yang berasal dari luar seperti opera yang kemudian disusul konser music menambah ragam seni pertunjukan bagi penduduk. Salah satu tokoh non-Jawa dalam pengembangan seni pertunjukkan tradisi dalam bentuk operasi adalah seorang Batak Sanoesi Pane.


Wayang Orang Sriwedari, Tradisi Lama yang Tak Lekang Waktu. March 3, 2022. Wayang orang merupakan pertunjukan berupa teater tradisional Jawa. Bentuknya, gabungan seni drama berkembang dalam budaya Barat dan pertunjukan wayang eksis dalam kebudayaan Jawa, pembawaannya tidak lagi dengan boneka atau peraga wayang kulit, melainkan diperankan oleh orang yang dirias sedemikian rupa sehingga mirip dengan tokoh-tokoh wayang. Kostum yang dikenakan juga persis dengan tokoh pewayangan. Cerita yang dibawakan memuat kisah-kisah pewayangan dari Mahabharata maupun Ramayana. Sesekali, ditampilkan pula tokoh Punakawan untuk mencairkan cerita sebagai penggambaran kawulo alit. Di Kota Solo, Wayang Orang Sriwedari menjadi salah satu tradisi tersohor dan masih terjaga hingga saat ini. Berdiri pada tahun 1911, oleh para penggiat budaya Kota Solo, pertunjukan komersialnya dimulai tahun 1922. Perkembangan Wayang Orang Sriwedari di tengah masyarakat semakin populer dengan munculnya siaran di Solosche Radio Vereeniging. Sejak saat itu, Wayang Orang Sriwedari tambah digandrungi warga Solo. Mulanya, Wayang Orang Sriwedari diadakan di komplek Pura Mangkunegaran. Tetapi, krisis ekonomi terjadi pada tahun 1896, sepeninggal Mangkunegaran V yang wafat, aibatnya, para pemain wayang banyak dirumahkan, namun pertunjukan wayang orang tetap dilakukan, dengan keliling dari kampung ke kampung, hingga raja memberi perintah agar Wayang Orang Sriwedari, ditempatkan di Taman Sriwedari. Bangunan ini dibangun pada era Pakubuwana X. Pembangunan Gedung Wayang Orang Sriwedari terus dilakukan, pada tahun 1928-1930 dibangun gedung permanen menampung sekitar 500 penonton (https://surakarta.go.id/)

Lantas bagaimana sejarah wayang, opera dan konser musik di Surakarta? Seperti disebut di atas, Ketika seni pertunjukkan modern muncul, seni pertunjukkan tradisi terus eksis seperti wayang, bahkan hingga ini hari. Dalam hubungan ini bagaimana peran Sanoesi Pane dalam pengembangan seni tradisi hingga seni pentas modern di ruang terbuka. Lalu bagaimana sejarah wayang, opera dan konser musik di Surakarta? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 24 Januari 2023

Sejarah Surakarta (56): Hiburan - Rekreasi; Balapan, Klub, Hotel, Situs-Situs Eksotik, Sepakbola, Kolam Renang, Teater, Bioskop


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini

Hiburan dsan rekreasi tempoe doeloe tentu saja dapat berberda dengan masa kini. Kebutuhan hiburan dan rekreasi semasa Pemerintah Hindia Belanda sudah ada namun masih sangat terbatas. Akan tetapi hiburan dan rekreasi tempo doeloe memiliki garis continuum ke masa kini. Balapan (race) dan (berbagai kegiatan di) klub serta ketersediaan penginapan (pesanggrahan/logement/hotel) adalah sarana pertama hiburan dan rekreasi, baik orang Eropa/Belanda, Cina maupun pribumi. Keberadaan situs-situs eksotik mengundang minat para wisatawan. Permainan sepakbola dan ketersediaan kolam renang semakin menambah variasi hibiran dan rekreasi yang kemudian berkembang teater dan bioskop.


Tujuh Destinasi Wisata Sejarah di Solo yang Wajib Dikunjungi. 7 Desember 2021. SoloposFM.com. Kota Solo kental tradisi dan budaya Jawa. Kota penuh sejarah dan dulunya merupakan pusat kerajaan Mataram. Berikut 7 tempat wisata sejarah di Solo. (1) Keraton Surakarta Hadiningrat, di Baluwarti, Pasar Kliwon, menyimpan banyak sejarah. Terdapat museum koleksi peninggalan Kasunanan, seperti benda antic, senjata pusaka, gamelan, hingga perlengkapan kraton. (2) Benteng Vasternburg, di kawasan Gladak, peninggalan Belanda, arsitekturnya dengan nuansa Eropa, dulu merupakan garnisun pasukan Belanda. (3) Museum Keris Nusantara, di Laweyan, kental nuansa Jawa dan memiliki koleksi lebih dari 400 keris, selain keris, juga memamerkan senjata tradisional, dari berbagai daerah di Indonesia. (4) Taman Sriwedari, di jalan Slamet Riyadi, Sriwedari, Laweyan, taman hiburan rakyat sudah ada sejak puluhan tahun lalu, dulu kawasan tempat diselenggarakannya tradisi hiburan malam Selikuran sejak era Pakubuwono X. (5) Museum Radya Pustaka, memiliki koleksi berbagai arca, pusaka adat, wayang kulit, alat tenun tradisional, gamelan dan berbagai buku kuno. Museum berlokasi tidak jauh dari Sriwedari. (6) Monumen Pers Nasional, didirikan 1978, bangunan induknya di jalan Gajah Mada, Timuran, Banjarsari, mengoleksi berbagai teknologi komunikasi dan reportase, seperti penerbangan, mesin ketik, pemancar, telepon dan lebih dari 1 juta koran dan majalah, berbagai benda terkait dengan pers Indonesia. (7) Kampung Wisata Batik Kauman terletak di dekat pasar Klewer, pengunjung bisa mempelajari sejarah batik, motif-motif hingga cara pembuatannya (https://www.soloposfm.com/)

Lantas bagaimana sejarah hiburan dan rekreasi di Soerakarta? Seperti disebut di atas, sudah ada hiburan dan rekreasi di Soerakarta, meski berbeda dengan masa kini, pada masa ini antara lain balapan (pacuan kuda), berbagai kegiatan di Club, penginapan (pesanggrahan. Logement, hotel), situs-situs eksotik dan climbing, sepakbola, taman dan kolam renang, teater dan bioskop. Lalu bagaimana sejarah hiburan dan rekreasi di Soerakarta? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.