Sabtu, 28 Januari 2023

Sejarah Surakarta (63):Legiun di Soerakarta Mangkunegara, Akademi Militer Bandoeng; Akhir Pasukan Pribumi di Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Surakarta/Solo dalam blog ini Klik Disini 

Sejak kehadiran pelaut-pelaut Belanda yang dimpin oleh Cornelis de Houtman sudah terjadi kekerasan dengan menggunakan senjata. Ketika pelaut Belanda semakin menguat, relokasi dari Amboina ke Batavia tahun 1619 sebagai pusat VOC. Pada tahun 1628 Mataram menyerang Batavia. Permusuhan terus berlanjut hingga terbentuk aliansi di Soerakarta antara pemerintah VOC dengan kerajaan (kemudian perjanjian Gijanti 1755). Faktor kedekatan inilah yang kemudian terbentuknya legion pasukan pribumi di Soerakarta yang terus bertahan hingga detik-detik berakhirnya Belanda di Indonesia.    


Legiun Mangkunegaran adalah korps bersenjata Kadipaten Mangkunegaran dibentuk masa Mangkunegara II (era VOC). Daendels melakukan upaya dalam mempertahankan Jawa, serta membangun jalan trans-Java. Daendels juga melakukan upaya pengumpulan pasukan bantuan dari kerajaan-kerajaan kecil di Jawa, salah satunya adalah Mangkunegaran. Kepada Praja Mangkunegaran, Daendels kemudian menetapkan pembentukan satuan militer setingkat legiun, disebut Legiun Mangkunegaran, 29 Juli 1808 dan menetapkan Mangkunegara II sebagai pimpinan satuanr tersebut. Tahun 1808 Legiun Mangkunegaran memiliki; 1.150 prajurit terdiri 800 infanteri (Fusilier), 100 penyerbu (Jagers), 200 kavaleri (berkuda), dan 50 rijdende artileri; Tahun 1816 jumlah personilnya 739 kemudian 800 orang; Tahun 1825–1830 jumlah personil 1500; Tahun 1831 jumlah berkurang menjadi 1000; Tahun 1935 Legiun Mangkunegaran dibagi dalam staf yang memiliki; ajudan atau intendan, dokter militer, dan korps musik, dan batalyon dibagi dengan 6 kompi serta unit mitraliur. Kiprah Legiun Mangkunegaran dimulai sejak invasi Inggris. Legiun Mangkunegaran ikut dalam sebuah operasi militer untuk mempertahankan Semarang dan Klaten. Pada masa pendudukan Inggris di bawah kepemimpinan Raffles, Legiun Mangkunegaran dipercaya untuk menjaga ketertiban di Jawa yang pada masa itu. Legiun Mangkunegaran terlibat penyerbuan Keraton Yogyakarta 19-20 Juni 1812. Mangkunegaran mendapat hadiah berupa tanah seluas 1.000 cacah dari Raffles. Selanjutnya selama berada di bawah pemerintahan kolonial Hindia Belanda, Legiun Mangkunegaran dilibatkan dalam berbagai operasi militer, seperti penumpasan bajak laut di Bangka (1819-1820), Perang Jawa (1825-1830), dan Perang Aceh II (1873) (Wikipedia).

Lantas bagaimana sejarah Legiun Mangkunegara di Soerakarta dan Akademi Militer di Bandoeng? Seperti disebut di atas, sejak era VOC, pasukan pribumi telah dilibatkan dalam pertahanan militer yang kemudian dilanjutkan pada era Pemerintah Hindia Belanda. Selain Barisan Madoera, Legioen Mangkonegaraan adalah bagian dari dari militer Pemerintah Hindia Belanda. Namun bagaimana kelanjutannya bagaimana berakhirnya pasukan pribumi di Hindia Belanda? Lalus bagaimana sejarah Legiun Mangkunegara di Soerakarta dan Akademi Militer di Bandoeng? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.

Legiun Mangkunegara di Soerakarta dan Akademi Militer Bandoeng; Berakhirnya Pasukan Pribumi di Hindia Belanda

Pada awal Perang Jawa, ada dua pangeran yang melakukan penentangan terhadap otoritas Pemerintah Hindia Belanda di Jogjakarta, yakni Pangeran Dipo Negoro dan Pangeran Mangkoe Boemi. Tentu saja masih ada yang memiliki gelar mangkoe seperti Mangkoe di Ningrat (lihat Bataviasche courant, 20-12-1826). Bagaimana dengan di Soerakarta sendiri? Dalam Perang Jawa (1825-1830) nama Pangeran Adipatti Mangkoe Negoro mulai muncul (lihat Leydse courant, 03-01-1827).


Reaksi Pangeran Adipatti Mangkoe Negoro ini tampaknya bermula Ketika pengikut Pangeran Diponegoro semakin merangsek mendekati wilayah Soerakarta, terutama di wilayah Pangeran Adipatti Mangkoe Negoro seperti di district Kerja di timur Soerakarta dan di district Soekawati di utara Soerakarta. Untuk meminimumkan gangguan di wilayah pangeran ini, Pangeran Adipati Mangkoe Negoro mengirim sejumlah barisan untuk membendungnya. Dalam hal ini barisan Pangeran Adipatti Mangkoe Negoro bahu membahu dengan militer Pemerintah Hindia Belanda di satu sisi, dan barisan Mangkoe Negoro berseberangan dengan pasukan-pasukan pendukung Pangeran Diponegoro. Pada fase ini, sejak awal perang, barisan Madoera dan pasukan Ambon aktif dalam membantu penyerangan di wilayah gerilya Pangeran Diponegoro di sebelah barat dan barat daya gunung Merapi.

Tunggu deskripsi lengkapnya

Berakhirnya Pasukan Pribumi di Hindia Belanda: BKR, TRI, TNI

Tunggu deskripsi lengkapnya

 

 

*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar