Minggu, 23 Desember 2018

Sejarah Kota Ambon (6): Sejarah Gempa di Ambon, Tsunami 1754 Hancurkan Benteng Victoria; Catatan Gempa Sejak Era VOC


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Ambon dalam blog ini Klik Disini

Gempa dan tsunami adalah suatu peristiwa alam yang kerap menimbulkan bencana. Suatu peristiwa alam yang dapat berulang. Kejadian gempa dan tsunami dapat terjadi dimana-mana. Tidak hanya dulu, tetapi juga pada masa kini. Gempa dan tsunami dapat terjadi kapan saja. Oleh karena itu, kita tetap harus waspada. Sebab, kewaspadaan adalah cara untuk menghindar atau meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh gempa dan tsunami.

Oprechte Haerlemsche courant, 10-06-1755
Kemarin malam telah terjadi tsunami di Anyer, Banten. Hari ini muncul kekhawatiran baru, karena gelombang laut diinformasikan meninggi kembali. Peristiwa tsunami di Selat Sunda yang terjadi kemarin malam terbilang langka, sebab tidak didahului oleh air surut. Akan tetapi yang terjadi, gelombang tinggi pada malam hari telah menyapu pantai hingga ke darat yang kemudian diketahui menyebabkan korban dan kerusakan. Ketika sedang menulis serial artikel Sejarah Ambon ini ada baiknya melihat sejarah gempa dan tsunami di Ambon di masa lampau. Sejarah gempa dan tsunami di Ambon ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman kita tentang sejarah gempa dan tsunami di Indonesia.   

Kota Ambon juga di masa lampau telah tercatat sebagai suatu tempat yang kerap terjadi gempa dan bahkan di Kota Ambon pernah diinformasikan pernah terjadi tsunami. Namun bagaimana sejarah gempa di Ambon masih perlu kita pahami lebih mendalam. Sebagaimana gempa dan tsunami dapat berulang, memahami perilaku gempa dapat menjadi salah satu untuk menghindari atau meminimalkan akibat yang ditimbulkannya. Untuk itu kita perlu menelusuri kembali kejadian-kejadian gempa dan tsunami yang pernah terjadi di Ambon pada masa lampau.     .  

Berita Gempa Pertama dari Ambon (1754)

Surat kabar di Haarlem, Oprechte Haerlemsche courant, 10-06-1755 memberitakan telah terjadi gempa besar di Ambon. Berita ini disampaikan oleh seseorang yang baru pulang berlayar dari Hindia Timur. Kejadian gempa di Ambon terjadi pada tanggal 18 Agustus 1754 pada sore hari pukul 4. Disebutkan telah terjadi darat disapu oleh air. Pasar dan semua tiang dari batu, benteng, gereja, rumah kepala Cina dan bagian dari rumah sakit telah hancur. Juga disebutkan semua rumah batu rusak dan tidak dapat dihuni. Gubernur Kluyzenaar telah dibuat kembali tempat tinggalnya. Selama 18 Agustus hinga tanggal 22 September telah terjadi 85 gempa. Sejumlah orang tewas dan luka. Gambaran singkat ini mengindikasikan telah terjadi gempa yang disertai tsunami.

Tsunami juga pernah terjadi yang dicatat oleh seorang botanis yang bertempat tinggal di Ambon Georg Eberhard Rumphius. Kejadian gempa dan tsunami terjadi pada tanggal 17 Februari 1674 sebagaimana dilaporkan oleh Francois Valentjn berdasarkan catatan Rumphius. Dalam kejadian tsunami banyak korban meninggal, termasuk istri dan anak Rumphius. Francois Valentjn sendiri menerbitkan serial yang menjadi bukunya berjudul Oud en nieuw Oost-Indien antara tahun 1724 dan 1726. Francois Valentjn meninggal di Belanda tahun 1727. Sumber ini dianggap sumber pertama dan paling tuan tentang catatan gempa dan tsunami di Hindia Timur (baca: Indonesia). Sumber kedua adalah peristiwa gempa dan tsunami tahun 1754. Dua kejadian ini terjadi di Ambon.

Oprechte Haerlemsche courant, 14-06-1755
Peristiwa gempa dan tsunami di Ambon ini, informasinya telah diperinci (diupdate) sendiri oleh Oprechte Haerlemsche courant, 14-06-1755. Kejadian yang terjadi pada hari Minggu ini, dirasakan semua pihak sangat menyedihkan dan mendalam. Semua bangunan saat terjadi gempa semua bergetar. Bangunan pelabuhan, strukturnya telah tersapu habis oleh tsunami, demikian juga bangunan di pelabuhan tersampu tanpa ada pondasi yang tertinggal. Kasteel Victoria terguncang seperti buaian sebelum rusak berat. Bangunan pasar dengan tiang batu besar telah tersapu. Diduga sebanyak 600 yang tengah berada di pasar telah hilang. Bangunan Stadhuis yang besar dan kuat mengalami keretakan yang parah. Bangunan rumah sakit yang tergolong baru benar-benar rontok dan hancur hanya tinggal puing. Juga disebutkan di Haroekoe dan Saparoea terjadi dampak tetapi tidak begitu rinci diuraikan. Berita atau feature ini ditulis di Amboina Kasteel Victoria, 24 September 1754 (ditulis setelah sebulan kejadian; tidak disebutkan siapa penulisnya).

Gempa dan tsunami yang terjadi pada tahun 1754 ini telah mengakibatkan kerusakan berat benteng (fort) Victoria. Benteng ini tidak dapat digunakan lagi. Benteng ini dianggap tidak mampu lagi menahan goncangan gempa dan tsunami (Leeuwarder courant, 04-09-1756). Benteng Victoria yang dibuat kokoh dan telah mengalami rusak berat mengindikasikan betapa besarnya gempa dan tsunami tsunami yang terjadi. Sebagaimana diketahui nanti, benteng ini kemudian dibangun kembali dengan struktur yang lebih kuat dengan nama baru Nieuw Victoria (masih eksis hingga sekarang).

Oprechte Haerlemsche courant, 29-04-1766
Peristiwa gempa berikutnya terjadi pada tanggal 12 September 1763. Disebutkan telah terjadi gempa besar (zeer zwaare aardbeving). Kejadiannya tidak di Ambon, tetapi di Banda Neira. Tidak disebutkan seberapa besar dampaknya di Ambon, juga tidak dijelaskan apakah telah terjadi tsunami. Berita ini dilaporkan oleh surat kabar Oprechte Haerlemsche courant, 29-04-1766 yang melansir berita surat kabar Heerlemsche courant edisi 26 April 1764.

Sebelum peristiwa gempa besar di Banda, di Batavia dilaporkan terjadi gempa besar. Oprechte Haerlemsche courant, 22-06-1758: ‘Menurut surat dari Batavia, pada tanggal 24 Agustus 1757, gempa bumi dahsyat dirasakan pada jam 2 siang. Goncangan gempa di bawah tanah terjadi tiga menit, Warga melarikan diri dari rumah yang, bagaimanapun, lebih menyebabkan ketakutan daripada kerusakan yang timbul’. Berita gempa berikutnya di Batavia dilaporkan Haarlemse Courant, 29-07-1775. Disebutkan terjadi gmpa di Batavia pada tanggal 10 November 1774 pada pukul setengah lima sore. Tidak dijelaskan lebih lanjut.

Untuk dipahami pembaca, antara kejadian dengan munculnya pemberitaan di surat kabar cukup lama, sekitar setengah tahun. Saat itu pelayaran antara Batavia-Amsterdam masih melewati Afrika Selatan dengan menggunakan kapal-kapal yang kecepatannya masih terbatas. Berita-berita gempa di Ambon hanya ditemukan di surat kabar yang terbit de Belanda. Pada tahun 1744 sempat muncul surat kabar di Batavia, Bataviaasche Nouvelles namun tidak berumur lama lalu berhenti. Bataviaasche Nouvelles baru muncul lagi tahun 1766 (lihat Middelburgsche courant, 01-11-1766). Pada saat surat kabar Batavia ini vakum, berita-berita gempa di Ambon ditemukan di Belanda, sebagaimana diberitakan oleh Oprechte Haerlemsche courant yang terbit di Haarlem. Bataviaasche Nouvelles masih eksis hingga tahun 1800 (sebelum VOC digantikan oleh Pemerintah Hindia Belanda). Pada awal pemerintahan ini juga tidak ada sumber berita, karena surat kabar pertama di Batavia baru muncul pada tahun 1810 yakni Bataviasche Koloniale Courant.

Dari dua peristiwa gempa dan tsunami di Ambon, pada hematnya, kejadian suatu gempa atau tsunami adalah satu hal, pemberitaan kejadiannya adalah hal lain. Dengan memperhatikan situasi dan kondisi saat itu (doeloe), sudah barang tentu banyak kejadian gempa dan tsunami di Hindia Timur yang tidak terlaporkan. Apakah karena tidak ada yang melaporkan dan juga tidak ada surat kabar yang memberitakan. Akan tetapi juga bisa karena laporan dan berita yang ada tidak ditemukan lagi pada masa berikutnya. Seperti laporan yang dibuat Rumphius pada tahun 1674 masih bisa ditemukan oleh Francois Valentjn dan kemudian mengutipnya di dalam bukunya yang terbit tahun 1724.

Kejadian Gempa dan Tsunami di Tempat Lain

Kejadian gempa dan tsunami setelah di Ambon 18 Agustus 1754 telah terjadi gempa dan tsunami di Padang. Kejadian tsunami di Padang diberitakan oleh  Ommelander courant, 20-04-1798. Disebutkan di Westelyke Kusten van Sumatra (Pantai Barat Sumatra), gempa bumi terjadi pada tanggal 20 Februari [1797[, yang menyebabkan kerusakan besar dan menyebabkan lebih dari tiga ratus orang meninggal, dimana banyak orang yang hidup di darat yang terbuka diantara mereka ditelan [ke laut]. Di Padang, semua area pemukiman telah hancur.

Ommelander courant, 20-04-1798
Kejadian tsunami di Padang ini telah dicatat oleh Residen Du Puij. Catatan ini kemudian dikutip oleh ahli geologi FW Jung Huhn dan mengutipnya dalam laporan yang kemudian dibukukan. Hal yang dilakukan oleh Du Puij-Jung Huhn ini seperti dulu telah dilakukan oleh Rumphius- Francois Valentjn. Pada tahun 1797 di Soematra pada tanggal 10 Februari, di malam hari pada pukul 10, Terjadi gempa kekerasan di pulau. Goncangan besar pertama, yang berlangsung selama satu menit,bagian dari tanah dibanjiri oleh (air) laut; kapal terdorong ke darat. Penjara dan rumah hancur; air laut ini kembali lagi ke atas setelah sungai Padang benar-benar kering, dan air laut diulang tiga kali. Kampong Ajer Manis, terletak di utara Padang begitu kewalahan oleh air yang tinggi, pada hari berikutnya ditemukan mayat tersangkut di cabang-cabang pohon menggantung (lihat Franz Wilhelm Junghuhn, 1853)

Berikut disajikan daftar gempa besar dan tsunami yang pernah terjadi di Indonesia. Daftar ini hanya terbatas untuk gempa yang dianggap menjadi penting. Ukuran gempa tidak seperti sekarang (SR), tetapi ukuran doeloe adalah karakteristik gempa itu sendiri, seperti seberapa besar dampaknya, berapa banyak korban jiwa dan seberapa besar kerusakan yang ditimbulkannnya. Daftar gempa besar di Indonesia sejak era VOC, lihat lampiran.


*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.




Daftar Panjang Gempa Besar (dan Tsunami) di Indonesia

Tanggal
Tempat
Deskripsi Singkat
Sumber (pertama)
13-02-1684
Batavia
Tidak ada keterangan
Almanak 1816
04-01-1699
Batavia
Tidak ada keterangan
Almanak 1816
18-08-1754
Ambon
Lihat artikel
Lihat artikel
12-09-1763
Banda
Lihat artikel
Lihat artikel
25-01-1769
Batavia
Tidak ada keterangan
Almanak 1816
10-05-1772
Batavia
Tidak ada keterangan
Almanak 1816
04-01-1775
Batavia
Tidak ada keterangan
Almanak 1816
22-01-1780
Batavia
Tidak ada keterangan
Almanak 1816
20-92-1797
Padang
Lihat artikel
Lihat artikel
19-03-1806
Batavia
Tidak ada keterangan
Almanak 1816
10-04-1815
Batavia
Tidak ada keterangan
Almanak 1816
11-04-1815
Batavia
Tidak ada keterangan
Almanak 1816
12-04-1815
Batavia
Tidak ada keterangan
Almanak 1816
01-04-1815
Sumbawa
Letusan pertama Gunung Tambora terjadi pagi pada tanggal 1 April. Suara itu terdengar di Macassar semacam tembakan canon. Menjelang malam semakin sering terdengar dan suaranya semakin berat. Seorang petugas di Pulau Selajar melihat menjelang pukul 10 malam, gelap sekali sehingga aku hampir tidak bisa membedakan kapal dari pantai, meskipun tidak satu mil jauhnya. Pada malam hari terdengar lagi ledakan yang lebih keras. Menjelang pagi frekuensinya makin tinggi begitu berat sehingga  mengguncang kapal. Satu ekspedisi pada pagi hari dikirim untuk memeriksa ke selatan. Langit sangat gelap, angin bertiup dan dari Timur. Udara dipenuhi dengan abu atau debu vulkanik yang sudah mulai berjatuhan di geladak. Setiap bagian cakrawala lainnya diselimuti kegelapan. Tengah hari horisonnya lenyap dan kegelapan total telah menyelimuti dan deck kami segera ditutupi dengan benda yang jatuh. Abunya terus jatuh tanpa jeda sepanjang malam. Pada pukul 6 pagi berikutnya, ketika matahari seharusnya saya lihat, itu masih berlanjut sebagai gelap seperti biasa, tetapi pada pukul setengah tujuh, saya merasa puas ketika saya merasakan bahwa kegelapan jelas berkurang, saya mulai bisa dengan samar-samar melihat benda-benda di geladak. Sejak mulai saat itu saya mulai melihat menjadi lebih terang, sangat cepat dan pada pukul setengah sembilan pantai dapat dibedakan, abunya, jatuh dalam jumlah yang cukup besar namun tidak seberat sebelumnya. Beberapa ton jatuh ke atas kapal, meskipun bubuk atau debu yang tidak dapat ditembus sempurna ketika jatuh, itu ketika dikompres dari berat yang cukup, ukuran 1 pint diisi dengan berat 12 onns. Debu memiliki bau terbakar yang samar, tetapi tidak seperti belerang. Udara masih diisi dengan abu yang jatuh ringan sepanjang hari dan yang berikutnya. Ketika kami di darat, sawah tertutup debu, ikan d kolam mati mengambang, banyak burung mati di tanah. Aku butuh beberapa hari untuk membersihkan kapal dari abu. Air yang tergenang membentuk lumpur yang kuat. Pada tanggal 19 kami memasuki teluk Bima, sangat sulit memasukinya karena banyak rintangan sampah. Ketenbalan abu yang diukur di sekitar kota Bima saya temukan tiga inci dan tiga perempat. Dari laporan yang saya berikan kepada Residen Bima, diduga bahwa yang meletus gunung Toinboro, yang terletak sekitar 40 mil ke arah barat Bima.
Java government gazette, 20-05-1815
24-11-1833
Padang
Dapat dilihat di Sejarah Kota Padang dalam blog ini
Dagblad van 's Gravenhage, 07-04-1834
10-10-1834
Buitenzorg
Batavia, 10 Oktober 1834. Setelah cuaca yang sangat hangat dan menyengat selama beberapa hari, di pagi hari ini, sekitar jam enam, di kantor pusat ini, gempa bumi yang luar biasa parah terasa, yang goncangan diiringi oleh suara yang kuat. Penduduk, yang juga 'mengalami gempa bumi yang begitu cemas, teror, mereka meninggalkan rumah-rumah mereka yang bergetar. Beberapa bangunan penting seperti Stadhuis di Weltevreden dan gudang di negara itu, telah menjadi tidak ada. Gempa bumi tahun 1834 terbilang gempa bumi terbesar yang pernah terjadi di Batavia. Gempa bumi ini tercatat juga telah menghancurkan Istana Buitenzorg. Istana ini merupakan salah satu bangunan yang dibuat kokoh dan tahan lama karena tempat kediaman Gubernur Jenderal.
Javasche courant, 11-10-1834
28-09-1847
Batavia
Keterangan sangat singkat
Algemeen Handelsblad, 23-12-1847
27-08-1883
Selat Sunda
Batavia, 27 Agustus 1883. Fenomena yang sama seperti selama beberapa bulan telah berulang di sini, semacam gemuruh bawah tanah. Itu dimulai kemarin sore, hingga sepanjang malam, dan bahkan hari ini masih ada banyak ledakan di kejauhan. Tak perlu dikatakan lagi bahwa ada banyak kerusuhan di Batavia dan bahwa ratusan, yang takut di rumah dan keluarga, telah menghabiskan malam terakhir dalam tidur tanpa tidur. Suara gemuruh di kejauhan, yang, seolah-olah, muncul semakin banyak dan dalam keheningan malam itu mereka sangat menakutkan, terutama karena mereka tidak tahu penyebabnya. Secara umum, letusan berulang-ulang gunung berapi Cracatau sebagaimana dilaporkan sebuah kapal yang tiba di sini kemarin dari Selat Sunda, ditutupi dengan lapisan abu dan guncangan serta daya dorong diamati pada arah yang sama dari Bantam. Fenomena ini mencapai tingkat yang paling intens di tengah malam; ledakan muncul pada jam 1. yang meledakkan semua lampu gas di kota dan di sebagian besar lingkungan membuat pintu dan jendela menakutkan dan berdering mengkhawatirkan. Ini berlanjut sampai dini hari; pada pukul lima terdengar ledakan keras. Ketika hari sudah siang, abu yang jatuh dapat terlihat dimana-mana, meliputi jalan, rumah, kebun dan tanaman, dan tersebar di seluruh Batavia dan tempat-tempat sekitarnya. Goncangan atau gerakan melambai dari tanah, namun, kami tidak mendengar apa-apa. Namun di bawah gedung-gedung yang baru didirikan di sini terlihat retak orang-orang berlarian, kasus pagi ini sekitar jam 7 di gedung stasiun di Noordwijk, yang pada satu waktu retak bahwa semua orang melarikan diri. Tampak di udara, kemarin dan hari ini, burung-burung laut beterbangan mereka melewati Batavia dengan segerombolan penuh, bahkan di jam-jam sesudahnya. Erupsi itu pastinya cukup ganas. Fenomena alam menjadi lebih menyedihkan besok, ketika pada jam sebelas datang kegelapan total, dan cahaya lilin harus dinyalakan di kantor-kantor di kota. Pengganti pencerahan ini terpaksa, karena pabrik gas tidak melakukan operasi apa pun di pipanya pada siang hari. Segera abu mulai turun dan sementara kami menulis ini masih terus berlanjut. Udara berat dan tebal dan terutama dari satu sisi ke sisi lain mungkin tidak bisa ditembus. Terlepas dari pesan-pesan yang telah kami terima, dilaporkan juga bahwa di Bantam berbagai jembatan telah tersapu oleh kekuatan yang membuat laut dikocok oleh gejolak dalam tanah, menembus sungai. Konsekuensi dari ini harus diamati di sini besok, di tengah-tengah kegelapan, ketika sungai besar membengkak beberapa meter dalam beberapa menit, dan aliran air naik. Bagian bawah antara lain Boom kecil dan Passar, bisa saja dibanjiri dalam sekejap mata, dan umumnya terjadi kepanikan, termasuk ribuan orang Banten, takut dan berakhir dengan banjir, bergegas pulang. Seluruh kota yang lebih rendah, dengan beberapa pengecualian, ditinggalkan; populasi Eropa meninggalkan kantor mereka dalam kegelapan yang terus-menerus, dan ketika air naik dengan kekuatan seperti itu, penduduk pribumi juga mencari keselamatannya. Namun, tidak ada yang menarik perhatian kita dari kecelakaan pribadi. Namun, dengan minat, kami terus melihat dan memberi laporan lebih lanjut tentang fenomena alam yang aneh ini.
Bataviaasch handelsblad,    27-08-1883
06-01-1898
Ambon
Pemerintah mengirim telegram, tanggal enam Januari telah terjadi gempa di Ambon (De Telegraaf, 12-01-1898), Disebutkan Amboina hancur total. Lima puluh orang tewas, termasuk sepuluh tentara, melukai dua ratus orang, Bataviaasch nieuwsblad, 12-01-1898: Ambon hancur. Dengan pesan sedih itu berarti ibu kota pulau dengan nama yang sama dan tempat tinggal Amboina. Tempat itu, seperti yang Anda tahu, adalah tempat tinggal Residen dan komandan militer Maluku. Ada sebuah benteng yang disebut New Victoria; di sebelah barat dan barat daya benteng itu orang Eropa tinggal, di sebelah selatan mereka adalah kamp Cina, lebih jauh lagi penduduk asli. Di Ambon menurut hitungan terbaru tentang 800 Eropa, 700 Cina, 350 Arab dan 6.300 penduduk asli, yang dibagi menjadi 4.530 urban dan 1.770 negori dll. Ambon adalah tempat yang baru dibangun dengan banyak rumah-rumah batu yang dibangun di jalan-jalan yang rapi, sebuah gereja Protestan, pasar, klub, panti asuhan, rumah sakit, sekolah dan penjara. Rumah tempat tinggal di Batoe Gadjah berada di tengah-tengah taman yang indah dengan air yang mengalir. Seseorang hampir tidak dapat membayangkan bahwa semua ini tidak ada lagi; bahwa gempa bumi telah menciptakan kembali permukiman ini dalam kehancuran, sementara orang-orang masih tidak menyadari apa yang telah terjadi di pedalaman pulau dua pulau (Hitoe dan Leitimor). Kelak diketahui bahwa gempa ini telah menghancurkan bekas rumah Multatuli di Kota Ambon.
De Telegraaf, 12-01-1898 dan Bataviaasch nieuwsblad, 12-01-1898
28-06-1926
Padang
Dapat dilihat di Sejarah Kota Padang dalam blog ini
Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 28-06-1926
02-02-1938
Banda
Pada hari Rabu pagi pukul empat, gempa bumi terasa di Ambon, yang berlangsung sekitar satu menit, tetapi tidak menyebabkan kerusakan. Namun, di Banda dermaga pemerintah pecah, dermaga KPM juga rusak. Di Fak-Fak gempa juga terasa dan di sana juga 'diikuti oleh gelombang pasang. Satu-satunya kerusakan di sini adalah kerusakan lampu mercusuar. Bahkan, gempa bumi dan gelombang pasang terlihat di Toeal. Gempa itu berlangsung selama tiga menit, dan gelombang pasang berikutnya naik begitu tinggi sehingga air lautnya mencapai sekitar satu meter.
De Indische courant,  08-02-1938




Tidak ada komentar:

Posting Komentar