*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini
Secara defacto, dulu Cengkareng masuk wilayah jurisdiksi distrik Tangerang. Akan tetapi pada masa ini Cengkareng, secara dejure masuk wilayah Jakarta. Ketika pembangunan bandara untuk pengganti bandara Kemayoran, bandara ini disalahartikan dengan menyebut bandara Cengkareng. Padahal secara administratif tempat dimana bandara Cengkareng justru dibangun di wilayah Tangerang, tepatnya di kecamatan Benda (Banda). Nah, lho!
Secara defacto, dulu Cengkareng masuk wilayah jurisdiksi distrik Tangerang. Akan tetapi pada masa ini Cengkareng, secara dejure masuk wilayah Jakarta. Ketika pembangunan bandara untuk pengganti bandara Kemayoran, bandara ini disalahartikan dengan menyebut bandara Cengkareng. Padahal secara administratif tempat dimana bandara Cengkareng justru dibangun di wilayah Tangerang, tepatnya di kecamatan Benda (Banda). Nah, lho!
Bandara di Benda, Cengkareng di kanal Mookervaart (Peta 1902) |
Lantas bagaimana asal usul sejarah awal Cengkareng? Itu pertanyaannya.
Perkampungan Cengkareng awalnya dihuni dan diberi nama oleh orang-orang Ciampea
yang bermigrasi dari hulu sungai Tjisadane ke hilir sungai Tangerang. Nama
awalnya, ditulis oleh orang Eropa/Belanda dengan (coding) Tjankarang, lalu
bergeser menjadi Tjankareng dan akhirnya ditulis menjadi Tjengkareng. Padahal
dari dulunya sudah disebut oleh orang-orang Tjiampea dengan lafal Tjengkareng. Bagaimana
proses sejarah ini berlangsung di masa lampau? Mari kita telusuri sumber-sumber
tempo doeloe.
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Kanal Mookervaart (1679-1687)
Ketika orang-orang Eropa/Belanda mulai memasuki
daerah aliran sungai Tangerang tahun 1674, tentu saja belum ada pemukiman di
area Cengkareng yang sekarang. Sebab area tersebut masih wilayah rawa-rawa dan
hutan-hutan lebat. Dari Batavia menuju daerah aliran sungai Tangerang masih
melalui laut dengan pintu masuk (gate) di kampong Moeara (de Qual). Muara sungai
Tangerang ini saat itu masih berada di Teluknaga yang sekarang. Kampong Moeara
adalah pelabuhan (tempat transaksi) para pedagang yang datang dari lautan dan
para pedagangan yang datang dari pedalaman, Kampong terdekat dari muara adalah
kampong Babakan (di tengah kota Tangerang yang sekarang). Kampong Babakan
adalah kampong yang terbilang kering sepanjang tahun.
Peta 1690 |
Pada tahun 1679 seorang pengusaha Eropa/Belanda
yang membuka lahan dengan membangun benteng mulai merintis saluran irigasi
dengan menyodet sungai Tangerang. Pada periode terjadinya perselisihan VOC
dengan (kesultanan) Banten (1682-1684), sang pengusaha (Cornelis van Mook) kanal
irigasi yang dibuat diperluas dengan membangun kanal untuk fungsi pelayaran
antara benteng Tangerang dan benteng Angke. Kanal pelayaran ini selesai pada
tahun 1687 dan kemudian disebut Mookervaart.
Peta 1724 |
Kanal pelayaran Mookervaart tidak hanya
memperpendek jarak waktu antara Batavia dan daerah aliran sungai Tangerang,
tetapi fungsi kanal ini telah berfungsi dengan sendirinya menjadi fungsi
drainase. Sungai-sungai kecil yang datang dari atah pedalaman lalu bermuara ke
kanal Mookervaart (tidak lagi langsung menuju laut). Sejak fase inilah
lahan-lahan yang dulunya basah (rawa-rawa) di utara kanal ke arah laut lambat
laun menjadi kering dan memungkinkan untuk dijadikan sebagai lahan pertanian
yang baru.
Tjengkareng (Peta 1902) dan Cengkareng (Now) |
Pedagang-pedagang Tjiampea diduga telah
menjadikan sisi utara kanal Mookervaart sebagai homebase baru dalam perdagangan
antara Batavia dengan simpul-simpul perdagangan di hulu sungai Tangerang/sungai
Tjisadane. Homebase itu kemudian dikenal dengan nama kampong Tjangkarang. Dalam
perkembangannya, sesuai lidah orang-orang Eropa/Belanda, nama Tjangkarang
bergeser yang ditulis dengan Tjengkareng.
Pembentukan
tanah-tanah partikelir (land) di mulai di Betavia kemudian diperluas ke arah
hulu sungai Tjiliwong, di daerah aliran sungai Soenter/sungai Tjakoeng, di
daerah aliran sungai Bekasi/sungai Tjilengsi serta di daerah aliran sungai
Tjitaroem dan daerah aliran sungai Tjikarang. Pembentukan tanah-tanah
partikelir juga terdapat di daerah (sisi timur) sungai Tangerang/sungai Tjisadane.
Land pertama yang terbentuk adalah land Tangerang dan land Babakan, lalu
kemudian menyusul land Tjikokol. Dalam perkembangannya mulai dibentuk land baru
di daerah aliran sungai Angke. Sejauh ini area yang berada di antara sungai
Angke dan sungai Tangerang belum terbentuk land. Hal ini karena area tersebut
belum bisa digunakan untuk lahan produktif karena sifatnya masih marjinal
(kerap banjir).
Pada tahun 1730 land-land yang sudah terbentuk
baru di se kitar daerah aliran sungai Tangerang seperti land Tangerang, land
Babakan dan land Tjikokol. Sementara itu land yang sudah terbentuk di daerah
aliran sungai Angke baru teridentifikasi sejumlah land seperti land Angke, land
Tjiledoek. Area yang berada di kedua sisi kanal Mookervaart belum ada land yang
terbentuk. Pertambahan land baru justru semakin luas di arah hulu sungai
Tangerang dan sungai Angke sehingga di arah hulu kedua sungai ini, semua lahan-lahan
potensial telah kapitalisasi sebagai land-land yang baru. Pada tahun 1740 di
dekat benteng Sampoera sudah terbentuk land Sampoera (land Lengkong) dan land
Pesanggrahan. Baru tahun 1750 di area sepanjang kanal Mookervaart terbentuk
land-land baru.
Salah
satu land yang terbentuk di area sepanjang kanal Mookervaart adalah land Tjenkarang.
Seperti biasa, nama land mengikuti nama kampong yang berada di persil land yang
dibentuk. Sebelum dikapitulasi sebagai land dilakukan pengukuran oleh landmeter
untuk dibuatkan petanya. Pembentukan land sendiri dilakukan oleh pemerintah VOC
dan kemudian ditawarkan kepada publik dengan harga tertinggi. Selain land
Tjengkareng, land yang terbentuk di sekitar area kanal Mookervaat antara lain land
Batoetjeper, land Kapok, land Benteng Alang-Alang dan land Kamal.
Land Tjengkareng berada di sisi utara kanal
Mookervaart. Kampong pertama yang terbentuk sebelum dijadikannya land adalah
kampong Tjangkarang. Kampong ini sudah lama diokupasi oleh orang-orang Tjiampea
untuk usaha pertanian seperti pertanian ladang dan pertanian sawah. Kampong Tjangkarang
ini awalnya dirintis oleh para pedagang-pedagang yang berasal dari Tjiampea yang
melakukan transaksi dagang di Batavia. Setelah munculnya kampong Tjangkarang
secara perlahan bermunculan kampong-kampong baru di sekitar kampong
Tjangkarang.
Landhuis: Perkembangan Land Tjengkareng
Tunggu deskripsi lengkapnya
Land Tjengkareng Diakuisisi Pemerintah 1931
Apakah ada foto benteng Belanda yg di Cengkareng?
BalasHapusSetahu saya waktu saya kecil sampe saya SMP itu Benteng masih ada. Dan di hancurkan karena proyek ring road.
Apakah maksud pertanyaannya benteng Tangerang. Sejauh data yang bisa ditelusuri tidak pernah ada benteng di Cengkareng baik pada era VOC maupun era Pemerintah Hindia Belanda. Yang ada adalah benteng Tangerang dan benteng Angke. Boleh jadi situs yang dihancurkan itu adalah bangunan pemerintah Hindia Belanda. Soal nama Benteng Alang-Alang apakah itu merujuk pada benteng belum ada data pendukung. Lukisan benteng Tangerang dapat dilihat pada Artikel Tangeran No.1
HapusSelamat belajar sejarah
Memang ada dulu benteng di cengkareng karna sdh perkembangan jaman akhir nya di hancurkan dan menjadi pertokoan,yaitu pertokoan puri agung.
HapusAda gak foto.benteng Belanda yg di Cengkareng.
BalasHapussetau saya itu bukan benteng, tapi gedung pada masa pemerintahan Belanda,tetapi bentuknya agak mirip seperti benteng, letaknya tepat diseberang kecamatan cengkareng yg sekarang sudah jadi pusat niaga puri agung, kebetulan saya dulu tinggal disitu, setiap hari main ke gedung tersebut, kalo gak salah pintu masuk utamanya, persis di depan bioskop cengkareng pada waktu itu.sayang banget ya sekarang udah gak ada, bahkan gambar2nya pun gak ada.
BalasHapusPuri agung itu bangunan baru kali,gw dari belom lahir di Cengkareng. Itu dulu tanah kosong
HapusDahulu benar kata abang di atas diseberang kecamatan cengkareng atau pas nya di depan pasar cengkareng ada bangunan putih besar, seperti bangunan Belanda. Tapi sdh kosong
HapusKalau boleh tau siapakah pemilik rumah tersebut. Apakah orang cina atau Belanda yang terakhir menempatinya. Mksh
Pada tahun 1900an hampir semua land di sekitar Batavia dekat ke pantai termasuk di Tangerang dimiliki oleh orang Cina, karena tidak terlalu subur dan tidak sehat bagi orang Eropa, orang Eropa lebih memilih ke pedalaman seperti Bogor, Sukabumi dan Preanger. Land Eropa terdekat hanya di Tandjong Oost (Pasar Rebo yang sekarang). Pada tahun 1900an ini juga pemerintah banyak membeli land (mengakuisis land-land partikelir) dan menyerahkannnya kepada penduduk penggarap. Saya lupa-lupa ingat tahun berapa, mungkin ada di artikel lain, land Tjengkareng sudah dibeli pemerintah sekitar tahun 1930an. Siapa yang memiliki persil lahan di sekitar bangunan saya kurang tahu, tetapi seingat saya digunakan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk keperluan tertentu.
HapusDemikian
Selamat belajar sejarah
Daerah ciampea perlu ditelurusi lagi apakah ciampea Bogor atau Cirebon? Klo melihat dari bahasa orang tua di kali pasir dan batuceper, ada kemiripan dengan bahasa-bahasa cirebon
BalasHapusSejauh apa yang tertulis di atas (yang diupload saja) saran Anda betul. Untuk segera menabah pemahaman para pembaca, saya coba ringkas saja. Jika ada pengguna bahasa Cirebon saat ini di Kali Pasiratau Batu Ceper sulit mengidentifikasi apakah mereka ini sudah menetap di wilayah itu sejak akhir abad ke 17 dan awal abad ke 18. Boleh jadi setelah sekian ratus tahun di wilayah tersebut sudah sulih berganti penghuninya. Pada awal abad ke 18 (tahun 1700an) setelah kanal Mookervaart eksis hanya terdapat tiga kota utama (pusar pedagangan) di daerah aliran sungai Tangerang ke Batavia (via kanal Mookervaart) yakni Tangerang, Serpong dan Tjiampe (di tiga kota ini masing-masing terdapat benteng VOC). Dalam hal ini Tjiampe-Batavia via Serpong dan Tangerang adalah jalur perdagangan yang ramai. Tjiapea sendiri adalah sumpul perdagangan di hulu sungai Tjisadane. Lalu kemudian saya cross-check nama-nama kampong di berbagai tempat seperti Sulawesi, Bali, Ambon, Banten dan sebagainya termasuk Tjirebon tidak ada nama kampong pada era Hindia Belanda bernaa Tjangkarang. Satu-satunya nama tempat disebut Tjangkarang berada tidak jauh dari benteng Tjiampea (Bogor). Argumentasi inilah yang digunakan untuk menyimpulkan asal-usul nama Tjangkarang--yang bergeser menjadi Tjengkareng--berasal dari nama kampong Tjangkarang di Tjiapea.
HapusDemikian, semoga membantu penjelasan yang singkat ini.
Yg dimaksud mungkin bangunan landhuis tcengkareng
HapusAye nyebut Yee bukan benteng...Rumah Kongsi Belanda...ky semacam gudang
BalasHapus