Kesultanan Goa [Gowa] adalah
salah satu kerajaan yang sudah eksis sejak lampau (bahkan sebelum kedatangan
pelaut-pelaut Belanda). Kerajaan/kesultanan di nusantara mulai dari Atjeh di
barat hingga Maluku di timur, mulai di utara dari hingga di selatan. Kesultanan
Goa termasuk salah satu kesultanan yang banyak dibicarakan dalam sejarah
kolonial Belanda. Kerajaan Goa secara heroik menentang imperialis barat (Eropa/Belanda).
Macassar, 1636 |
Kerajaan Goa berubah sebutan menjadi Kesultanan Goa sehubungan dengan
penggunaan istilah yang mana kerajaan-kerajaan yang menganut agama Islam
disebut kesultanan. Gelar kerajaan adalah Raja dan gelar kesultanan adalah
Sultan. Kedua gelar ini diterjemahkan sebagai King. Gambaran awal tentang Macassar dapat dilihat lukisan oleh yang dibuat
tahun 1636.
Kesultanan Goa beribukota
(stad) di Sombaopoe, suatu pelabuhan yang tumbuh dan berkembang seiring dengan
semakin tingginya intensitas perdagangan rempah-rempah dari Maluku ke Eropa.
Perdagangan rempah-rempah ini dimulai sejak era Portugis hingga berlanjut dan pada
gilirannya era Belanda. Posisi Kesultanan Goa dalam hal ini cukup unik, posisi
geografis yang berada di tengah antara empat penjuru nusantara (barat, timur,
utara dan selatan). Secara geopolitik kala itu, Kesultanan Goa memiliki hal
yang juga unik dan berbeda dengan kerajaan/kesultanan yang lain: Kesultanan Goa
berseteru dengan Kesultanan Bone.
Gubernur
Celebes: Abraham Verspreet
Francois Valentyn by Joannes van Braam, 1726 |
Kota Sombaopoe, Kesultanan Goa (lukisan 1665) |
Gubernur Jenderal kesembilan, Anthony van Diemen mengangkat seorang
pedagang (koopman) di Makassar N van Vliet sebagai gubernur (landvoogden). N
van Vliet terbunuh pada tahun 1638 lalu digantikan oleh oleh kepala pedagang
(opperkoopman) VOC di Makassar, Johan van Suijdewijk. Pengangkatan Johan van
Suijdewijk sebagai gubernur hanya berlangsung hingga 1646. Setelah itu fungsi
gubernur VOC di Makassar ditadakan, Namun pada tahun 1651 fungsi gubernur
diaktifkan kembali dengan mengangkat Evert Jansz. Ruijs. Pada tahun 1655 Ruijs
digantikan oleh Abraham Verspreet. Namun belum lama menjabat sebagai gubernur,
Abraham Verspreet harus ditarik kembali ke Batavia. Hal ini sehubungan dengan
perubahan kebijakan VOC
Petualangan Aroe Palakka dan Pahlawan Belanda
Sebelas tahun kemudian, 1666, Abraham Verspreet memimpin sebuah ekspedisi kedua di Sumatra’s Westkust. Abraham Verspreet bertindak sebagai Komisaris (civiel) merangkap komandan (militair) untuk menumpas pelawanan Paoeh di muara sungai Batang Araoe yang beberapa bulan sebelumnya telah memberi perlawanan kepada ekspedisi Belanda pertama dibawah pimpinan Jacob Grujs. Abraham Verspreet membawahi pasukan ‘multi nasional’ yang dibawa dari Batavia pada bulan Agustus 1666 yang terdiri dari 300 orang Belanda, 130 orang Bugis dibawah komando Aroe Palakka dan 100 orang Ambon dibawah komando Kapitein Jonker.
Pada bulan Desember 1660 Aroe Palakka melarikan diri ke Boethon karena
dianggap Kerajaan Goa (Makassar) melakukan pemberontakan di Bone. Boethon yang
berada di bawah perlindungan Ternate (yang telah bekerjasama dengan VOC) berseberangan
dengan Makassar. Pasukan Bone atas nama Makassar mengejar Aroe Palakka hingga
ke Boethon. Lalu Boethon meminta Aroe Patodjo (dan Aroe Palakka) ke Batavia. Sekitar satu bulan kemudian Aroe Palakka dengan
keluarganya bergabung dengan warga Ambonsch yang bersekutu dengan orang-orang
VOC. Aroe Palakka tinggal di Angke (bersama dengan orang-orang Bugis). Aroe
Palakka menawarkan pasukannya 250 orang untuk bergabung dengan ekspedisi di
bawah komando Poolman ke Sumatra’s Westkust tahun 1666 yang berjumlah 1.000
orang. Aroe Palakka telah melayani dengan baik ekspedisi dan kembali ke Batavia
3 November 1666 dengan banyak penghormatan. Persahabatan Poolman dan Aroe
Palakka semakin intens dan menjadi sahabat.
Delapan belas hari setelah
di Batavia, Aroe Palakka berangkat dengan salah satu kapal yang menuju Makassar
untuk bergabung dengan Speelman yang akan mengeksekusi Goa-Tallo yang telah
melanggar perjanjian (contract). Armada
Speelman meninggalkan Batavia pada tanggal 24 September 1666 dan berlayar
terlebih dahulu ke Makassar, sementara Speelman tiba pada tanggal 10 Desember. Sehari
sebelumnya, Aroe Palakka telah menangkap beberapa orang Badjore, subyek Gowa,
di pulau Tanakéké, dan dengan demikian benar-benar memulai perang sebelum
diumumkan.
Bukti yang ditunjukkan Aroe Palakka dengan pasukannya di Sumatra’s Westkust
menjadi pasword untuk bergabung dengan pasukan Speelman yang akan menghukum
Goa-Tallo. Cornelis Speelman memang membutuhkan sekutu baru untuk bisa
mengalahkan kekuatan Goa-Tallo. Rekomendasi Poolman memperkuaat penerimaan
Speelman terhadap Aroe Palakka.
Speelman tidak menyukai
pangeran Makassar karena telah melakukan banyak pelanggaran teritorial
(menyerang kapal-kapal VOC dan mengganggu pegawai-pegawai VOC) dan segera melakukan
serangan dengan menaikkan bendera merah. Armada Speelman berlayar ke Boethon
setelah mengetahui pasukan Makassar ingin menyerang Boethon karena telah
membantu Aroe Palakka. Boeton tertolong karena armada Speelman berada tiba pada
tepat waktu. Pada tanggal 1 Januari 1667 dengan
meningkatnya ekskalasi suhu perang, 5.000 Bonéerér, Soppengers dan Boeginer
lainnya merapat kepada Aroe Palakka (yang datang dari Batavia). Pasukan lawan yang
tersisa menyerah pada tanggal 3 Januari.
Setelah ‘pertempuran’ Speelman
dan Gowa-Tallo di Boethon, Aroe Palakka ‘ngepos’ di Boethon. Sementara Speelman
melanjutkan pelayaran ke Maluku untuk tujuan tertentu. Aroe Palakka mendapat
pesan dari Spoelman untuk mengutus pasukan untuk membebaskan Boné, Soppeng dan
Adjatappareng melawan Gowa. Namun semua pasukan di Bone dihabisi oleh Makassar,
tetapi Soppeng dan Adjatappareng terhindar karena pasukan Speelman yang sudah
kembali mendekat. Speelman sendiri kembali ke Boeton pada bulan Juni 1667 yang didampingi
oleh Soelthan Ternate, Mandarsjah, serta pasukan pembantu dari Ternate, Tidore
dan Batjan.
Setelah membuat kontrak
dengan Boethon, Speelman pada bulan Juni itu ke Makassar yang diikuti semua
pasukan yang berafiliasi dengan Speelman dari Maluku, pasukan Aroe Palakka dan
ditambah 1.000 pasukan dari Boethon. Total, Speelman di Makassar membawahi
11.000 pasukan dan siap melawan Goa-Tallo (lihat Sejarah Bone pada surat kabar Soerabaijasch
handelsblad, 16-08-1905).
Tunggu deskripsi lengkapnya
Tunggu deskripsi lengkapnya
Petualangan Karaeng Galesong dan Pahlawan Jawa
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Dikompilasi oleh Akhir
Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang
digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan
peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena
saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber
primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi
karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang
disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan
kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar