*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Bahasa Pedamaran adalah salah satu bahasa
dituturkan di desa Pedamaran 5, kecamatan Pedamaran, kabupaten Ogan Komering
Ilir, provinsi Sumatera Selatan. Berdasarkan hasil penghitungan dialektometri,
isolek Pedamaran merupakan bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81% -
100% jika dibandingkan dengan bahasa Komering, Lematang, Melayu, Ogan, dan Kayu
Agung (https://petabahasa.kemdikbud.go.id/)
Pedamaran sebuah kecamatan di Ogan Komering Ilir suku Penesak marga Danau berbahasa Penesak. Pedamaran terdiri 14, antara laian Pedamaran 1-6. Pedamaran perkampungan tua telah ada sebelum masehi, terdapat tiga kerajaan: Kerajaan Dempo rajanya bergelar Raja Dempu Awang, di daerah Pagaralam di Gunung Dempo menguasai Sumatera Selatan bagian barat. Kedua, Kerajaan Ipuh rajanya bergelar Ranggo Laut (Penjaga Laut), di Bukit Batu Tulung Selapan, kabupaten Ogan Komering Ilir dan Gunung Manumbing di Pulau Bangka. Kerajaan Danau rajanya bergelar Tuan Tigo Tanah Danau di sebelah Selatan Sumatera bagian Selatan, daerah Lebak atau danau yang bernama Pedamaran. Pada abad ke-6 ketiga wilayah tergabung menjadi satu wilayah karena adanya perkawinan antara raja Dempo, yaitu bergelar Rana Dempu atau Dempu Awang dan raja Ipuh, yaitu bergelar Ronggo Laut, dengan putri-putri kerajaan Danau tersebut di atas. Dengan bersatunya ketiga kerajaan itu, menurut cerita, terbentuklah sebuah kerajaan baru yang disebut kerajaan Danau dan raja yang dipilih untuk memimpinnya adalah Ranggo Laut, yang bergelar Syailendra, keluarga menguasai di Jawa. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Pedamaran di Ogan Komering Ilir? Seperti disebut di atas, bahasa Pedamaran dituturkan di desa Pedamaran 5 kecamatan Pedamaran kabupaten Ogan Komering Ilir. Degradasi bahasa-bahasa kuno, promosi bahasa-bahasa baru era modern. Lalu bagaimana sejarah bahasa Pedamaran di Ogan Komering Ilir? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Bahasa Pedamaran di Ogan Komering Ilir; Degradasi Bahasa-Bahasa Kuno, Promosi Bahasa-Bahasa Baru Era Modern
Sungai Ogan dari Baturaja hingga Palembang melalui Kayuangung. Seberapa panjang sungai Ogan? Pada masa ini sungai Ogan adalah terpanjang ketiga di Sumatra bagian selatan (setelah sungai Musi dan sungai Komering). Bagaimana dengan tempo doeloe? Apakah sungai Ogan jauh lebih panjang dari sungai Komering? Yang jelas dusun Padamaran tempo doeloe berada di sisi sungai Komering (di arah hulu Kajoeagoeng).
Sebagaimana dikutip di atas, Pedamaran adalah sebuah kecamatan di Ogan
Komering Ilir yang didiami suku Penesak marga Danau berbahasa Penesak.
Pedamaran terdiri 14 desa, antara lain desa Pedamaran 1-6. Pedamaran perkampungan
tua telah ada sebelum masehi, Bahasa Padamaran yang masih asli ditemukan di
desa Padamaran 5.
Nama Padamaran paling tidak sudah terinformasikan pada tahun 1846 (lihat Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1846). Disebutkan doesoen Padammaran dipimpin oleh seorang kepala Padammaran. Doesoen Padammaran boleh jadi merupakan pemukiman yang paling besar di arah selatan Kajoeagoeng (selatan wilayah Palembang).
Padamaran adalah pemukiman terjauh dari Palembang ke arah hulu sungai
Komering. Orang pertama yang melintantasi antara Boemiagoeng dan Padamaran
terjadi pada pertengahan abad ke-18 (lihat Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1852).
Disebutkan seorang Lamponger bernama Pangeran Pientjang, dari kampung
Boemiagoeng, konon adalah orang pertama yang melakukan perjalanan ke Pandamaran
melalui rawa-rawa luas, sekitar satu abad yang lalu.
Wilayah Padamaran diduga kuat adalah pemukiman baru. Hal ini didasarkan bahwa wilayah Padamaran amtara wilayah Kajoeagoeng di wilayah hilir dan wilayah Boemiagoeng di hulu sungai Komering adalah eks rawa-rawa (danau besar) di masa lampau. Yang mana kedua tempat ini tidak ada pemukiman diantaranya yang menghubungkannya. Oleh karena itu hilir sungai Komering dan hulu sungai Komering secara historis adalah dua wilayah yang terpisah berdasarkan kelompok populasi.
Wilayah doesoen Padammaran berada di antara sungai Lampoeijing dan sungai
Komering (lihat Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1856). Disebutkan sungai Lampoeijing
dibentuk oleh Soengi Matja, Soengi Blitang, Soengi Hitam dan Soengi Daboe, yang
muncul dari danau dan rawa yang ditemukan antara wilayah Kommering dan wilayah Toelang
Bawang. Sungai Lampoeijing mengalir ke arah utara, mengalir perlahan melalui
sawah-sawah di sekitar Danu Loewar, dan menyatu di atas Doesoen Padammaran
dengan Troesan Kaloeb, yang melalui wilayah Kemmering melalui Danu Loewar, dan
lebih jauh ke bawah dengan Ajer Itam, yaitu terhubung ke Sungai Masoedji
melalui Danoe Itam. Di utara Padammaran membentuk dua tandjong (dua kelokan
sungai yang kuat), dan di bawahnya mengalir ke (sungai) Kommering. Catatan:
sungai Mesuji menjadi batas wilayah Palembang dan wilayah Lampung di hilir ke
pantai.
Pada tahun 1857 Pemerintah Hindia Belanda (Residentie Palembang) merintis jalan untuk pengembangan moda transportasi darat dan air dari (kota) Palembang ke arah selatan diantara sungai Ogan di barat dan sungai Komering di timur (lihat Tijdschrift voor Neerland's Indie, 1857). Disebutkan dari kota utama distrik Kajoe Agoeng ke Troesan Kiliep, titik dimana sungainya membelah ke Ogan dan ke Kajoe Agoeng sejauh 4 20 pal. Dari titik terakhir sampai ke mulut sungai Lampoejing sejauh 2.2 pal dan dari sini ke dooen Padammaran sejauh setengah pal. Padammaran dalam hal ini dapat diakatakan wilayah rendah, berawa berada di diantara sungai Komering dan sungai Lampoeijing. Catatan: Hingga tahun 1852 jalan darat yang sudah dibangun adalah dari Lorokl (dekat Palembang) keLahat dan terus Tebingtinggi dan jalan ini terhubung ke pos militer di Moeara Doea di wilayah Ogan Komerin Oeloe (lihat Militaire spectator; tijdschrift voor het Nederlandsche leger, 1858).
Kabupaten Ogan Komering Ilir ibu kota di Kayuagung. Secara geografis
kabupaten berada di antara tiga sungai besar: di barat sungai Komeering, di
utara sungai Musi dan di selatan sungai Mesuji. Kota Kayuagung berada di sisi
barat sungai Komering dan di arah baratnya mengalir sungai Ogan. Dalam hal ini
kota Kayuagung berada di area terpendek, titik singgung sungai Komering dan
sungai Ogan. Sungai Komering sendiri berada di ilir setelah sungai Lampoeijing
bermuara ke sungai Komering. Doesoen Padammaran berada di sisi barat sungai Komering.
Yang menarik diperhatikan dalam hal ini adalah mengapa kota Kajoeagoeng dan doesoen
Padammaran sama-sama berada di sisi barat sungai Komering?
Secara geomorfologias wilayah Padammaran adalah
Tunggu deskripsi lengkapnya
Degradasi Bahasa-Bahasa Kuno, Promosi Bahasa-Bahasa Baru Era Modern: Tentang Bahasa Padamaran
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap, penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat (1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya jelang tidur. Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia. Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar