Rabu, 30 Juni 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (69): Sejarah Klaim Sejarah, Sejak Era Kolonial; Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris, Prancis, Jerman

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini  

Caplok mencaplok wilayah sudah sejak zaman kuno. Pada era kerajaan-kerajaan kuno di Indonesia pencaplokan itu berarti pendudukan (invasi atau aneksasi). Sejarah berlanjut pada era kolonial, antar sesama Eropa saling berebut wilayah, tidak hanya menjadi perang terbuka di TKP, juga dapat berbuntut perselisihan dari negara (kerajaan) mereka yang berada di Eropa sana. Hanya yang kuat yang menjadi pemenang. Dalam hubungan ini, ketika narasi sejarah di wilayah Hindia Timur mulai disusun, antara bangsa ini juga terjadi klaim mengklaim. Narasi sejarah ternyata menjadi penting. Tentu saja hanya fakta dan data yang bisa membuktikan.

Soal caplok mencaplok warisan sejarah atau klaim mengklaim narasi sejarah juga kerap terjadi pada era modern ini. Biasanya yang saling klaim adalah yang berdekatan (bertetangga) pada garis abu-abu. Soal sejarah Laut China Selatan tentu saja belum berujung. Yang mungkin agak mereda adalah soal klaim warisan budaya antara Indonesia dan Malaysia. Tentu saja dalam hal ini tidak hanya dua negara yang bertetangga ini, juga antara Myanmar dengan Thailand dan antara Vietnam dan Kamboja. Satu yang tidak disadarim bahwa di Indonesia juga terjadi klaim mengklaim soal warisan sejarah dan narasi sejarah. Idem dito, yang kerap saling mengklaim antar wilayah yang berdekatan. Satu lagi soal, dengan mengabaikan faktor wilayah, klaim mengklaim ini juga terjadi pada tataran pendapat umum versus pendapat minoritas, pendapat orang banyak dengan pendapat satu orang. Seperti disebut di atas, hanya fakta dan data yang bisa membuktikan,

Lantas bagaimana sejarah klaim mengklaim narasi sejarah di Indonesia? Seperti disebut di atas soal klaim mengklaim ini sudah menjadi bagian sejarah yang panjang, bukan hanya sejarah pada hari ini. Dalam hal inilah pentingnya fakta dan data sejarah. Namun begitu, perlu juga disadari bahwa data juga dapat terjadi pemalsuan atau penghilangan data yang dapat merugikan diri sendiri tetapi menguntungkan pihak lain. Seperti disebut di bawah, jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Lalu bagaimana sejarah klaim mengklaim narasi sejarah di wilayah Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.