Minggu, 30 Juni 2019

Sejarah Bekasi (10): Majoor Moeffreni Moe’min, Komandan Tjikampek; Overste MO Parlindoengan, Colonel AH Nasoetion


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini

Batavia, Tjikampek dan Bandoeng adalah garis lalu lintas perjalanan kereta api terpenting di wilayah West Java. Garis ini juga menjadi penting pada era perang kemerdekaan Indonesia. Posisi Tjikampek sebagai interchange lalu lintas kereta api, juga lokasinya sangat stategis diantara dua medan pertempuran: wilayah pegunungan dan wilayah pantai. Itulah keutamaan kota Tjikampek. Pada era perang kemerdekaan, Mayor Moeffreni Moe’min menjadi Komandan Tjikampek.

Pada era perang kemerdekaan, ketika Belanda/NICA menggantikan posisi Sekutu/Inggris di Djakarta/Batavia, area pertempuran bergeser ke luar kota yang berpusat di tiga tempat: Depok, Tangerang dan Tjikampek. Garis terdepan wilayah Depok berada di Tjililitan dan Kalibata dan garis terdepan wilayah Tjikampek berada di Tjakoeng dan Tjilintjing. Belanda/NICA menganggap wilayah Depok menjadi penting karena terjadi kerusuhan di Depok pada tanggal 11 Oktober 1945, sementara Sekutu/Inggris menganggap wilayah Tjikampek menjadi penting karena terjadi kecelakaan pesawat militer Inggris di Tjakoeng yang mana korban selamat dibunuh di Bekasi. Dua wilayah sisi luar Batavia ini menjadi wilayah terpenting Komando Siliwangi, dua wilayah yang bertetangga, dan dua wilayah gerilya yang saling terhubung sejak doeloe.  

Mayor Moeffreni Moe’min dan wilayah Bekasi menjadi tidak terpisahkan. Wilayah Bekasi mulai dari sungai Tjakoeng di barat hingga sungai Tjitaroem di timur. Saat terjadi berbagai peristiwa di Bekasi (23 November-13 Desember), di Tjikampek sudah dibentuk Garis Pertahanan Pertama (eerste verdedigingslinie) Republik. Komandannya adalah Mayor Moeffreni Moe’min. Lantas siapa Mayor Moeffreni Moe’min? Sejarahnya sudah banyak ditulis. Artikel ini tidak untuk mengulang, hanya sekadar untuk melengkapi. Itu berarti ada hal-hal baru yang selama ini tidak diceritakan. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 28 Juni 2019

Sejarah Bekasi (9): Perang 1945 Melawan Sekutu/Inggris; Merapikan Narasi Sejarah Perang Kemerdekaan Indonesia di Bekasi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini

Perang kermedekaan di Bekasi adalah bagian dari perang kemerdekaan Indonesia. Seperti di tempat lain, di Bekasi juga terjadi perang melawan Sekutu/Inggris. Perang kemerdekaan melawan Sekutu/Inggris di Bekasi dipicu oleh sebab terjadinya kecelakan pesawat militer Inggris di Rawa Gatel. Setelah seminggu dari kejadian baru pasukan Inggris dikerahkan ke Bekasi untuk tindakan operasi mencari lorban selamat dan evakuasi korban.

Tentara Sekutu/Inggris di Bekasi, 1945
Setelah Jepang takluk kepada Sekutu, Indonesia segera memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Aguistus 1945 di Djakarta. Untuk melucuti militer Jepang dan membebaskan interniran Eropa/Belanda di Indonesia dilakukan oleh militer Inggris. Tugas itu dilakukan di Djakarta dan kota-kota pantai lainnya seperti di Semarang dan Soerabaja. Lalu dari kota-kota itu pasukan Sekutu/Inggris merangsek ke kota-kota di pedalaman. Prioritas pertama pasukan Sekutu/Inggris dari Djakarta adalah untuk membebaskan Bogor dan Bandung. Dalam perjalanan dari Djakarta ke Bogor juga termasuk pembebasan di Depok.   

Namun ada beberapa kejadian di Bekasi yang diceritakan (lisan) pada masa ini tidak sinkron dengan fakta yang benar-benar terjadi yang diberitakan di dalam surat kabar pada waktu itu. Karena alasan itu perlu kiranya sejarah perang kemerdekaan di Bekasi ditulis kembali. Dalam rangka untuk merapikan narasi sejarah perang kemerdekaan melawan Sekutu/Inggris kedua sumber tersebut dikombinasikan, tetapi dengan mengutamakan sumber tertulis (surat kabar sejaman).

Sejarah Bekasi (8): Pecinan (China Town) di Kota Bekasi, Hoofdplaats Belanda di Kota Depok; Sejarah Orang Tionghoa di Bekasi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini

Di era kolonial Belanda, Bekasi tidak hanya ‘diomongin’ orang Belanda sebagai Provinsi China, kota Bekasi juga adalah kota China (China Town). Masih pada era yang sama, kota Depok disebut kota Belanda. Kota Bekasi dapat disebut kota China karena populasi orang Tionghoa cukup banyak. Demikian juga kota Depok, populasi orang Belanda juga cukup banyak. Di Depok ada sebutan Belanda Depok, tapi tidak pernah ada sebutan Cina Bekasi.

Kota Bekasi (Peta 1901)
Pecinan (China Town) terdapat di banyak tempat di Asia dan Amerika, bahkan juga di Australia. Istilah pecinan (China Town) merujuk pada tempat/area dimana populasi orang-orang Tionghoa cukup banyak. Pada era kolonial Belanda, kota dimana terdapat banyak populasi orang Tionghoa terdapat di Batavia, Semarang, Soerabaja dan Medan. Juga ditemukan jumlah yang signifikan di Padang, Bandoeng dan Buitenzorg. Tentu saja tidak hanya itu, ternyata populasi orang Tionghoa juga sangat besar di Bekasi, bahkan hampir separuh dari penduduk kota. Satu kota yang penduduknya mayoritas orang Tionghoa ditemukan di kota Lasem (Rembang). Kota Lasem kerap ‘diomongin’ orang Belanda sebagai Tiongkok Kecil.   

Apakah ada pecinan di Kota Bekasi pada masa ini? Tentu saja tidak lagi  Pecinan (China Town) hanya ditemukan di kota-kota besar seperti Semarang, Surabaya, Medan dan Bandung. Memang ada disebut pecinan di Kota Bekasi, tetapi sesungguhnya itu tidak tepat lagi. Pecinan yang dimaksud di Kota Bekasi adalah area di sekitar Pasar Proyek. Lantas seperti apa (area) pecinan di kota Bekasi pada masa lampau. Itulah yang ingin kita ketahui. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bekasi (7): Sejarah Rawa di Bekasi, Sejarah Situ di Depok; Rawa, Situ dan Kali Dibendung untuk Membangun Kanal Irigasi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini

Apa itu sitoe, sudah cukup jelas. Akan tetapi apa itu rawa, masih kurang jelas. Rawa dan situ bertetangga. Ibarat Depok dan Bekasi.  Di Depok nyaris tidak ditemukan rawa, tetapi sangat banyak sitoe. Sebaliknya di Bekasi hanya beberapa buah sitoe tetapi sangat banyak rawa. Sejumlah rawa di Bekasi sangat luas. Seperti di Depok, sejumlah rawa di Bekasi dijadikan sumber air irigasi dengan membendung dan membangun kanal. Beberapa di Bekasi telah bertransfomasi menjadi daratan dan bahkan di atasnya terbentuk perkampongan.

Daftar rawa di Bekasi (1900)
Banyak kota dibangun di atas rawa dan bantaran kali. Contohnya, Batavia (kini Jakarta). Tidak hanya itu, kota-kota besar lainnya dibangun di atas rawa seperti Semarang, Soerabaja, Palembang, Padang. Tidak hanya itu, kota Bandoeng juga dibangun di atas rawa. Dalam hal ini, termasuk kota Bekasi.

Sitoe jelas menarik perhatian. Akan tetapi apa menariknya rawa? Pertanyaan ini sepele bahkan terkesan kurang penting. Pada era kolonial Belanda sejumlah rawa menjadi sumber air irigasi. Itu doeloe. Namun persoalannya menjadi lain pada masa ini maupun pada masa nanti. Rawa telah diubah atau berubah (drastis) menjadi daratan dan dijadikan area perumahan. Apa dampaknya ke depan? Pertanyaan ini menyebabkan sejarah rawa menjadi penting. Lantas serupa apa sejarah rawa di Bekasi? Itulah yang ingin kita perhatikan dengan menelusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 27 Juni 2019

Sejarah Bekasi (6): Nama Djago di Bekasi, Djawara di Banten; Sejarah Djago, Djagoan, Djoeara, Djawara, Tjenteng dan Preman


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini

Bandit atau garong adalah satu hal, Djago atau Djawara adalah hal lain. Di dalam kelompok bandit atau garong juga muncul djago atau djawara dan sebvaliknya seorang djago atau djawara dapat berperilaku bandit atau garong. Sejarah bandit di era kolonial Belanda sudah ditulis, tetapi sejarah djago atau djawara tampaknya belum disentuh. Padahal aktivitas bandit atau garong sejaman dengan keberadaan djago atau djawara.  Boleh jadi para penulis terdahulu tidak melakukan pemisahan.

Bataviaasch nieuwsblad, 28-08-1929
Pada era kolonial Belanda, setiap tempat memiliki terminologi yang berbeda-beda untuk menunjukkan satu hal. Selain tjenteng di Batavia, juga disebut djago di Bekasi, djoeara atau djawara di Banten dan preman di Deli. Di Sumatra, terminologi djoeara merujuk pada hulubalang mandiri. Penggunaan terminologi tjenteng lebih luas, tidak hanya di Batavia tetapi juga di Deli. Berbeda dengan djago atau djawara, terminologi tjenteng mengindikasikan suatu profesi apakah sebagai penjaga (gudang atau plantation) atau pengawal pribadi (bodyguard). Namun adakalanya djago atau djawara juga disebut tjenteng. Dalam perkembangan lebih lanjut terminologi tjenteng terdegradasi dan terminologi preman mengalami promosi. Sementara itu teminologi djago menghilang dan digantikan dengan djawara. Untuk terminologi bandit atau garong, juga muncul sebutan lain yakni rampok dan bangsat.

Lantas bagaimana kisah para djago atau djagoan di Bekasi? Lalu mengapa istilah djogo atau djagoan di Bekasi bergeser menjadi djawara? Satu kisah pilu seorang djagoan Bekasi diberitakan tahun 1929. Sang djagoan tewas oleh seorang pemuda belia yang masih berumur 16 tahun. Apakah terminologi djago atau djagoan bergeser menjadi djawara karena seiring dengan semakin populernya nama ayam jago sebagai merek jamu? Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 26 Juni 2019

Sejarah Bekasi (5): Harimau Macan Maung Bekasi; Pertarungan Anak Bapak Lawan Harimau Lapar, Harimau Dapat Dibunuh


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini

Selama ini tidak pernah terpikir ada harimau di Bekasi, apalagi di Jakarta. Namun faktanya harimau pernah berkeliaran di Bekasi dan bahkan ruang jelajahnya sampai ke Jakarta. Keberadaan harimau Jakarta terakhir kali diketahui tahun 1886 (lihat Algemeen Handelsblad, 18-09-1886). Jika memperhatikan habitatnya, harimau Bekasi diduga kuat masih ada setelah tahun 1886.

Harimau Bekasi, 1843 (illustrasi)
Harimau Bekasi adalah bagian dari populasi harimau Indonesia (Panthera tigris sondaica). Harimau Jawa diduga kuat telah punah pada tahun 1870an. Sejak itu tidak pernah ditemukan adanya harimau lagi di Jawa. Seperti harimau Jawa, harimau Bali juga telah dinyatakan punah. Harimau yang tersisa hingga ini hari (hanya) harimau Sumatra. Oleh karena Indonesia tidak memiliki singa, harimau harus dipandang sebagai raja hutan.  

Meski harimau Bekasi itu ada pada waktu tempo doeloe, tetapi harimau Bekasi harus diakui keberadaanya di dalam sejarah Bekasi.  Satu yang penting, di Bekasi pernah terjadi pertarungan antara harimau dengan orang. Jika di Jakarta, harimau dilumpuhkan dengan senapan laras panjang oleh seorang penembak jitu, sebaliknya  di Bekasi harimau dapat dilumpuhkan dengan hanya menggunakan badik. Berita pertarungan hebat di Bekasi ini tidak hanya diberitakan di Belanda juga dilansir oleh surat kabar yang terbit di Belgia dan Prancis. 

Senin, 24 Juni 2019

Sejarah Bekasi (4): Kanal Pertama Bekasi, Antara Moeara dan Pantai; Kali Bekasi dan Sungai Tjitaroem Dihubungkan Kalimalang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini

Sejarah Bekasi adalah sejarah yang unik. Kota Bekasi kerap dihubungkan dengan kota kuno dari sebuah kerajaan tua. Kota Bekasi juga kerap dihubungkan dengan kanal kuno, kanal yang dihubungkan dengan kali Bekasi yang sekarang. Itu tentu adalah satu hal, sedangkan hal yang lain adalah kanal melintang dari timur di Purwakarta hingga barat di Jakarta. Kanal itu disebut Kalimalang. Kanal Kalimalang berpotongan dengan Kali Bekasi di pusat kota Bekasi.

Sungai Bekasi tompo doeloe (Peta 1724), Kota Bekasi masa kini
Keberadaan kanal di Indonesia pada masa ini sangat terkait sejarah kanal di era kolonial Belanda (VOC/Pemerintah Hindia Belanda). Sangat banyak kanal dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda. Kanal yang terkenal adalah Oosterslokkan di sisi timur sungai Tjiliwong dan Westerslokkan di sisi barat sungai Tjiliwong. Kanal terkenal di tengah kota Batavia adalah adalah Bandjier Kanaal. Di kota-kota lain juga Pemerintah Hindia Belanda membangun kanal-kanal besar. Di Semarang disebut kanal barat, kanal timur dan kanal Kali Baroe; di Soerabaja juga ada kanal besar disebut kanal Kalimas. Tentu saja juga ditemukan di Padang (Banda Bakali). Tentu saja di kota pegunungan juga ada dibangun kanal yakni di Buitenzorg dan Bandoeng.

Lantas seperti apa sesungguhnya sejarah kanal di Bekasi? Pertanyaan ini mungkin bagi umum tidak terlalu penting. Namun artikel ini justru menganggap disitulah menariknya—karena dianggap tidak penting. Kanal adalah instrumen pengendali banjir, kanal juga menjadi sumber pengairan lahan yang tidak pernah banjir. Kanal-kanal di Bekasi memiliki sifat yang khas. Itulah mengapa kita perlu meninjau kembali sejarah kanal di Bekasi. Kanal Bekasi di jaman kuno terkait dengan kanal di Bogor.     .

Minggu, 23 Juni 2019

Sejarah Bekasi (3): Rencana Pembangunan Jalur Kereta Api, Pertama di Bekasi (1864), Realisasinya Justru yang Terakhir (1887)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini

Rencana pertama tidak selalu disegerakan, juga yang pertama tidak salalu duluan sampai ke tujuan, tetapi yang pertama justru ditempatkan terakhir. Itulah kisah awal pembangunan jalur kereta api di Bekasi. Penduduk Bekasi harus menunggu 23 tahun impian itu baru terwujud. Realisasi pembangunan jalur kereta api yang pertama  adalah ruas Semarang-Ambarawa.

Jalur rel kereta api Bekasi (Peta 1898); jembatan Tjikarang, 1900
Kota Bekasi pernah mengalami suatu masa dimana transportasi air sebagai moda transportasi utama. Itu sangat intens pada akhir era VOC, tetapi mulai berkurang di awal Pemerintah Hindia Belanda. Gubenur Jenderal Daendels (1808-1811) sangat serius soal pembangunan. Dua hal pertama programnmya yang terpenting adalah membangun jalan dan mendirikan kota-kota milik pemerintah. Pembangunan jalan yang utama adalah membanguna jalan trans-Java antara Batavia dan Anjer dan antara Batavia-Panaroekan via Buitenzorg. Dua kota utama yang harus dibangun adalah kota Batavia dan kota Buitenzorg. Untuk itu pemerintah membeli lahan-lahan partikelir (land) di Batavia dan di Buitenzorg. Urutan di bawahnya adalah membangun jalan arteri, salah satu diantaranya ruas jalan Meester Cornelis via Tjakoeng ke Bekasi terus ke Krawang. Tidak hanya itu, pemerintah membeli lahan partikelir (land) di Bekasi untuk membangun kota. Namun dalam perkembangannya ruas jalan Meester Cornelis ke Bekasi tidak terawat dengan baik. Pemilik land ogah merawat agar pejabat pemerintah menjadi sulit ke Bekasi. Mafia opium mengambil keuntungan lewat jalan sungai.

Jalan yang buruk adalah keseharian penduduk Bekasi jika harus ke Meester Cornelis. Ketika muncul rencana konsesi eksploitasi kereta api tahun 1864 penduduk Bekasi sumringah. Namun rencana-tetap rencana, impian penduduk Bekasi terbebas dari masalah transportasi tidak pernah terwujud. Berbeda dengan di jalur sungai Tjiliwong, penduduk Bekasi terus terisolasi dan kota Bekasi tenggelam. Lalu kapan impian kereta api penduduk Bekasi terwujud? Itu yang mau kita cari. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 21 Juni 2019

Sejarah Bekasi (2): Perang Lawan Belanda di ‘Provinsi China’; Rama van Ratoe Djaja, 1869 dan Mayor Madmuin Hasibuan, 1947


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini

Kota Bekasi kini dijuluki sebagai Kota Patriot. Bahkan tidak jauh dari kota tua dibangun stadion yang diberi nama Patriot. Kota tua berada di jalan Veteran, stadion baru yang diberi nama Patriot berada di jalan Jenderal Ahamad Yani. Pada awal terbentuknya kota Bekasi tahun 1857 sebagai ibukota distrik, penduduk mulai resah karena pajak kuda dan jalan, Lalu muncul perang melawan kompeni (Pemerintah Hindia Belanda) tahun 1869 yang dipimpin oleh Rama van Ratoe Djaja. Setelah perang, orang Eropa/Belanda enggan di Bekasi dan sejak itulah semua land di Bekasi menjadi milik orang Tionghoa. Orang Eropa/Belanda menyebut Distrik Bekasi bagaikan ‘Provinsi China’ (baca: pengaruh Eropa/Belanda minim).

Eksekusi Patriot di Bekasi (1870) dan kota Bekasi (Peta 1901)
Pada tahun 1946 Bekasi kembali menjadi area perang. Lagi-lagi untuk melawan kompeni Belanda. Saat Pemerintah RI mengungsi ke Jogjakarta, pada tahun 1947 sejumlah pihak di Priangan memproklamirkan berdirinya Negara Pasundan yang pro Belanda. Para patriot Bandoeng Laoetan Api menjadi ‘ngembang kadu’. Rakyat Pasundan yang sebelumnya 100 persen republik, molohok dan penduduk menjadi terpecah: pro RI menolak Belanda dan pro Belanda menolak RI. Muncul reaksi di Bekasi. Mayor Madmuin Hasibuan dan kawan-kawan secara tegas menyatakan melepaskan diri dari Djakarta (yang dikuasai Belanda) dan ‘ogah’ menjadi bagian Negara Pasundan (yang pro Belanda), dan bersama-sama dengan urang Priangan eks patriot Bandoeng Laoetan Api ingin tetap mempertahankan Bekasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Republik Indonesia. Pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, Mayor Madmuin Hasibuan, ketua dewan Bekasi yang pertama, berjuang di dewan Provinsi Jawa Barat tahun 1957 untuk meningkatkan taraf hidup para petani, Madmuin Hasibuan pernah menjadi sekretaris Perdana Menteri Boerhanoeddin Harahap dan ketua Sarikat Petani Islam. Itulah mengapa nama Madmuin Hasibuan ditabalkan sebagai nama jalan di Kota Bekasi.

Itulah sejarah singkat soal patriotisme di Bekasi: diawali Bapak Rama dari Ratoe Djaja dan diakhir Mayor Hasibuan. Lantas bagaimana sejarah keseluruhannya dari awal, tengah dan hingga akhir? Itulah yang akan disarikan. Untuk menulis sari patriotisme di Bekasi, kita harus menelusuri peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi dari masa lampau ketika Bekasi masih sebuah kampong, lalu menyajikannya secara utuh agar warga metropolis Bekasi tidak gagal paham.

Kamis, 20 Juni 2019

Sejarah Bekasi (1): Asal Mula Kota Bekasi di Sungai Bekasi; Perkembangan Tanah Partikelir dan Terbentuknya Pasar Bekasi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini

Sejarah Bekasi, sejarah yang nyaris tidak pernah ditulis. Hanya beberapa kalimat sejarah Bekasi yang ditulis dan itu diulang-ulang hingga ini hari. Padahal Bekasi memiliki data historis yang juga terbilang lengkap. Apakah warga kota metropolitan Bekasi yang sekarang tidak ada yang tertarik untuk menulis sejarah Bekasi? Boleh jadi, karena kenyataannya sejarah Bekasi tidak pernah terdokumentasi dan didokumentasikan secara lengkap.

Kota Bekasi Tempo Doeloe di dalam Kota Bekasi Masa Kini
Awalnya data historis Bekasi saya masukkan pada folder Jakarta, tetapi ketika saya mulai menulis pasar Sabtu di Bekasi, saya baru menyadari bahwa data historis Bekasi seharusnya dibuat dalam folder sendiri agar dimungkinkan menulis serial artikel sejarah Bekasi. Itulah mengapa laman artikel sejarah Bekasi ini dibuat. Serial artikel sejarah Bekasi ini akan melengkapi sejarah kota-kota di Indonesia. Di dalam blog ini serial artikel sejarah kota yang sudah ada adalah Depok, Bogor, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Jogjakarta. Kota lainnya adalah Medan, Padang, Palembang, Makassar dan Ambon. Seperti halnya Bekasi, serial artikel sejarah Tangerang juga dimungkinkan segera menyusul.

Banyak faktor memang mengapa tulisan sejarah Bekasi tidak pernah terwujud. Itu secara bertahap akan terjelaskan nanti. Namun tidak kata terlambat untuk menulis sejarah Bekasi. Juga tidak ada salahnya menulis (ulang) sejarah Bekasi. Bekasi secara administratif pada masa kini adalah wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat. Akan tetapi secara historis, Bekasi modern harus dipandang sebagai bagian dari sejarah (residentie) Batavia (bukan Regentschap Preanger). Untuk memudahkan saja serial artikel sejarah kabupaten dan kota Bekasi ini kita sebut saja sejarah Bekasi. Mari kita mulai dari artikel pertama tentang asal usul terbentuknya kota Bekasi.

Selasa, 18 Juni 2019

Sejarah Jakarta (58): Sejarah Pasar Rebo dan Landhuis Tandjoeng Oost; Sejak Era VOC Jadi Pusat Perdagangan Jalur Oosternweg


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Sejarah Pasar Rebo dan Land Tandjong Oost tidak bisa dipisahkan. Dua situs ini adalah situs kuno yang masih eksis hingga hari ini. Keberadaan dua situs ini haruslah dihubungkan dengan awal kolonialisasi Belanda di hulu sungai Tjiliwong. Dua situs ini saling melengkapi. Oleh karenanya untuk memahami dua situs ini tidak bisa dilakukan parsial, harus dipahami secara bersamaan.

Landhuis di land Tandjoeng Oost, 1930 (Peta 1901)
Artikel ini adalah rangkaian dari seri artikel sejarah tentang pasar di Batavia, Jakarta tempo doeloe. Artikel yang sudah diuploan adalah Pasar Mingu (Tandjong West), Pasar Senen (Weltevreden), Pasar Sabtu (Tanah Abang) dan Pasar Jumat (Simplicitas). Kini, tentang sejarah Pasar Rebo di Tandjoeng Oost (baca: Tanjung Timur). Dua artkel lagi akan menyusul yakni sejarah Pasar Kamis (Bekasi) dan sejarah Pasar Selasa (Tangerang).  Sebelum serial pasar ini sudah diuploan tujuh artikel tentang sejarah tempat kediaman Presiden, yakni: sejarah Menteng (Suharto); sejarah Kuningan (Habibie); sejarah Matraman (Barack Obama); sejarah Ciganjur (Gusdur); sejarh Kebagusan (Megawati) dan sejarah Cikeas (SBY). Tentu saja sejarah tempat tinggal Sukarno (Istana Rijswijk).  

Sejarah Pasar Rebo tidak berdiri sendiri. Ada  tiga pasar sekunder di selatan Batavia, yakni Pasar Rebo di jalur perdagangan bagian  timur (Oosternweg), Pasar Jumat di bagian barat (Westernweg) dan Pasar Minggoe di bagian tengah (Middenweg). Tiga pasar ini terhubung dengan dua pasar utama di pusat kota yakni Pasar Senen di Weltevreden dan Pasar Sabtu di Tanah Abang. Dua pasar penting di sayap adalah Pasar Kamis di Bekasi yang terhubung dengan Pasar Senen dan Pasar Selasa di Tangerang yang terhubung dengan Pasar Sabtu di Tanah Abang. Tujuh pasar ini adalah pilar-pilar utama yang menopang konfigurasi jaringan perdagangan di Batavia tempo doeloe.

Sabtu, 15 Juni 2019

Sejarah Jakarta (57): Sejarah Pasar Jumat di Land Simplicitas (Pondok Laboe dan Lebak Boeloes); Pusat Perdagangan di Westernweg


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini

Pasar Simplicitas sudah eksis pada tahun 1834 (lihat Almanak 1834). Pasar ini berada di sisi barat land Ragoenan dan di utara land Tjinere. Pasar Simplicitas ini berada di jalur jalan sisi barat (westerweg). Ke arah selatan menuju Parong hingga ke Buitenzorg. Ke arah utara bercabang dua yang mana sisi barat menuju Kebajoran, Palmerah hingga Pasar Tanah Abang dan sisi timut melewati Bangka terus ke Mampang Prapatan lalu ke Karet dan berakhir di Pasar Tanah Abang. Pasar Simplicitas ini kelak disebut Pasar Pondok Laboe.

Landhuis Simplicitas, 1880
Pondok Labu pada masa ini adalah nama kelurahan di kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Kelurahan Pondok Labu di sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Cilandak Timur; di sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Cilandak Barat; di sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Lebak Bulus; di sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Pangkalan Jati dan kelurahan Pangkalan Jati Baru, kecamatan Cinetre, Kota Depok.

Sejauh ini, sejarah Pondok Labu kurang tergali dengan baik. Padahal Pondok Labu dengan nama lama Pasar Simplicitas sudah sejak masa lampau diketahui keberadaannya. Untuk menambah pengetahuan kita, upaya pendokumentasian sejarah Pondok Labu perlu dilakukan. Mungkin tidak terlalu penting, tetapi dengan menganggap demikian maka tidak akan pernah diketahui apa yang pernah terjadi di kelurahan Pondok Labu pada masa lampau. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.