*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kota Bekasi dalam blog ini Klik Disini
Harimau
Bekasi adalah bagian dari populasi harimau Indonesia (Panthera tigris sondaica).
Harimau Jawa diduga kuat telah punah pada tahun 1870an. Sejak itu tidak pernah
ditemukan adanya harimau lagi di Jawa. Seperti harimau Jawa, harimau Bali juga
telah dinyatakan punah. Harimau yang tersisa hingga ini hari (hanya) harimau
Sumatra. Oleh karena Indonesia tidak memiliki singa, harimau harus dipandang
sebagai raja hutan.
Anak Bapa vs Harimau Lapar
Selama ini tidak pernah terpikir ada harimau di
Bekasi, apalagi di Jakarta. Namun faktanya harimau pernah berkeliaran di Bekasi
dan bahkan ruang jelajahnya sampai ke Jakarta. Keberadaan harimau Jakarta terakhir
kali diketahui tahun 1886 (lihat Algemeen Handelsblad, 18-09-1886). Jika
memperhatikan habitatnya, harimau Bekasi diduga kuat masih ada setelah tahun
1886.
Harimau Bekasi, 1843 (illustrasi) |
Meski harimau Bekasi itu ada pada waktu tempo
doeloe, tetapi harimau Bekasi harus diakui keberadaanya di dalam sejarah
Bekasi. Satu yang penting, di Bekasi
pernah terjadi pertarungan antara harimau dengan orang. Jika di Jakarta,
harimau dilumpuhkan dengan senapan laras panjang oleh seorang penembak jitu,
sebaliknya di Bekasi harimau dapat
dilumpuhkan dengan hanya menggunakan badik. Berita pertarungan hebat di Bekasi
ini tidak hanya diberitakan di Belanda juga dilansir oleh surat kabar yang
terbit di Belgia dan Prancis.
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber
baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain
disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
. Anak Bapa vs Harimau Lapar
Pada tanggal 16 November 1842 di kampong Chiratten
di land Telok Poetjong, Bakassie terjadi pertarungan yang hebat dengan harimau
(lihat Nederlandsche staatscourant, 06-04-1843). Pertarungan ini berakhir
dengan matinya harimau dengan badik. Ramein cidera parah dan terluka dan
kemudian dibawa ke rumah sakit di Batavia. Menurut penyelidikan harimau betina
masih berada di wilayah sekitar.
Nederlandsche staatscourant, 06-04-1843 |
Kejadian bermula ketika Ramein lagi bekerja di
sawah di depan rumahnya, tiba-tiba seekor harimau gede secara pelan-pelan mendekatinya
dari belakang, sementara ayahnya yang sedang duduk di rumah panggung melihatnya
tetapi karena ketakutan tidak kuat untuk menyerukan kepada anakmya.
Ketika
ia melihat putranya dicengkeram oleh binatang, Ramein yang ketakutan segera
melemparkan dirinya, dan kemudian maju dengan perasaan kesurupan mengerahkan
semua kekuatannya, dan menekan kepala harimau itu diantara kakinya ke tanah
dengan kedua tangan. Ketika menyadari bahwa kekuatannya tidak dapat menahan
binatang itu, ia berteriak meminta bantuan dan mencoba untuk menyandarkan
jari-jarinya ke mata harimau. Ayah Ramein, yang baru saja mendapatkan kembali kekuatan
nyalinya, menarik badik kecil, karena dia tidak dapat menemukan goloknya dengan
begitu cepat berlari kencang ke harimau dan menghujam senjata itu dari samping
badan harimau. Setelah menerima luka ini, harimau melepaskan mangsanya, dan
berbalik dan dan ingin pergi perlahan, tetapi ayah Ramein melanjutkan serangan
itu, dan memberikan luka yang sama untuk kedua kali dan harimau itu kemudian berbalik
kepadanya. Sementara itu, saudara laki-laki Ramein, bernama Mallang, yang juga datang
dengan perasaan marah mendekat yang segera memberi tebasan kepada hewan itu dengan
golloknya. Lalu harimau itu berbalik dan mengarah kepada Mallang, tetapi ia
melompat mundur dan setelah itu ayah dan anak menyerang harimau, membuat mereka
sukses, dan segera menyelesaikannya.
Ramein telah menerima beberapa luka penting pada perkelahian
dengan binatang itu. Segera setelah kejadian itu, Ramein dibawa ke rumah sakit kota,
untuk bisa lebih cepat penyembuhannya.
Harimau
yang sudah mati, setelah dilakukan pengukuran ditemukan memiliki panjang enam
kaki sepuluh inci, di bagian belakang, di luar ekor. Juga telah ditemukan bahwa
ada harimau betina lain di daerah yang sama, mungkin betina dari harimau yang
sudah mati ini, dengan ukuran yang sama, dan belum ditemukan dan diharapkan
dapat ditemukan.
Pada tahun 1863 kembali ditemukan harimau di
kampung Karatan Darat (lihat Java-bode : nieuws, handels- en advertentieblad
voor Nederlandsch-Indie, 07-01-1863). Disebutkan pada tanggal 2 Desember [1962]
sekitar pukul 2 siang, Saipan berusia 25 tahun, dari kampung Karatan Darat, di Afdeeling
Bekassi, ketika dia sedang menebang kayu, diterkam dan dibunuh oleh harimau
raja besar.
Java-bode, 07-01-1863 |
Jika memperhatikan lokasi dua kejadian yang
berada di wilayah yang sama pada rentang waktu 20 tahun diduga kuat populasi
harimau di sekitar tidak hanya satu dua. Harimau betina yang dideteksi pada
tahun 1842 sudah mati karena masa hidup harimau hanya hingga sekitar 20 tahun.
Harimau yang ditemukan tahun 1862 diduga kuat adalah turunan dari
harimau-harimau terdahulu. Harimau tampaknya masih terus berkeliaran di Bekasi.
Bataviaasch handelsblad, 15-12-1891 |
Aotearoa
BalasHapus