Minggu, 10 Desember 2017

Sejarah Kota Surabaya (17): Jembatan Merah Surabaya ‘Roode Brug’; Namanya Disebut Jembatan Merah Sudah dari Doeloe

*Semua artikel Sejarah Kota Surabaya dalam blog ini Klik Disini.


Jembatan Merah di Surabaya sangat terkenal dari doeloe hingga ini hari. Jembatan ini berada di tengah kota yang menghubungkan sisi barat dan sisi timur Kali Mas (eks sungai Soerabaja). Jembatan ini masih eksis hingga ini hari. Pada masa ini Jembatan Merah menghubungkan Jalan Rajawali dan Jalan Kembang Jepun.

Jembatan Merah Soerabaja, 1860
Nama jembatan merah berasal dari bahasa Belanda (roode brug). Nama jembatan merah sudah disebutkan ada di Batavia, yakni di selatan Goenoeng Sahari (lihat Bataviasche courant, 28-09-1822) dan  dekat Pintoe Besi (lihat Bataviaasch handelsblad, 12-02-1875). Sebutan ‘jembatan merah’ sudah sejak lama ada di Belanda yang disebut ‘roode brug’ (lihat Oprechte Haerlemsche courant, 13-01-1685). Tidak diketahui jelas mengapa suatu jembatan tertentu disebut roode brug (jembatan merah). Jembatan merah terdapat di Rotterdam (Oprechte Haerlemsche courant, 16-11-1700).

Pertanyaannya: Sejak kapan nama jembatan merah (roode brug) disebut di Soerabaja? Selanjutnya, sejak kapan jembatan tersebut dibangun? Jembatan Merah di Surabaya ini tentu begitu penting, karena selain tempat bersejarah, jembatan ini masih berfungsi (ramai) hingga saat ini. Setiap orang yang melalui jembatan ini, tetunya ingin tahu sejak kapan jembatan ini ada. Mari kita telusuri berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Kota Surabaya (16): Titik Kilometer Nol Kota Surabaya di Kantor Pos Soerabaja; Jalan Pos Trans-Java Era Daendels, 1810

*Semua artikel Sejarah Kota Surabaya dalam blog ini Klik Disini.


Jalan pos adalah jalan yang menghubungkan tempat-tempat utama (hoofdplaat). Di setiap hoofdplaat (ibukota) terdapat pos. Diantara pos dua hoofdplaat terdapat beberapa pos kecil. Jarak antar pos kecil ini disebut satu Etappe, yaitu jarak dimana setiap perjalanan angkutan pos dengan menggunakan kuda harus beristirahat.

Postwagen di Jawa, 1867
Dalam keputusan Gubernur Jenderal Daendles jalan pos trans Jawa dimulai dari Anjer (Bantam) hinggi Panaroekan. Dalam Aturan Umum yang dipublikasikan, nama-nama tempat utama (hoofdplaats) sebagai pos-pos utama: Bantam, Batavia, Buitenzorg, Tjisaroa, Baybang, Sumadang, Tjirebon, Tagal. Paccalongan, Samarang, Joanna, Bandjer, Sidaijoe dan Soerabaja. Di dalam aturan umum ini Jawa hanya dibagi ke dalam empat distrik saja: Bantam, Batavia, Semarang dan Soerabaja. (lihat edisi perdana Bataviasche koloniale courant, 05-01-1810). Dalam aturan umum ini bahkan nama Bandong belum disebut.  

Apa hubungan antara kota utama (hoofdplaat) dengan jalan pos (post-weg)? Dimana (kantor) pos di rute jalan pos didirikan? Apakah (kantor) pos menjadi titik nol dari hoofdplaat? Semua itu tentu menarik untuk diketahui. Lantas dimana (titik) Kilometer Nol Kota Surabaya pada masa ini. Mari kita telusuri.

Sejarah Kota Surabaya (15): Ekspedisi Mayor Govert Knol dari Surabaya Menuju Pedalaman; Awal Koloni VOC di Soerabaja

*Semua artikel Sejarah Kota Surabaya dalam blog ini Klik Disini.


Mayor Govert Knol menghiasi buku sejarah kolonial di era VOC karena terbilang sukses di Jawa. Mayor Govert Knol memulai ekspedisi dari Surabaya untuk menaklukkan wilayah pedalaman. Ekspedisi ini dilakukan pada tahun 1706. Ekspedisi ini menandai awal koloni di Soerabaja. Benteng Semarang selesai dibangun tahun 1708 dan pada tahun ini juga benteng Soerabaja mulai dibangun.

Pos VOC di Soerabaja, 1695
Untuk memasuki wilayah pedalaman yang berpusat di Mataram VOC mengawali ekspedisi yang dimulai dari benteng Missier, tiga jam perjalanan dari Tegal. Ekspedisi ini dipimpin oleh Jacob Couper. Wilayah pedalaman ini berhasil ditaklukkan pada tanggal 16 Desember 1681. Lalu benteng Missier dibangun. Pada tahun 1695 dari benteng Missier dilakukan ekspedisi ke wilayah Mataram. Dari peta ekspedisi rute yang dilalui dari Missier ke Semarang, Jepara dan Cartosoera. Kemudian memutar ke selatan dan seterusnya ke Mataram lalu ke barat ke Banjoemas dan kemudian ke utara hingga ke benteng Missier kembali. Ekspedisi ini dilakukan setelah delapan tahun ekspedisi ke hulu sungai Tjiliwong yang dilakukan tahun 1687 yang dipimpin Sersan Scipio (dan kemudian mendirikan Fort Padjadjaran). Salah satu hasil ekspedisi di Jawa ini adalah penyerahan Semarang ke pihak VOC pada tahun 1705.

Setelah selesainya benteng Semarang, administrasi perdagangan yang selama ini berada di Demak dipindahkan ke (benteng) Semarang. Berbagai kerjasama dan konflik permusuhan yang timbul setelah ekspedisi dari benteng Missier dilanjutkan dengan ekspedisi dari (benteng) Semarang ke Cartosoera. Ekspedisi ke Cartosoera ini dimulai tanggal 24 Oktober 1705 dibawah pimpinan Herman de Wilde yang mengikuti rute Semarang, Oengaran, Toentang, Salatiga, Cartosoera. Pada rute ini kemudian sejumlah benteng dibangun sebagaimana didokumentasikan dalam Peta 1719.