Rabu, 31 Juli 2019

Sejarah Tangerang (5): Chinezenmoord in 1740 dan Cina Benteng; Sejarah Orang Cina di Tangerang dan Perkampungan Tionghoa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini

Orang-orang Tionghoa umumnya tinggal di kota Batavia (Jakarta) dan kota Bantam (Banten). Hanya beberapa keluarga orang Tionghoa yang tinggal di muara sungai Tjisadane, orang Belanda menyebutnya de Qual (asal kata Kuala?). Keluarga-keluarga Tionghoa di de Qual inilah yang melakukan perdagangan ke arah hulu sungai Tjisadane, bahkan hingga benteng (fort) Tangerang. Singkat kata: belum ada orang Tionghoa yang bertempat tinggal (menetap) di Tangerang.

Oprechte Haerlemsche courant, 18-07-1741
Industri gula dimulai di Batavia. Untuk membangun perkebunan tebu, para investor VOC/Belanda tidak kesulitan mendapatkan tenaga kerja, karena mudah memperolehnya dengan mengerahkan para pekerja atau membeli budak di berbagai daerah di Hindia Timur. Namun untuk urusan pabrik gula, investor VOC/Belanda mendatangkan tenaga kerja dari Tiongkok. Ternyata aliran tenaga kerja dari Tiongkok ini terus mengalir yang juga digunakan untuk perkebunan tebu. Secara perlahan-lahan orang-orang Tiongkok semakin banyak, tidak hanya di Batavia dan daerah aliran sungai Tjiliwong tetapi juga di daerah aliran sungai Bekasi, Tjitaroem dan Tjisadane.

Orang-orang Tionghoa di Batavia mulai banyak berdagang ke Tangerang sehubungan dengan selesainya pembangunan kanal Mookervaart (1887). Sejauh ini orang-orang Tionghoa dan pekerja asal Tiongkok masih terpisah (belum berbaur). Orang Tionghoa berada di de Qual, sedangkan pekerja Tiongkok berada di dalam perkebunan-perkebunan Eropa/Belanda di sekitar daerah aliran sungai Tjisadane dan seputar kanal Mookervaart. Hal ini berlangsung lama hingga terjadi apa yang disebut pemberontakan Cina di Batavia (9 Oktober hingga 22 Oktober 1740). Lantas apa dampaknya dengan Tangerang? Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Tangerang (4): Kali Mati Tjisadane di Telok Naga; Pulau Onrust, Muara de Qual, Mookervaart dan Benteng Tangerang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini

Sejarah Tangerang tidak hanya itu-itu saja; sejarah Tangerang tidak hanya yang tampak hingga masa ini. Sejatinya, sejarah Tangerang juga termasuk yang sudah tidak terlihat lagi tetapi masih tergambar dan tercatat dalam dokumen sejarah (dokumen tempo doeloe). Meski terlihat tersembunyi dan terpencar-pencar tetapi bentuknya (relasinya) masih bisa diperhatikan. Seperti halnya sejarah sungai Tjisadane tidak hanya kanal Mookervaart dan bendungan Sepuluh. Akan tetapi satu hal yang penting adalah pertanyaan mengapa ada sungai mati di Tangerang?

Kalimati Tjisadane (Peta 1888)
Sungai mati ditemukan di Batavia (Jakarta) dam juga ditemukan di Soerabaja. Di Batavia pada era VOC/Belanda, sungai mati itu adalah aliran sungai Tjiliwong dimatikan pada ruas antara Stasion Juanda yang sekarang hingga Mangga Doea. Ruas ini mati karena sungai Tjiliwong telah dioedet dua kali yakni ketika membangunan kanal ke arah barat ke sungai Kroekoet (kanal yang kini menjadi jalan Veteran/Juanda) dan ketika membangun kanal ke arah timur melalui Pasar Batoe ke Goenoeng Sahari. Tidak hanya itu, di Batavia juga sungai Soenter di hilir telah lama mati karena pembangunan kanal dari Poelo Gadoeng ke kota (stad) Batavia. Kanal ini juga kemudian dimatikan di hilir karena pembangunan kanal Antjol. Pada era Pemerintah Hindia Belanda, di Soerabaja, sungai Soerabaja di hilir mati secara perlahan-lahan karena adanya pembangunan kanal navigasi dari pusat kota ke laut. Kanal navigasi ini kini lebih dikenal sebagai Kali Mas.   
.
Lantas dimana sungai mati ini terkubur? Pertanyaan ini sepintas tidak penting, tetapi di dalam sejarah awal Tangerang, sungai ini mati karena karena disebabkan munculnya berbagai tujuan. Salah satu tujuannya adalah untuk memperpendek jarak navigasi dari (kota) Tangerang ke laut (menuju Batavia). Pertanyaan berikutnya di ruas manakah sungai Tjisadane itu dimatikan?  Dalam hal ini, Mookervaart adalah pengganti kalimati Tjisadane. Untuk melihat dimana ruas sungai Tjisadane ini terkubur mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.