*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Tangerang dalam blog ini Klik Disini
Sejarah Tangerang tidak hanya itu-itu saja; sejarah Tangerang tidak hanya yang tampak hingga masa ini. Sejatinya, sejarah Tangerang juga termasuk yang sudah tidak terlihat lagi tetapi masih tergambar dan tercatat dalam dokumen sejarah (dokumen tempo doeloe). Meski terlihat tersembunyi dan terpencar-pencar tetapi bentuknya (relasinya) masih bisa diperhatikan. Seperti halnya sejarah sungai Tjisadane tidak hanya kanal Mookervaart dan bendungan Sepuluh. Akan tetapi satu hal yang penting adalah pertanyaan mengapa ada sungai mati di Tangerang?
Sejarah Tangerang tidak hanya itu-itu saja; sejarah Tangerang tidak hanya yang tampak hingga masa ini. Sejatinya, sejarah Tangerang juga termasuk yang sudah tidak terlihat lagi tetapi masih tergambar dan tercatat dalam dokumen sejarah (dokumen tempo doeloe). Meski terlihat tersembunyi dan terpencar-pencar tetapi bentuknya (relasinya) masih bisa diperhatikan. Seperti halnya sejarah sungai Tjisadane tidak hanya kanal Mookervaart dan bendungan Sepuluh. Akan tetapi satu hal yang penting adalah pertanyaan mengapa ada sungai mati di Tangerang?
Kalimati Tjisadane (Peta 1888) |
.
Lantas dimana sungai mati ini terkubur? Pertanyaan ini sepintas tidak
penting, tetapi di dalam sejarah awal Tangerang, sungai ini mati karena karena disebabkan
munculnya berbagai tujuan. Salah satu tujuannya adalah untuk memperpendek jarak
navigasi dari (kota) Tangerang ke laut (menuju Batavia). Pertanyaan berikutnya
di ruas manakah sungai Tjisadane itu dimatikan? Dalam hal ini, Mookervaart adalah pengganti
kalimati Tjisadane. Untuk melihat dimana ruas sungai Tjisadane ini terkubur mari
kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sumber
utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat
kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai
pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi
(analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua
sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya
sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di
artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan
saja*.
Benteng Onrust dan De Qual: Awal Asul Tangerang
Ada dua nama tempo doeloe di Tangerang yang
sangat populer tetapi tidak dikenal lagi pada masa ini, yakni (pulau) Onrust
dan (muara sungai) de Qual. Pada masa ini dua tempat tersebut dikenal sebagai
pulau Kelapa (Onrust) di teluk Jakarta dan desa Muara di kecamatan Teluk Naga,
kabupaten Tangerang. Dari dua tempat inilah sejatinya sejarah Tangerang
bermula. Pada masa ini sejarah awal Tangerang gagal fokus, seakan-akan semuanya
bermula di Kota Tangerang (benteng Tangerang).
Kecamatan Teluk Naga, desa Muara dan pulau Kelapa |
Sudah barang tentu keberadaan penduduk lebih awal
adanya di kampong Moera (de Qual) jika dibandingkan dengan pulau Kalapa
(Onrust). Kampong Moeara inilah yang diduga kuat yang disebut Tome Pires di
dalam The Suma oriental of Tome Pires (1512-1515) sebagai Tamgara atau Tamgaram
(Tangerang?), Pulau Kalapa diokupasi eleh orang Eropa sebagai pelabuhan di
lautan yang kemudian disebut pulau Onrust. Terhadap kampong Moeara di muara
sungai Tangerang atau Tamgaram disebut orang Eropa sebagai (de) Qual (berasal
dari Kwala?).
Tamgara
atau Tamgaram yang ditulis dalam bahasa Latin oleh orang Portugis jelas merujuk
pada lafal orang lokal (setempat) sebagai Tangerang. Dalam hal ini sungai yang
sama disebut sungai Tangerang atau sungau Tjisadane. Secara geografi sosial,
muara sungai adalah wilayah para pendatang (dari berbagai tempat) untuk
berdagang penduduk di wilayah pedalaman. Oleh karenanya nama Tangerang atau
Tamgaram sebutan orang pendatang. Nama sungai juga disebut nama kampong tersebut,
suatu nama baru yang berbeda dengan sebutan orang di pedalaman. Dengan kata
lain, nama sungai Tangerang adalah sebutan pendatang sedangkan penduduk asli di
pedalaman menyebut sungai Tjisadane. Hal serupa terjadi pada sungai besar
lainnya yakni sungai Bekasi versus sungai Tjilengsi; sungai Kalapa vs sungai
Tjiliwong; dan sungai Karawang vs sungai Tjitaroem.
Kampong terdekat dari muara (Tangerang atau
Tamgaram) di daerah aliran sungai Tjisadane diduga kuat adalah kampong Babacon
(Babakan), Wilayah antara dua kampong ini saat itu berupa rawa-rawa dan hutan
belantara. Kampong Babakan dalam hal ini menjadi kampong terluar dari wilayah
kerajaan Pakwan-Padjadjaran di pedalaman.
Cabang sungai Tjisadane tempo doeloe di Teloknaga |
Pada cabang sungai Tjisadane di pedalaman diduga
orang-orang Tionghoa membuka pemukiman baru yang kelak disebut Telok Naga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar