Selasa, 08 Juni 2021

Sejarah Lombok (46): Zaman Kuno di Nusa Tenggara Barat, Prasasti Batu Wadu Tunti di Bima; Lombok, Antara Bali dan Sumbawa


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini 

Sejarah zaman kuno di provinsi Nusa Tenggara Barat, paling tidak dapat dibedakan pada dua pulau besar, pulau Sumbawa dan pulau Lombok. Satu tanda-tanda zaman kuno di dua pulau tersebut terdapat di wilayah Bima, pulau Sumbawa yakni prasasti Wadu Tunti. Prasasti ini tentulah penting karena teksnya, meski tidak lengkap karena aus, masih dapat dibaca, tentu saja masih dapat diinterpretasi. Sehubungan dengan nama Bima, tempat ditemukan parasasti, dalam naskah Negarakertagama yang disusun Mpu Prapanca tahun 1365 juga disebut nama Bima dan Lombok (lihat Prof  Kern, 1919).

Prasasti Wadu Tunti, sebuah prasasti batu ditemukan di desa Padede, kecamatan Donggo, kabupaten Bima, pulau Sumbawa. Prasasti ini pertama kali dicatat oleh GP Rouffaer, yang mengunjunginya bulan Agustus 1910. Prasasti ini meski sejauh ini dianggap bernuansa Hindu, dan diperkirakan berasal dari pertengahan abad ke-14 (lihat Wikipedia(, tetapi seperti yang kita lihat nanti sesungguhnya (justru) menceritakan keberadaan pengaruh Islam di Bima. Prasasti Wadu Tunti ditulis dalam aksara dalam bahasa Jawa Kuno yang bercampur bahasa lokal. Kata wadu tunti dalam bahasa Bima (Mbojo) berarti 'batu tulis'. Pada permukaan batu prasasti terdapat cukilan yang menggambarkan empat orang tokoh, disamping tulisan sebanyak sembilan baris. Rouffaer sendiri memperkirakan bahwa tokoh utama dalam gabar itu Dewa Siwa, serta pembuatan prasasti ini antara tahun 1350 s.d. 1400, tetapi seperti kita lihat nanti, sesungguhnya mengindikasikan empat pemimpin Islam (yang diduga kuat Bima, Dompo, Sangiang dan Sape). Pada saat itu, tulisan prasasti belum terbaca, namun filolog JG de Casparis cenderung menyetujui pendapat Rouffaer. Saat ini Balai Arkeologi Denpasar telah melakukan pembacaan terhadap prasasti ini. Hasil pembacan Balai Arkeologi Denpasar inilah yang akan kita interpretasi.

Lantas bagaimana sejarah zaman kuno di provinsi Nusa Tenggara Barat? Tentu saja tidak berdiri sendiri, besar kemungkinan terkait di pulau-pulau sebelah barat (provinsi Bali) dan pulau-pulau sebelah timur (provinsi Nusa Tenggara Timur). Namun posisi pulau Sumbawa tempat ditemukan prasasti menjadi strategis memahami sejarah zaman kuno di kawasan. Lalu apaakah ada hubungan kerajaan-kerajaan di wilayah (pulau) Sumbawa dengan kerajaan-kerajaan besar pada era prasasti dibuat? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.