*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Ada nama kampung bernama Berlan di Jakarta. Kampung Berlan terkenal karena berada diantara Jalan Matraman dan sungai Ciliwung. Dari namanya, Berlan bukan berasal dari nama kampung asli (lama), tetapi nama baru yang muncul kemudian. Nama kampung Berlan merujuk pada nama jalan tempo doeloe yakni Beeren Laan. Dalam perkembangan jaman, nama jalan Beeren Laan mereduksi menjadi Berlan.
Ada nama kampung bernama Berlan di Jakarta. Kampung Berlan terkenal karena berada diantara Jalan Matraman dan sungai Ciliwung. Dari namanya, Berlan bukan berasal dari nama kampung asli (lama), tetapi nama baru yang muncul kemudian. Nama kampung Berlan merujuk pada nama jalan tempo doeloe yakni Beeren Laan. Dalam perkembangan jaman, nama jalan Beeren Laan mereduksi menjadi Berlan.
Jalan Beeren Laan (Peta 1930) |
Bagaimana nama Beeren Laan muncul? Di ujung jalan Beeren
Laan ini dulu terdapat sebuah benteng kuno. Benteng ini berada di sisi sungai
Tjiliwong. Lantas apa hubungan benteng dengan Beeren Laand? Mungkin sepintas
terkesan tidak penting, tetapi sesungguhnya ceritanya menjadi penting di masa
lampau. Mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Benteng: Dari Casteel Batavia Hingga
Fort Padjadjaran
Benteng pertama Belanda
adalah Casteel Batavia. Benteng ini dibangun sejak rezim Gubernur Jenderal Jan
Pieterszoon Coen (1619). Casteel Batavia tidak hanya sekadar benteng, tetapi
menjadi pusat pemerintahan di Hindia. Sehubungan dengan perkembangan
pedagang-pedagang Eropa/Belanda, terbentuk pemukiman di sekitar benteng dan
semakin meluas hingga ke hulu. Wilayah pemukiman Eropa/Belanda di sisi timur
sungai Tjiliwong ini disebut kota Batavia (Stad Batavia).
Batavia, 1657 |
Setelah ekspedisi Sersan
Scipio ke hulu sungai Tjiliwong pada tahun 1687 dibangun benteng diantara
sungai Tjiliwong dan sungai Tjisadane. Benteng ini kemudian disebut Fort
Padjadjaran. Benteng di pedalaman ini sempat diberi nama Fort Philipine. Lokasi
benteng Fort Padjadjaran ini kini adalah lokasi dimana Istana Bogor.
Firt Padjadjaran (Perta 1695) |
Dalam perkembangannya
sebuah benteng baru dibangun ke arah hulu sungai Tjiliwong yang tepat berada di
sisi timur sungai Tjiliwong di kampung Berlan yang sekarang. Benteng ini
dibangun berada dilekukan sungai dan sungai menjadi barier. Benteng ini menjadi
benteng penghubung sepanjang jalan poros antara Risjwijk dan Noordwijk di hilir
dan benteng Fort Padjadjaran di hulu sungai Tjiliwong. Peta jalan yang
diidentifikasi oleh Scipio di sisi timur sungai Tjiliwong antara Fort
Padjadjaran dengan Casteel Batavia menjadi cikal bakal jalan poros utama di
sisi timur sungai Tjiliwong (kelak menjadi jalan trans-Java Daendels).
Stad Batavia, Rjswijk, Noordwijk (Peta 1682) |
Selanjutnya di sisi barat sungai
Tjiliwong mulai ada rintisan perkebunan yang dilakukan oleh Cornelis Chastelein
di Sringsing (kini Lenteng Agung) dan Sersan St, Martin di Tjiniere dan
Tjitajam. Cornelis Chastelein pada tahun 1704 membuka lahan baru di Depok. Akses
ke Sringsing, Tjitajam dan Depok dilakukan melalui sungai di pelabuhan (sungai)
di Tjililitan. Juga dari pelabuhan Tjililitan akses darat ke Tjiniere. Sersan
St Martin adalah pimpinan ekspedisi meredakan perlawanan di Banten. Terhadap
prestasinya, pemerintah (Gubernur Jenderal) memberikan hadiah lahan subur
kepada St Martin di Tjiniere dan Tjitajam.
Sehubungan dengan semakin
intensnya perdagangan yang didahului oleh introduksi kopi semasa Gubernur
Jenderal van Reebieck (1709-1711) di hulu sungai Tjiliwong dan wilayah Preanger
(Priangan), Gubernur Jenderal van Imhoff (1745) mulai membangun villa di hulu
sungai Tjiliwong. Villa ini dibangun di atas Fort Padjadjaran. Untuk mengganti
benteng ini dibangun garnisun militer di sekitar villa. Wilayah sekitar villa
inilah kemudian muncul nama Buitenzorg.
Fort Meester Cornelis, 1770 (Insert peta benteng 1764) |
Bersamaan dengan
pembangunan villa di Buitenzorg, untuk mendukung keamanan wilayah antara
Meester Cornelis dengan villa Buitenzorg, benteng di Messter Cornelis
ditingkatkan. Pemerintah VOC selain meningkatkan pertahanan dengan memperkuat
garnizun Buitenzorg juga membangun garnisun di Meester Cornelis. Benteng
Meester Cornelis ini sudah diketahui keberadaannya paling tidak tahun 1709.
Benteng ini hanya memiliki dua bastion di sisi sungai sehingga benteng Meester
Cornelis hanya memilik tujuh bastion.
Fort di Meester Cornelis (Peta 1825) |
Lokasi benteng di
Meester Crnelis ini berada di dekat jembatan ke arah Bukit Duri yang sekarang.
Dengan dibangunnya Fort Meester Cornelis, maka benteng di Berlan tamat
(diabaikan). Demikian juga dengan dibangunnya garnizun di Weltevreden (Gambir)
benteng Risjiwick dan benteng Noordwijk juga tamat, Garnizin militer
Weltevreden, Meester Cornelis dan Buitenzorg menjadi satu garis continuum
pertahanan di sekitar sungai Tjiliwong (dari hilir ke hulu). Garnizun Meester
Cornelis menjadi sangat strategis, tidak hanya berada di tengah, tetapi juga
garnizun Meester Cornelis menjadi kekuatan pertahanan ke arah timur sehubungan
dengan perluasan perkebunan ke arah Bekasi dan Crawang.
Jalan Beeren Laan (Peta 1910) |
Beeren Laan Menjadi Berlan
Setelah VOC dibubarkan
tahun 1799, Kerajaan Belanda mengambilalih dan membentuk Pemerintahan Hindia
Belanda. Pemerintahan ini di bawah Gubernur Jenderal Daendels (sejak 1809) mulai
melakukan berbagai program terutama untuk meningkatkan perdagangan yang
dibarengi dengan pembangunan pertanian dan pembangunan jalan. Proyek
spektakuler Daendels adalah pembangunan jalan trans-Java antara Anjer dan
Panaroekan. Untuk mendukung program, kemampuan militer juga ditingkatkan.
Kampemen militer (Peta 1897) Insert benteng menjadi penjara |
Dalam perkembangannya,
sejumlah pusat militer di pusat kota Batavia direkolasi dari Waterlooplein.
Divisi Infantri yang menjadi kekuatan Pemerintah Hindia Belanda dipindahkan
dari Waterlooplein ke Meester Cornelis. Lokasi yang dipilih adalah area yang
dulu lokasi dimana dibangun benteng di Berlan. Area ini tidak hanya menjadi
perkantoran pejabat militer juga tempat latihan (yang berada di dekat benteng
kuno). Juga di area ini dibangun barak-barak militer.
Sekolah militer di Meester Cotnelis, 1900 |
Jalan poros di sekitar
area kampement infantri ini mulai dari jalan Matraman hingga ke dekat sungai
Tjiliwong kemudian dikenal sebagai jalan Beeren Laan. Tidak diketahui secara
jelas mengapa disebut jalan Beeren. Dalam bahasa Belanda beeren atau beren adalah
beruang (bear). Penyebutan nama jalan ini sebagai Beeren Laan sudah
teridentifikasi dalam Peta Batavia 1897.
Peta 1866 |
Dengan dibangunnya pusat
infantri di Meester Cornelis maka dengan sendirinya fungsi benteng (fort)
Meester Cornelis tidak relevan lagi. Namun masih digunakan sebagai pusat
Artileri (lihat Peta 1866). Namun pada akhirnya benteng ini kemudian
difungsikan sebagai penjara militer (lihat Peta 1897). Dengan berubah fungsinya
benteng ini maka Fort Meester Cornelis tamat.
Peralihan fungsi benteng menjadi penjara diduga terjadi pada tahun 1876. Ketika itu Pemerintah (Hindia Belanda) pada tahun 1876 bernegosiasi dengan Lauw Tek Lok, sebagai pemilik Land Tjimanggis untuk dibangun barak sementara untuk artileri negara (land een temporaire kazerne voor de artillerie op te richten) yakni semacam garnisun (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 11-08-1876). Relokasi artileri dari Fort Meester Cornelis ke Tjimanggis sehubungan dengan situasi perang yang terjadi sebelumnya di Bekasi dan Ratoedjaja. Posisi barak artileri ini tepat berada di antara dua area politik dan diantara dua garnisun militer (di Meester Cornelis dan Buitenzorg).
Dalam perkembangnya
setelah berakhirnya era kolonial Belanda, muncul penyebutan Berlan untuk area
sekitar. Penyebutan ini diduga kuat berasal dari pelafalan orang Indonesia
untuk jalan Beeren Laan menjadi Berlan (ber-lan). Namu berlan ini kini tetap
hidup sebagai suatu kawasa di Jalan Matraman.
Akhirnya saya tahu arti nama saya
BalasHapusTerimakasih sejarah....
BalasHapusTerima kasih berlan info sejarah nya
BalasHapusKrn saya lahir dan besar di berlan