*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Jakarta dalam blog ini Klik Disini
Seperti kota-kota lain, hari jadi Kota Jakarta juga terus menjadi perdebatan. Dalam versi pemerintah kota, Hari Jadi Kota Jakarta ditetapkan pada tanggal 22 Juni 1527. Akan tetapi, Adolf Heuken, seorang sejarawan Jakarta tidak sepakat. Adolf Heuken berpendapat bahwa nama Jakarta sendiri baru kali pertama disebut pada tahun 1760. Adolf Heuken menyebut pada fase awal Belanda nama yang disebut adalah Sunda Kelapa.
Seperti kota-kota lain, hari jadi Kota Jakarta juga terus menjadi perdebatan. Dalam versi pemerintah kota, Hari Jadi Kota Jakarta ditetapkan pada tanggal 22 Juni 1527. Akan tetapi, Adolf Heuken, seorang sejarawan Jakarta tidak sepakat. Adolf Heuken berpendapat bahwa nama Jakarta sendiri baru kali pertama disebut pada tahun 1760. Adolf Heuken menyebut pada fase awal Belanda nama yang disebut adalah Sunda Kelapa.
Nama Jacatra (Peta 1740) |
Kapan sebenarnya hari Kota Jakarta? Tentu saja penetapan
hari Kota Jakarta masih relevan didiskusikan. Hal ini karena hari jadi Kota
Jakarta yang selama ini diakui tanggal 22 Juni 1527 tidak dapat diverifikasi. Padahal
hari jadi kota akan digunakan dan diperingati selamanya. Namun menjadi soal
adalah apakah harus memperingati hari jadi yang sumber penetapannya tidak
jelas. Lantas bagaimana selanjutnya? Para sejarawan harus terus bekerja keras untuk
memastikan kapan sebenarnya.
Artikel ini mengumpulkan sejumlah bahan dan sumber-sumber terkait dengan
Kota Jakarta. Bahan-bahan ini diharapkan dapat digunakan oleh para sejarawan
Jakarta untuk mengkaji ulang kapan hari jadi Kota Jakarta yang sebenarnya.
Sumber-Sumber Sejarah Jakarta
Jakarta sebagai nama kota dan ibukota pernah mengalami
pasang surut. Sejak pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, nama Jakarta
tidak pernah berubah lagi. Hal ini karena secara konstitusional di dalam UU RIS
1949 disebutkan ibukota RIS berada di Djakarta. Isi konstitusi ini diperkuat
oleh Menteri Pendidikan A. Mononutu. RIS adalah singkatan Republik Indonesia
Serikat.
Leeuwarder courant van Friesland, 31-12-1949 |
Nama Djakarta dan nama Batavia telah sejak lama bersaing.
Nama Batavia adalah nama yang diberikan oleh Belanda sejak era VOC, sedangkan
nama Djakarta adalah nama yang sudah ada sejak lama dan nama yang diinginkan
oleh para pejuang kemerdekaan. Nama Batavia muncul sejak kehadiran Belanda/VOC
di muara sungai Tjiliwong. Lalu kapan nama Djakarta muncul pertama kali.
Courante uyt Italien, Duytslandt, &c., 15-06-1630 |
Nama Jacatra jauh sebelum dipetakan sudah
terinformasikan. Ini dapat dilihat pada surat kabar Courante uyt Italien, Duytslandt, &c., 15-06-1630.
Disebutkan kapal dari Jacatra tiba pada tanggal 6 Juni. Kapal ini membawa
sejumlah komoditi seperti lada, porselin, berlian dan sebagainya. Sebelumnya, surat
kabar Courante uyt Italien, Duytslandt, &c. 31-07-1627 juga menyebut nama
Batavia. Disebutkan kargo kapal dari Batavia pada bulan Desember 1626 telah
tiba di pelabuhan Texel pada tanggal 24 Jului 1627.
Oleh surat kabar yang sama menyebut dua nama untuk menunjuk tempat yang
sama mengindikasikan bahwa nama Batavia dan nama Jacatra sama-sama eksis.
Tampaknya tidak ada permasalahan sejauh itu.
Dalam perkembangannya, nama Batavia semakin populer, dan
nama Batavia yang kerap dijadikan sebagai tempat asal dan tujuan navigasi
(pelayaran). Nama Jacatra secara perlahan menghilang di dalam surat kabar.
Namun bukan berarti nama Jacatra secara keseluruhan telah hilang. Nama Jacatra
masih eksis di dalam wilayah setempat. Nama Jacatra muncul kembali satu abad
kemudian di dalam pemberitaan surat kabar pada tahun 1748 (lihat Hollandsche
historische courant, 14-12-1748).
Pada tahun 1740 di Batavia pernah terjadi kerusuhan besar yang dipicu oleh
para imigran Tiongkok. Kerusuhan ini menyebabkan timbulnya pembantaian
orang-orang Cina di Bataavia.
Dalam surat kabar Hollandsche
historische courant, 14-12-1748 disebutkan bahwa di Batavia tanggal 30 Mei 1748
akan diadakan peringatan penaklukan Jacatra. Gubernur Jenderal Baron van Imhoff
turut menghadiri suatu perayaan yang melibatkan banyak kano. Bagaimana perayaan
ini berlangsung diberitakan surat kabar 's Gravenhaegse courant, 01-05-1750.
Hollandsche historische courant, 14-12-1748 |
Tidak diketahui kapan
persisnya penaklukan Jacatra. Lantas dimana lokasi Jacatra jika Batavia sendiri
sejak 1619 sudah eksis di Casreel Batavia di sisi timur muara sungai Tjiliwong.
Sebagaimana nama Jacatra dan Batavia jauh sebelumnya seabad yang lalu sama-sama
sudah eksis. Seperti tampak pada Peta 1740 nama Jacatra telah diidentifikasi
sebagai nama benteng. Dengan menghubungkan semua informasi ini, Jacatra itu
sendiri berada di sekitar benteng Jacatra, suatu area di sisi sungai Tjiliwong
ke arah hulu Casteel Batavia. Lokasi dimana Jacatra ini pada masa kini di
sekitar Mangga Dua. Untuk memperkuat kedudukan Belanda dan menjaga keamanan di
area Jacatra ini kemudian dibangun benteng. Namun demikian pada tahun berapa
Jacatra ditaklukkan tidak diketahui secara jelas.
Nama Jacatra dan nama Batavia tetap eksis. Nama Jacatra sendiri
disebut sebagai kerajaan (lihat Leydse courant, 18-01-1782). Disebutkan Het Koïtingryk
Jacatra en de Stad Batavia. Meski disebut kerajaan Jacatra dan ibukota Batavia,
besar dugaan kerajaan Jacatra ini telah tunduk dan berada di bawah Batavia.
Middelburgsche courant, 10-06-1783 |
Secara umum Belanda/VOC tidak pernah
mengakuisisi wilayah atau area yang ditaklukkan. Belanda/VOC tetap merpertahankan
kondisi geografis apa adanya dari wilayah dan area yang dikuasai. Seperti
pembangunan Casteel Batavia dibangun di hilir muara sisi timur. Sementara
Soenda Kalapa berada di sisi barat sungai Tjiliwong. Lokasi Jacatra sendiri
berada di pedalaman ke arah hulu sungai sekitar Mangga Dua yang sekarang.
Penaklukkan Jacatra ini juga tidak diakuisisi Jacarta tetapi tetap dibiarkan
dengan pemerintahan (kerajaan) sendiri. Namun di sisi lain di area dari Jacatra,
VOC/Belanda membangun benteng yang disebut Fort Jacatra. Benteng Jacatra ini
sudah barang tentu dimaksudkan untuk menjaga wilayah di sekitar Jacatra.
Lukisan benteng lama di muara sungai Tjiliwong (1618) |
Sketsa benteng baru dan kota oleh Jan Pieterszoon Coen, 1619 |
Tampak dalam sebuah
lukisan yang dibuat pada tahun 1618 benteng Belanda tidak jauh dari pantai. Di
dalam benteng ini terdapat sejumlah bangunan yang diduga sebagai bangunan
tempat para pedagang, gudang komoditi, barak tenaga kerja dan lainnya.
Sementara itu sebuah sketsa yang dibuat Jan Pieterszoon Coen pada tahun 1619
yang menggambarkan benteng lama di muara sisi timur sungai Tjiliwong (a) dengan
rencana pengembangan benteng yang lebih luas yang mana sisi utara lebih dekat
ke laut (b). Rencana benteng baru ini duhubungkan dengan pembangunan kota baru
Jacatra.
Batavia (Peta 1624) |
Seperti dikutip di atas, nama Batavia telah dikenal pada
tahun 1627 (lihat Courante uyt Italien, Duytslandt, &c. 31-07-1627). Dengan
kata lain nama Batavia sudah muncul jauh sebelum tahun 1627. Dengan mengacu
pada sketsa kastil baru dan kota Jacatra tahun 1619 yang dibuat Jan Pieterszoon Coen maka nama Batavia
mulai muncul antara tahun 1619 dan 1627. Selang waktu delapan tahun dalam hal
ini di masa lalu adalah rentang waktu yang pendek. Oleh karena itu, nama
Batavia muncul segera setelah tahun 1619. Hal ini karena butuh waktu yang cukup
nama Batavia sebagai nama lokasi navigasi sebelum jamak digunakan oleh para
pedagang dan ditulis di dalam media surat kabar.
Calapa dan Nama Jacatra
Sejak kapan nama Jacatra ada, jelas tak mungkin ditemukan
dalam literatur (berbahasa) Belanda. Literatur paling dekat adalah dari
(berbahasa) Portugis. Satu sumber Portugis yang cukup detail menggambarkan
situasi dan kondisi umum di Jawa sebelum kedatangan Belanda adalah buku Tome
Pires (1512-1515). Tome Pires menyebut nama pelabuhan (port) Calapa. Itu
berarti di era Tome Pires belum terdeteksi nama Jacatra.
Sejak adanya hubungan antara Portugis dengan Pakuan-Padjadjaran muncul nama
Cumda Calapa. Dalam laporan ekspedisi yang dipimpin Cornelis de Houtman
(1595-1597) nama tempat di muara sungai Tjiliwong adalah Cunda Calapa, Laporan
ini berjudul Journael vande reyse der Hollandtsche schepen ghedaen in Oost
Indien, haer coersen, strecking hen ende vreemde avontueren die haer bejegent
zijn, seer vlijtich van tijt tot tijt aengeteeckent (yang diterbitkan tahun
1598). Ekspedisi ini berada di Cunda Calapa pada bulan November 1596.
Dalam ekspedisi kedua Belanda tiba di pulau Sumatra pada
tanggal 13 Desember 1604 Lalu pada tanggal 17 Januari 1605 kapal-(kapal)
Belanda menyingkir dari Banten dan bergerak ke ke kepulauan Maluku. Sebelum ke
Maluku mampir di Jacatra dan tanggal 15 Februari tiba di Bima. Ini
mengindikasikan nama Jacatra sudah dicatat Belanda. Boleh jadi dalam ekspedisi
pertama Belanda masih mengacu pada nama lama Cunda Calapa sementara nama
Jacatra sudah eksis. Baru pada ekspedisi kedua. Belanda mencatat nama Cunda
Calapa sebagai nama Jacatra.
Lantas kapan nama Jacatra kali pertama dicatat. Penulis Portugis setelah
Tome Pires adalah Barbosa (1535). Barbosa tidak melakukan kunjungan ke muara
sungai Tjiliwong. Barbosa menyebut nama Cunda Calapa, nama yang disebut baru
(Tome Pires hanya menyebut Calapa). Baru pada ekspedisi Belanda muncul
penulisan Jacatra.
Lantas mengapa tidak muncul penulisan lebih awal nama
Jacatra padahal nama Calapa dan kemudian Cunda Calapa sudah sama-sama eksis
dengan Jacatra. Boleh jadi ini karena semata-mata karena keperluan navigasi
(pelayaran). Secara navigasi Calapa atau Cunda Calapa merupakan pelabuhan
terluar tidak jauh dari muara sungai Tjiliwong. Sedangkan Jacatra yang posisinya
berada di arah hulu sungai Tjiliwong tidak dijadikan sebagai penanda navigasi.
Pada saat kedatangan Belanda, terutama pada ekspedisi kedua, nama Jacarta
secara politik lebih kuat jika dibandingkan nama Cunda Calapa sebagai nama
pelabuhan di pantai. Oleh karena itu, nama Jacatra dipopulerkan oleh Belanda.
Lantas kapan nama Jacatra kali pertama muncul. Besar
dugaan setelah era Portugis berakhir di muara sungai Tjiliwong. Dalam berbagai
literatur disebut Fatahillah telah mengusir Portugis dari muara sungai
Tjiliwong pada tahun 1527. Sejak inilah diduga nama Jacatra muncul sebagai nama
pelabuhan baru di hulu sungai Tjiliwong.
Sejak kapan penulisan Jacatra berubah menjadi Jakarta atau Djakarta.
Seorang menulis di surat kabar Bataviaasch handelsblad, 18-07-1868 menulis
Jacatra dengan nama Jakarta. Kemudian nama Djakarta semakin dipertegas dalam
peringatan Batavia yang ke-250 (lihat Java-bode : nieuws, handels- en
advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 02-06-1869).
Sejak tahun-tahun inilah penulisan nama Djakarta muncul hingga sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar