*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bahasa dalam blog ini Klik Disini
Suku
Toraja adalah sebuah suku bangsa yang menetap di pegunungan bagian utara
Sulawesi Selatan. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan sekitar
500.000 di antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja
Utara, dan Kabupaten Mamasa (di Mamasa disebut juga sebagai suku Mamasa). Agama
asli Aluk To Dolo. Kata Toraja berasal dari bahasa Bugis, To Riaja, yang
berarti "orang yang berdiam di negeri atas". Pemerintah kolonial
Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun 1909. Suku Toraja terkenal akan
ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya.
Bahasa Toraja-Sa'dan adalah salah satu bahasa yang dipertuturkan di daerah Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan sekitarnya, Sulawesi Selatan, Indonesia. Sebagian besar pemetaan rumpun bahasa Toraja ini dikerjakan oleh para Zendeling Belanda yang bekerja di Sulawesi, seperti Nicolaas Adriani dan Hendrik van der Veen. Penutur bahasa Toraja juga ditemukan di sebagian besar Kabupaten Luwu, Kabupaten Enrekang bagian utara, dan di Kecamatan Kallumpang, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Pemakaian bahasa Toraja di wilayah geografi yang luas menyebabkan adanya beberapa dialek yang berbeda-beda, tetapi masih bisa dimengerti oleh masing-masing pengguna dialek. Dialek bahasa Toraja dibedakan menjadi dialek Tallulembang atau dialek Makale, dialek Kesu', dialek Mamasa atau dialek Galumpang, dialek Sa'dan-Balusu, dialek Simbuang, dan dialek Palopo. Bilangan: Satu=Misa'; Dua=Da'dua; Tiga=Tallu; Empat=A'pa'; Lima=Lima; Enam=Annan; Tujuh=Pitu; Delapan=Karua; Sembilan=Kasera; Sepuluh=Sangpulo; Sebelas=Sangpulo misa'; Dua belas=Sangpulo da'dua. (Wikipedia)
Lantas bagaimana sejarah bahasa Toraja di Tanah Toraja, pedalaman di jantung Pulau Sulawesi? Seperti disebut di atas penutur bahasa Toraja umumnya di Tanah Toradja di pedalaman jantung pulau Sulawesi. Bagaimana dengan penutur bahasa Batak di Tanah Batak pedalaman jantung pulau Sumatra? Lalu bagaimana sejarah bahasa Toraja di Tanah Toraja, pedalaman di jantung Pulau Sulawesi? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.