Sabtu, 24 April 2021

Sejarah Menjadi Indonesia (52): Situs Kuno Kendal, Memperkaya Pengetahuan Zaman Kuno Indo; Binanga, Palembang, Taruma

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Menjadi Indonesia dalam blog Klik Disini

Membicarakan Indonesia ke masa depan tidak akan ada habisnya. Sesungguhnya membicarakan Indonesia di masa lampau pada zaman kuno juga tidak ada habisnya. Bagaimana Sejarah Menjadi Indonesia di zaman kuno masih banyak yang belum terungkap, lebih-lebih pada zaman megalitikum (kebudayaan megalitik). Sisa-sisa zaman kuno pada akhir era Hindoe-Boedha pada masa kini masih dapat dilihat dengan jelas seperti candi di Jawa (antara lain Borobudur, Prambanan) dan di Sumatra (antara lain di Muara Takus, Padang Lawas dan Simangambat-Siabu). Penemuan zaman kuno awal era Hindoe-Boedha satu per satu mulai terkuak, yang terakhir situs di Kendal (di pantai utara Jawa Tengah).

Secara teoritis, pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan awal mengikuti arah penyebaran manusia. Dimana terrdapat sumber daya (populasi yang banyak dan kekayaan alam yang melinmpah) di situlah kebudayaan melembaga dan terus tumbuh dan berkembang. Berbagai penelitian mutakhir (pendekatan DNA) arah penyebaran manusia (berkulit gelap) dari Afrika ke berbagai penjuru termasuk ke arah timur ke kepulauan yang kelak disebut Hindia Timur. Penduduk di Hindia Timur yang diperkaya oleh arus migran penduduk berkulit coklat (pedagang-pedagang India) menyebabkan penduduk di pulau-pulau Hindia Timur (seperti Sumatra dan Jawa) berkembang kebudayaan baru, yang melanjutkan kebudayaan megalitik seperti yang ditemukan pada situs Padang (Cianjur). Kebudayaan megalitik ini merupakan suksesi kebudayaan zaman batu (sebagaimana ditemukan manusia purba di Jawa, Pithecanthropus erectus).

Lantas bagaimana sejarah situs Kendal memperkaya pengetahuan zaman kuno Indonesia? Pembuktian awal, bata yang ditemukan di situs Kendal diduga terbentuk pada tahun 630 (tahun Hijrah Islam dimulai tahun 622 M). Awal era Hindoe-Boedha di Indonesia selama ini disebuit bermula pada abad ke-4, pada saat mana pedagang-pedagang India mencapai Hindia Timur di Sumatra, Semenanjung dan Jawa. Prasasti Tugu (Tarumanagara) diperkirakan dibuat pada abad ke-5. Pada abad ke-7 dibuat situs Kedukan Bukit (Palembang). Satu yang penting dari catatan pada situs Palembang ini adalah nama Minanga yang diduga nama Binanga yang sekarang di wilayah Tapanuli Bagian Selatan (suatu kawasan percandian paling luas di Indonesia). Situs Padang Lawas ini tidak jauh dari situs Simangambat-Siabu. Lalu bagaimana hubungan satu sama lain situs-situs kuno tersebut? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Filipina (19): Sejarah Asal Usul Pulau Spratly Dekat Pulau Palawan Filipina; Apakah Pantas Spratly Diklaim China?

 

*Untuk melihat semua artikel Sejarah Filipina dalam blog ini Klik Disini  

Tempo doeloe tidak ada yang mengangap penting (pulau) Spratly, apakah Inggris (Brunai), Spanyol (Filipina) atau Belanda (Indonesia). Hanya Prancis (Vietnam) yang mengklaim sendiri pada tahun 1930 (lihat Algemeen Handelsblad, 01-06-1930). Meski pada saat itu, China sudah memiliki kekuatan sendiri, tetapi tidak pernah mengklaimnya. Situasi dan kondisi masa kini berbeda dengan masa lampau.

Pada masa ini nama (pulau atau kepulauan) Spratly diketahui dengan nama yang berbeda-beda: Nansha Qundao (China); Kepulauan Spratly (Malysia-Brunai); Islang Kalayaan (Filipina) dan Quan Dao Truong Sa (Vietnam). Kepulauan ini bukanlah daratan yang sempurna, tetapi hanya berbentuk reefs, shoals, atolls, and small islets yang berada di kawasan South China Sea (bagian dari Pacific Ocean). Ribut-ribut tentang klaim Spratly, Indonesia juga memiliki kepentingan sendiri di sekitar kawasan (sebagai bagian Zona Ekonomi Eksklusif 200 mil). Situasi dan kondisi saat ini bahwa China mengeklaim seluruh wilayah Spratly dan menguasai 7 pulau; Taiwan klaim seluruh wilayah dan menguasai 1 pulau; Vietnam klaim seluruh wilayah dan menguasai 9 pulau; Malaysia klaim 12 pulau dan menguasai 5 pulau; Filipina klaim 27 pulau dan menguasai 8 pulau; Brunei Darussalam klaim 3 pulau yang paling selatan namun tidak menguasai pulau tertentu.

Lantas bagaimana sejarah asal usul Pulau Spratly di dekat pulau Palawan? Seperti disebut di atas kini telah terjadi klaim beberapa negara atas pulau tersebut. Tentu saja kepulauan itu berada di bawah sengketa. Lalu mengapa kini China, Vietnam dan Taiwan terkesan sangat ngotot untuk meraihnya semua pulau-pulau itu? Sudah barang tentu China, Taiwan, Vietnam, Malaysia, Brunai dan Filipina memiliki kepentingan tertentu. Lalu pertanyaannya pantaskah China mengklaim seluruh pulau di Spratly? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.