Tampilkan postingan dengan label Sejarah Bangka Belitung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Bangka Belitung. Tampilkan semua postingan

Senin, 17 Oktober 2022

Sejarah Bangka Belitung (50): Timah di Bangka dan Belitung; Republik Indonesia Serikat (RIS) vs Negara Kesatuan (NKRI)


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Pasca kemerdekaan (republik) Indonesia dan pada masa permulaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), eks residentie Bangka Belitung memiliki keutamaan dalam usaha pertambangan timah. Hal ini karena dua diantara tiga perusahan besar dalam pertambangan timah terdapat di Bangka (Bangka Tin Winning Bedrijft/(BTW) dan di Belitung (Gemeenschaappelijke Mijnbouw Maatschaappij Billiton/GMB). Namun semua itu, ada satu fase dimana di wilayah Indonesia Belanda menginisiasi suatu bentuk negara federal pada awal tahun 1950, yakni Republik Indonesia Serikat (RIS). Namun strategi Belanda tersebut mendapat penentangan dari para Republiken, sehingga RIS dibubarkan dan pada tanggal 17 Agustus 1950 kembali kepada ‘harga mati’ NKRI.


PT TIMAH sebagai Perusahaan Perseroan didirikan tanggal 02 Agustus 1976, dan merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang pertambangan timah dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1995. PT TIMAH merupakan produsen dan eksportir logam timah, dan memiliki segmen usaha penambangan timah terintegrasi mulai dari kegiatan eksplorasi, penambangan, pengolahan hingga pemasaran. Ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi juga bidang pertambangan, perindustrian, perdagangan, pengangkutan dan jasa. Kegiatan utama perusahaan adalah sebagai perusahaan induk yang melakukan kegiatan operasi penambangan timah dan melakukan jasa pemasaran kepada kelompok usaha mereka. Perusahaan memiliki beberapa anak perusahaan yang bergerak dibidang perbengkelan dan galangan kapal, jasa rekayasa teknik, penambangan timah, jasa konsultasi dan penelitian pertambangan serta penambangan non timah. Perusahaan berdomisili di Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung dan memiliki wilayah operasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Riau, Kalimantan Selatan, serta Cilegon, Banten. Pada era Hindia Belanda perusahaan tambang timah terdiri dari Bangka Tin Winning Bedrijft (BTW), Gemeenschaappelijke Mijnbouw Maatschaappij Billiton (GMB) dan Singkep TIN Exploitatie Maatschappij (SITEM). Pada perioede waktu 1953-1958 perusahaan-perusahaan Belanda tersebut dinasionalisasi ke dalam tiga perusahaan BTW menjadi PN Tambang Timah Bangka, GMB menjadi PN Tambang Timah Belitung dan SITEM menjadi PN Tambang Timah Singkep (https://timah.com/)

Lantas bagaimana sejarah timah dan pertambangan timah di Bangka Belitung pasca berakhirnya kehadiran Belanda di Indonesia? Seperti disebut di atas, ada satu fase dimana terbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS), tetapi para Republiken berhasil menumbangkannya, dan kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Lalu bagaimana sejarah timah dan pertambangan timah di Bangka Belitung sendiri seiring dengan berakhirnya kehadiran Belanda di Indonesia? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 16 Oktober 2022

Sejarah Bangka Belitung (49): Situasi dan Kondisi Era Perang Kemerdekaan Indonesia di Bangka dan Belitung; Apa yang Terjadi?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 adalah batas berakhirnya semua bentuk penjajahan di Indonesia. Demikian juga yang berlaku di Bangka dan Belitung. Ketika Kerajaan Jepang takluk kepada Sekutu/Amerika Serikat, orang-orang Belanda menginginkan kembali berkuasa di Indonesia. Perang antara orang Indonesia (Republiken) dan orang Belanda (NICA) tak terhindarkan. Apa yang terjadi di Bangka dan Belitung?


Setelah kemerdekaan RI dikumandangkan 17 Agustus 1945, rupanya Belanda tak puas dengan hasil kemerdekaan yang diikrarkan dimana-mana. Berdasarkan buku sejarah perjuangan kemerdekaan RI di Bangka Belitung, dengan penulis Husnial Husin Abdullah itu menyebutkan bahwa di Kabupaten Belitung misalnya, tentara Belanda sempat mendarat ke pulau Belitung (Belitung dan Beltim), tanggal 21 Oktober 1945. Melalui kapal perang Belanda HMS Admiral Tromp berlabuh dan mendaratkan lebih kurang dua kompi tentara di Kota Tanjungpandan. Para tentara Belanda itu dibawah pimpinan Kolonel Stam dan wakilnya serdadu NICA dibawah pimpinan Mayor Textor dan Letnan Laut Soesman. Ketika mendarat di Tanjungpandan, pasukan Belanda menduduki tempat tempat penting seperti kantor polisi, kantor kawat, kantor pemerintahaan lainnya serta melakukan penjagaan ketat di tempat yang dipandang perlu. Tiba-tiba, Bendera merah putih yamg terpancang di Depan Hoofdwatcht (rumah jaga polisi) di tengah pasar kota Tanjungpandan (juga Gardu Listrik UPT BEL) mereka turunkan. Dan kemudian mereka gantikan dengan bendera Belanda. Kejadian ini cukup menyinggung perasaan rakyat Belitung. Sayangnya, karena persediaan senjata serta alat logistik lainnya tidak ada sama sekali maka rakyat Belitung bersama tokoh-tokoh pejuang-pejuang Belitung ketika mencari waktu yang tepat untuk melakukan gerakan perlawanan. Atas kejadian tersebut, malam tanggal 21 Oktober 1945, melalui para pengurus PNI mengelar rapat kilat di rumah Jupri Sulaiman, Gang Buntu Kampung Ujung untuk membicarakan bagaimana sikap dan tindaka terhadap pendaratan tentara NICA itu. Alhasil, rapat diputuskan dengan kesimpulan, untuk memberi kabar secepatnya kepada presiden RI tentang pendaratan tentara NICA di Belitung. Selanjutnya, sambil menunggu perintah dari pusat, pemerintah dan rakyat disini harus menjaga keamanan jangan sampai terganggu dan rakyat tidak boleh bertindak secara sendiri-sendiri (https://www.trawangnews.com/)

Lantas bagaimana sejarah situasi dan kondisi pada masa perang kemerdekaan Indonesia di Bangka dan Belitung? Seperti disebut di atas, perlawanan dan perang terjadi di seluruh Indonesia. Dalam hal ini apa yang terjadi di Bangka Belitung? Lalu bagaimana sejarah situasi dan kondisi pada masa perang kemerdekaan Indonesia di Bangka dan Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (48): Kampong Andrea Hirata di Gantung, Hindia Belanda; Orang Indonesia Diantara Belanda v Jepang


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Andreas Hirata tekenal di Indonesia, sastrawan lahir di Gantung, pulau Belitung. Novelnya terkenal Laskar Pelangi. Namun yang menarik perhatian, nama Hirata sendiri, suatu marga orang Jepang. Adreas Hirata mendapat nama Hirata atas pemberian nama dari ibunya. Sehubungan dengan nama (marga) Hirata, nama ini cukup dikenal pada masa lampau, bahkan di Indonesia (baca: Hindia Belanda). Nama Hirata juga ditemukan di Pangkal Pinang di pulau Bangka. Di kampong saya juga pada era Hindia Belanda ada nama terkenal, (marga) Tsukimoto.


Andrea Hirata Seman Said Harun atau lebih dikenal sebagai Andrea Hirata (lahir 24 Oktober 1967) adalah novelis Indonesia yang berasal dari Pulau Belitung, provinsi Bangka Belitung. Novel pertamanya adalah Laskar Pelangi yang menghasilkan tiga sekuel. Hirata lahir di Gantung, Belitung. Saat dia masih kecil, orang tuanya mengubah namanya tujuh kali. Mereka akhirnya memberi nama Andrea, yang nama Hirata diberikan oleh ibunya. Dia tumbuh dalam keluarga miskin yang tidak jauh dari tambang timah milik pemerintah, yakni PN Timah (sekarang PT Timah Tbk. Hirata memulai pendidikan tinggi dengan gelar di bidang ekonomi dari Universitas Indonesia. Meskipun studi mayor yang diambil Andrea adalah ekonomi, ia amat menggemari sains—fisika, kimia, biologi, astronomi dan sastra. Andrea lebih mengidentikkan dirinya sebagai seorang akademisi dan backpacker. Sedang mengejar mimpinya yang lain untuk tinggal di Kye Gompa, desa di Himalaya. Setelah menerima beasiswa dari Uni Eropa, dia mengambil program master di Eropa, pertama di Universitas Paris, lalu di Universitas Sheffield Hallam di Inggris. Tesis Andrea di bidang ekonomi telekomunikasi mendapat penghargaan dari universitas tersebut dan ia lulus cum laude. Tesis itu telah diadaptasikan ke dalam Bahasa Indonesia dan merupakan buku teori ekonomi telekomunikasi pertama yang ditulis oleh orang Indonesia. Buku itu telah beredar sebagai referensi ilmiah. Hirata merilis novel Laskar Pelangi pada tahun 2005. Novel ini ditulis dalam waktu enam bulan berdasarkan pengalaman masa kecilnya di Belitung. Ia kemudian menggambarkannya sebagai sebuah ironi tentang kurangnya akses pendidikan bagi anak-anak di salah satu pulau terkaya di dunia. Karya Andrea Hirata: etralogi Laskar Pelangi, Laskar Pelangi (2005), Sang Pemimpi (2006), Edensor (2007), Maryamah Karpov (2008) (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Gantung kampong Andrea Hirata dan marga Hirata era Hindia Belanda? Seperti disebut di atas, Andrea lahir di desa Gantung, pulau Belitung dan nama Hirata cukup dikenal di masa lampau pada era Hindia Belanda. Lalu bagaimana sejarah Gantung kampong Andrea Hirata dan marga Hirata era Hindia Belanda? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 15 Oktober 2022

Sejarah Bangka Belitung (47): Detik-Detik Berakhirnya Hindia Belanda di Bangka dan Belitung; Pribumi/Tionghoa vs Orang Cina


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Pendudukan Inggris (1812) memisahkan Bangka daan Belitung dari Residentie Palembang. Pada saat kembalinya Pemerintah Hindia Belanda berkuasa, kepulauan Bangka dan kepulauan Belitung dijadikan sebagai satu residentie tersendiri pada tahun 1822. Lalu kemudian pada tahun 1851 di pulau Belitung dibentuk cabang Pemerintah Hindia Belanda dengan menampatkan seorang Asisten Residen di Tandjoeng Pandan. Semua itu harus berakhir dengan terjadinya pendudukan Jepang pada tahun 1942 (yang menjadi pemutus Pemerintah Hindia Belanda dengan terbentuknya Pemerintah Republik Indonesia).


Tanggal 1 Januari 1939 berlaku peraturan baru di wilayah Belitung, yang berarti Pulau Belitung sudah diberi hak untuk mengatur daerahnya sendiri. Tentu saja hal tersebut mempengaruhi beberapa keadaan, misalnya Onder-afdeling Belitung meliputi 2 distrik yaitu, Distrik Belitung Barat dan Distrik Belitung Timur, yang masing-masing dikepalai oleh seorang Demang. Tentara Jepang menduduki Pulau Belitung pada bulan April 1944, pemerintahan dikedua distrik dikepalai oleh Gunco. Pada awal tahun1945 oleh Jepang di Belitung dibentuk Badan Kebaktian Rakyat yang bertugas membantu pemerintahan. Masa pendudukan Jepang tidak lama, selanjutnya perubahan kembali terjadi ketika tentara Belanda kembali menguasai Belitung pada tahun 1946. Pada masa pemerintahan Belanda ini, Onder-afdeling Belitung diperintah kembali oleh Asisten Residen Bangsa Belanda, sedangkan penguasaan distrik tetap dipegang oleh seorang Demang yang kemudian diganti dengan sebutan Bestuurhoofd.  Pulau Belitung sebagai bagian dari Residensi Bangka - Belitung, beberapa tahun lamanya pernah menjadi bagian dari Gewest Borneo, kemudian menjadi bagian Gewest Bangka - Belitung dan Riau. Tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama, karena muncul peraturan yang mengubah Pulau Belitung menjadi Neolanchap. Selanjutnya sebagai badan pemerintahan dibentuklah Dewan Belitung pada tahun 1947. Pada waktu pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS), Neolanchap Belitung merupakan negara tersendiri, bahkan karena sesuatu hal tidak menjadi negara bagian. Tahun 1950 Belitung dipisahkan dari RIS dan digabungkan dalam Republik Indonesia. Pulau Belitung menjadi sebuah kabupaten yang termasuk dalam Provinsi Sumatera Selatan dibawah kekuasaan militer, karena pada waktu itu Sumatera Selatan merupakan Daerah Militer Istimewa. Sesudah berakhirnya pemerintahan militer, Belitung kembali menjadi kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati (https://portal.belitung.go.id/sejarah-belitung)

Lantas bagaimana sejarah detik berakhir Pemerintah Hindia Belanda di Bangka dan Belitung? Seperti disebut di atas, cabang pemerintahan Pemerintah Hindia Belanda telah berlangsung lebih dari satu abad, sejak 1822, tetapi harus berakhir tahun 1942. Dalam fase ini terdapat dua kelompok populasi pribumi dan orang Cina. Lalu bagaimana sejarah detik berakhir Pemerintah Hindia Belanda di Bangka dan Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (46): Depati Amir, Pahlawan Nasional Asal Bangka Belitung; Mengapa Diasingkan ke Koepang, 1851?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Pahlawan Indonesia sangat banyak jumlahnya. Namun pahlawan Indonesia di Bangka Belitung baru satu yang ditabalkan dengan gelar Pahlawan Nasional, Depati Amir. Perjuangan Depati Amir di pulau Bangka dalam hubungannya dengan perselisihan dalam pertambangan timah di pulau Bangka tahun 1851. Pada fase ini cabang Pemerintah Hindia Belanda dibentuk di Belitung (cabang Pemerintah Hindia Belanda di Bangka sendiri dimulai tahun 1822). Apakah ada hubungan perlawanan Depati Amir di Bangka dengan kehadiran perusahaan tambang swasta di Belitung?


Depati Amir (lahir di Mendara, Bangka, 1805 - meninggal di Air Mata, Kota Lama, Kupang, 28 September 1869), salah satu pahlawan nasional. Depati Amir aktif melawan penjajahan Belanda di Bangka memiliki kepentingan terhadap aktivitas tambang timah. Karena perlawanannya akhirnya ia diasingkan. Namanya kini diabadikan di Bandar Udara Depati Amir dan Stadion Depati Amir, Pangkal Pinang. Pada tahun 2018, ia dianugerahi gelar pahlawan nasional. Depati Amir seorang putra bangsawan Bangka, Depati Bahrin. Amir pernah memimpin masyarakat menumpas perompak di sekitar perairan Bangka. Pada tahun 1830, Amir diangkat menjadi depati, kepala atau atau beberapa kampung. Depati Bahrin sebelumnya memimpin Kampung Mendara dan Mentadai. Perjuangan Depati Amir bermula dari urusan keluarganya dengan Belanda. Saat itu, Belanda mulai membuat parit-parit tambang timah di Pulau Bangka dan berkongsi dengan Depati Bahrin untuk mengeruk timah di tanah miliknya, namun tidak memenuhi kewajibannya membayarkan hasil tambangnya. Hal itu menyulut Depati Amir mengajukan tuntutan kepada perusahan Belanda. Tuntutan Depati Amir terdengar oleh Residen Bangka F van Olden. Residen menilai tindakan Depati Amir dapat menyulut pergolakan. Lalu, pemerintah mengutus pejabat-pejabat penting untuk menangkapnya, namun gagal. Pada 7 Januari 1851, Depati Amir berhasil ditangkap. Penangkapan itu dapat terjadi karena Belanda berhasil menyuap 7 orang panglima dan 36 pasukan Depati Amir yang sedang kesulitan logistik. Amir tertangkap dalam kondisi sakit. Pada 11 Februari 1851, Depati Amir dikirim ke tempat pengasingan di Kupang, Timor (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Depati Amir, Pahlawan Nasional asal Bangka Belitung dan mengapa diasingkan ke Koepang 1851? Seperti disebut di atas, banyak pahlawan Indonesia di Bangka dan Belitung, tetapi sejatah ini baru Depati Amir yang ditabalkan dengan gelar Pahlawan Nasional. Lalu bagaimana sejarah Depati Amir, Pahlawan Nasional asal Bangka Belitung dan mengapa diasingkan ke Koepang 1851? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Jumat, 14 Oktober 2022

Sejarah Bangka Belitung (45): Penduduk di Pulau Belitung, Perkembangan dari Masa ke Masa; Bagaimana Pengaruh Migran Cina?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini   

Pada masa ini penduduk (kepulauan) Belitung lebih dari 300 ribu jiwa. Apakah itu terbilang besar untuk seluas pulau Belitung dan pulau-pulau di sekitar? Tampaknya tidak, relatif penduduk di wilayah seluas yang sama di daratan (Sumatra dan Jawa). Namun dengan kondisi geografis pulau Belitung jumlah tersebut terbilang besar. Apakah dalam hal ini keberadaan pertambangan timah di masa lampau turut berpengaruh besar? Tampaknya, iya dengan kehadiran migran asal Tiongkok (yang kemudian menetap).


Penduduk adalah bagian terpenting dari sejarah, namun kurang mendapat perhatian dalam narasi sejarah, termasuk dalam narasi sejarah (kepulauan) Belitung. Tentu saja masalah ini terdapat di berbagai wilayah di Indonesia, termasuk di Sumatra dan Jawa. Pada masa lampau, seperti biasa besarnya populasi dipengaruhi oleh lahir, mati dan migrasi, namun net pertumbuhan penduduk secara alamiah (lahir-mati) relative rendah. Artinya tingkat kelahiran tinggi, juga tingkat kematian anak (infant/child mortality rate) juga tinggi. Faktor kesehatan yang rendah dan peperangan juga menekan angka pertumbuhan penduduk. Pengaruh migrasi menjadi salah satu factor penting dalam mempengaruhi di wilayah tujuan. Pulau Belitung dalam hal ini menjadi salah satu tujuan migran dalam kaitannya dengan perkembangan usaha pertambangan timah di pulau Belitung. Dalam konteks inilah pengaruh migran asal Tiongkok menjadi sangat khas di pulau Belitung dalam soal perubahan jumlah penduduk dan komposisi penduduk.

Lantas bagaimana sejarah perkembangan penduduk di Pulau Belitung dari masa ke masa? Seperti disebut di atas, perubahan jumlah penduduk dan komposisi penduduk pada masa lampau dan masa kini ada perbedaan untuk wilayah yang berbeda (di Indonesia). Di pulau Belitung, pengaruh migran asal Tiongkok diduga sangat signifikan. Lalu bagaimana sejarah perkembangan penduduk di Pulau Belitung dari masa ke masa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (44): Kerajaan di Bangka, Diantara Raja Palembang Sukadana Lingga dan Banten; Bagaimana di Belitung?


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Sudah barang tentu ada kerajaan di masa lampau di (pulau) Bangka, namun kurang terinformasikan. Satu bukti adanya kerajaan adalah keberadaan prasasti yang berasal dari abad ke-7 (prasasti Kota Kapur 686 M). Namun bagaimana catatan sejarahnya belum terinformasikan. Yang jelas dalam teks prasasti, kerajaan di Bangka ini terindikasi menjadi vassal dari Kerajaan Sriwijaya, seperti halnya kerajaan-kerajaan di Palembang (prasasti Telaga Batu), di Lampung (prasasti Pasemah), dan di Jambi ([prasasti Karang Brahi). Dimana pusat Kerajaan Sriwijaya satu hal, bagaimana perkembangan kerajaan di Bangka selanjutnya adalah hal lain. Dalam hal ini, bagaimana dengan di pulau Belitung?


Pada akhir abad ke-7, Belitung sebagai wilayah Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Majapahit mulai berjaya pada tahun 1365, pulau ini menjadi salah satu benteng pertahanan laut. Pada abad ke-15, Belitung mendapat hak-hak pemerintahannya, tidak lama, ketika Palembang diperintah oleh Cakradiningrat II, pulau ini segera menjadi taklukan Palembang. Sejak abad ke-15 di Belitung berdiri sebuah kerajaan Badau dengan Datuk Mayang Geresik sebagai raja pertama. Pusat pemerintahannya disekitar daerah Pelulusan sekarang ini. Wilayah kekuasaaannya meliputi daerah Badau, Ibul, Bange, Bentaian, Simpang Tiga, bahkan jauh sampai ke daerah Buding, Manggar dan Gantung. Kerajaan kedua adalah Kerajaan Balok. Raja pertamanya berasal dari keturunan bangsawaan Jawa dari Kerajaan Mataram Islam bernama Kiai Agus Masud atau Kiai Agus Gedeh Ja'kub, yang bergelar Depati Cakraningrat I dan memerintah dari tahun 1618-1661. Selanjutnya pemerintahan dijalankan oleh Kiai Agus Mending atau Depati Cakraningrat II (1661-1696), yang memindahkan pusat kerajaan dari Balok Lama ke suatu daerah yang kemudian dikenal dengan nama Balok Baru. Pada tahun 1700 pada masa pemerintahan Depati Cakraningrat IV ini, agama Islam mulai tersebar di Pulau Belitung. Gelar Depati Cakraningrat hanya dipakai sampai dengan raja Balok yang ke-9, , karena pada tahun 1873 gelar tersebut dihapus oleh Pemerintah Belanda. Keturunan raja Balok selanjutnya yaitu Kiai Agus Endek (memerintah 1879-1890) berpangkat sebagai Kepala Distrik Belitung dan berkedudukan di Tanjungpandan. Kerajaan ketiga adalah Kerajaan Belantu, yang merupakan bagian wilayah Ngabehi Kerajaan Balok. Rajanya yang pertama adalah Datuk Ahmad (1705-1741), yang bergelar Datuk Mempawah. Sedangkan rajanya yang terakhir bernama KA. Umar. Kerajaan keempat atau yang terakhir yang pernah berdiri adalah Kerajaan Buding, yang merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Balok. Rajanya bernama Datuk Kemiring Wali Raib. Dari keempat kerajaan yang telah disebutkan diatas, Kerajaan Balok merupakan kerajaan terbesar di Pulau Belitung (https://portal.belitung.go.id/) 

Lantas bagaimana sejarah Kerajaan Bangka, diantara Palembang, Sukadana, Lingga dan Banten, dan bagaimana dengan kerajaan-kerajaan di (pulau) Belitung? Seperti disebut di atas, di Bangka sudah ada kerajaan di masa lampau dengan bukti prasasti Kota Kapur (686 M). Hal itulah yang menajdi menarik perhatian tentang kerajaan-kerajaan di (pulau) Belitung? Lalu bagaimana sejarah Kerajaan Bangka dan bagaimana dengan kerajaan-kerajaan di (pulau) Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Kamis, 13 Oktober 2022

Sejarah Bangka Belitung (43): Pelabuhan Tanjung Pandan, Pelabuhan Masa ke Masa di Pulau Belitung; Riwayatmu Dulu - Kini


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Apa keutamaan pelabuhan Tanjung Pandan? Tidak hanya lebih tua dari Tanjung Priok, Tanjung Perak dan Tanjung Emas, juga lebih tua dari pelabuhan Tanjung Pinang. Pelabuhan Tanjung Pandan dibangun pada saat permulaan cabang Pemerintah Hindia Belanda di pulau Belitung. Pelabuhan Tanjung Pandan tumbuh seiring pertumbuhan produksi dan perdagangan timah di pulau Belitung. Bagaimana sejarahnya? Tampaknya, sejauh ini, tidak ada yang pernah menulisnya.


Pelabuhan Tanjung Pandan adalah sebuah pelabuhan yang terletak di Jl. Pelabuhan Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Kepulauan Bangka Belitung. Pelabuhan Tanjung Pandan ini merupakan salah satu jalur penting untuk pengiriman penumpang dan barang. Saat ini Pelabuhan Tanjung Pandan ini dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) atau yang lebih dikenal dengan nama PT Pelindo. Pelabuhan Tanjung Pandan ini merupakan salah satu jalur utama untuk masuk dan keluarnya kapal penumpang Expres Bahari, kapal Roro dan kapal Pelni yang membawa penumpang dari pelabuhan Tanjung Priok ke Belitung. Pelabuhan Tanjung Pandan juga menjadi pelabuhan bagi kapal kayu yang membawa sembako dari Jakarta, Kalimantan dan Bangka Belitung. Selain itu, ada juga bahan industri sumber daya alam Belitung seperti kaolin, minyak sawit, pasir dan sebagainya yang dibawa ke Jakarta dan daerah lainnya. Pelabuhan Tanjung Pandan juga merupakan sarana transportasi bagi peningkatan kemajuan pariwisata sehingga menjadi jalur keluar dan masuknya wisatawan ke Belitung (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Pelabuhan Tanjung Pandan, pelabuhan masa ke masa di pulau Belitung? Seperti disebut di atas, tampaknya belum ada yang tertarik menulisnya. Sebagai pelabuhan masa ke masa, sejarah pelabuhan Tanjung Pandang sudah tentu memiliki riwayat sejarah panjang: Riwayatmu doeloe hingga kini. Lalu bagaimana sejarah Pelabuhan Tanjung Pandan, pelabuhan masa ke masa di pulau Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (42):Tempat Nama Cina di Pulau Belitung; Nama-Nama Tempat di Belitung, Hindoe Boedha-Hindia Belanda


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Apakah ada nama-nama tempat asal Tiongkok di Indonesia? Tentu saja ada sejak era VOC/Belanda. Di Jakarta, pada era Batavia adalah nama Pecking (menjadi Pesing). Namun yang menjadi menarik pada era Hindia Belanda di (pulau) Belitung cukup banyak nama-nama tempat yang memiliki padanan dengan nama lokal. Nama-nama local ini ada yang berasal dari era Hindoe Boedha. Nama-nama Cina muncul pada era Hindia Belanda sehubungan dengan komunitas orang Cina dalam pertambangan timah di Belitung. Nama-nama Cina tersebut hanya terbatas di district Tandjoeng Pandan dan district Boeding plus district Dendang. Mengapa?


Pada saat permulaan cabang Pemerintah Hindia Belanda di (kepulauan) Belitung, wilayah dibagi ke dalam lima district: Tandjoeng Pandan, Boeding, Manggar, Lenggang dan Dendang. Pejabat pemerintah di pulau adalah seorang Asisten Residen yang berkedudukan di Tandjoeng Pandan. Pembentukan cabang pemerintahan di Belitung ini sehubungan dengan kehadiran swasta dalam pembangunan. Dalam hal ini pembangunan di (kepulauan) Belitung adalah eksploitasi pertambangan timah. Perusahaan yang berinvestasi adalah Billiton Maatschappij (sejak 1851). Pembukaan tambang di district Tandjong Pandan dimulai segera setelah BM memulai pekerjaan pertama. Area tambang pertama di Lesoeng Batang tahun 1851. Pembukaan tambang berikutnya di district Manggar dimana produksi pertama tahun 1863; kemudian disusul di district Boeding dengan produksi pertama tahun 1865. Selanjutnya dibuka di district Dendang dengan produksi pertama tahun 1868. Terakhir, pembukaan tambang di district Lenggang dengan produksi pertama tahun 1881.

Lantas bagaimana sejarah tempat nama Cina di pulau Belitung? Seperti disebut di atas, nama-nama tempat dengan nama Cina di Belitung terjadi pada era Hindia Belanda. Hal itu sehubungan dengan keberadaan komunitas asal Tiongkok yang bekerja di pertambangan timah. Nama-Nama tempat di Belitung sudah ada sejak era Hindoe Boedha. Lalu bagaimana sejarah tempat nama Cina di pulau Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Rabu, 12 Oktober 2022

Sejarah Bangka Belitung (41): Pulau Pasir di Belitung - Klaim Pulau Pasir oleh Australia; Geomorfologis Pulau-Pulau Pasir Indonesia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Apa itu pulau pasir? Yang jelas ada Pulau Pasir di Bangka Belitung, tepatnya di kepulauan Belitung. Pada masa lalu, pulau pasir dapat menjadi penyelamat bagi perahu/kapal-kapal kecil yang terdampar, tetapi juga dapat menjadi ranjau bagi kapal-kapal besar (kapal kandas). Pulau Pasir di Belitung kini menjadi salah satu destinasi wisata. Pulau pasir banyak ditemukan di wilayah Indonesia. Ada satu pulau pasir yang menjadi masalah, klaim Australia atas pulau pasir (Ashmore Reef) yang masuk wilayah teritori Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diidentifikasi para nelayan Indonesia sebagai Pulau Pasir.


Pulau Pasir. Pulau satu ini tidak kalah indah dengan pulau sekitar Belitung. Jika beruntung pelancong akan merasakan pemberhentian Instagramable di tengah laut Belitung yang tenang. Bila kita mengikuti paket tour Hopping Island yang ditawarkan dipastikan harus mampir ke pulau Pasir. Pulau ini menjadi persinggahan pertama dan langsung membuat jatuh hati. Pulau Pasir tidak luas, jika dihitung tidak akan sampai setengah lapangan bola.  Pulau kecil itu ada karena terbentuk dari gundukan pasir di tengah laut, sering juga disebut pulau Gusong bisa muncul dan hilang. Bila laut pasang, pulau akan tenggelam dan hilang sama sekali. Pagi hari gundukan pasir akan muncul kembali, dan menjadi waktu yang tepat mendatangi pulau Pasir. Disitu uniknya pulau Pasir, dijamin belum lengkap berkunjung ke Belitung bila tak sempat melihat pulau Pasir. Kapal yang membawa pelancong bisa mendarat sampai bibir pulau Pasir. Kita tinggal merasakan butiran pasir putih yang bersih, yang selalu dibersihkan air laut. Biasanya spot paling mengasyikan berada di ujung pulau. Seperti berdiri di ujung menuju samudera luas. Satu lagi keunikan pulau Pasir adalah biota laut yang sering didapat pengunjung. Yaitu Bintang Laut. Biota lucu itu tidak beracun jadi anak-anak pun tidak bahaya bila memegang sambil berfoto. Selebihnya bermain-main sambil bergulingan di pasir dengan air laut yang jernih menjadi pilihan yang sering dilakukan anak-anak sampai orang dewasa di Pulau Pasir (https://direktoripariwisata.id/). 

Lantas bagaimana sejarah Pulau Pasir di Bangka Belitung? Seperti disebut di atas, banyak pulau-pulau pasir di wilayah Indonesia, salah satunya berada di kepulauan Belitung. Diantara pulau-pulau pasir itu menjadi sengketa yang mana Pulau Pasir yang masuk wilayah NTT diklaim Australia sebagai miliknya (Ashmore Reef). Namun yang menarik diperhatikan adalah geomorfologis pulau. Lantas bagaimana sejarah Pulau Pasir di Bangka Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Selasa, 11 Oktober 2022

Sejarah Bangka Belitung (40): Pertanian di Bangka Belitung dan Impor Beras dari Jawa; Pertanian Lada versus Pertambangan Timah


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Provinsi Bangka dan Belitung pada masa ini, tidak lagi soal timah, tetapi juga sudah bisa membicarakan soal pertanian tanaman pangan. Pada masa lampau, diantara pertambangan timah, penduduk pada era Hindia Belanda juga mengusahakan perkebunan lada. Oleh karena di Bangka Belitung kurang dikenal sagu, kebutuhan pangan, terutama beras, sangat tergantung dari impor dari Jawa. Saat permulaan cabang Pemerintah Hindia Belanda di (ulau) Bangka dan (pulau) Belitung soal pertanian kurang terinformasikan. Hanya soal timah. Apakah penduduk di Bangka dan Belitung ada yang mengusahakan pertanian (tanaman) pangan?


Sejauh ini tidak ditemukan narasi sejarah tentang pertanian (tanaman) pangan di (provinsi) Bangka dan Belitung. Apakah tidak ada sejarahnya? Yang jelas (perkebunan) lada yang memiliki sejarahnya sendiri. Seperti dinarasikan Jelajah. Kompas (.com), kebun lada pertama di Bangka diusahakan oleh orang-orang Cina yang ditanam berdekatan dengan kawasan pertambangan timah. Mereka sehari-hari bekerja di tambang timah dan pada waktu senggang menanam dan merawat tanaman ladanya. Inilah awal sejarah lada di Bangka. Pada awal abad ke-20, petani pribumi Melayu mulai tertarik menanam lada. Hal itu tak bisa lepas dari mudahnya mengurus tanaman lada dan cocok diintegrasikan dengan tanaman ladang serta komoditas itu lebih mudah dijual dengan harga tinggi. Selain itu, Pemerintah Hindia Belanda memberikan kemudahan kepada warga pribumi untuk menanam lada sehingga lada menjadi tanaman yang disukai pribumi. Selain itu, Pemerintah Hindia Belanda hanya mengenakan syarat agar lokasi kebun harus paling sedikit berjarak 1,5 kilometer dari tambang timah dan pekebun lada tidak dikenai pajak penanaman lada. Pajak hanya dipungut oleh penguasa lokal 1 persen dari penjualan. Kemudian, lada disebarluaskan ke Pulau Belitung dan Manggar yang tercatat sebagai daerah pertama yang menanam lada. Tahun 1920-an, perkebunan lada di Bangka dan Belitung mencapai masa keemasannya. Tahun 1926, misalnya, jumlah tanaman lada mencapai 7 juta pohon. Setahun kemudian bertambah menjadi 9 juta pohon dan berkembang hampir tiga kali lipat menjadi 20 juta pohon pada 1931. Alhasil, ekspor lada dari Banga Belitung pada tahun 1931 pun tercatat lebih dari 12.000 ton, sementara ekspor lada Hindia Belanda kala itu 14.000 ton. Dunia lada telah bersaing dengan dunia timah. Bagaimana dengan tanaman pangan khususnya padi? Konon, karena beras, penduduk Bangka dan Belitung dipimpin orang berasal dari Jawa.

Lantas bagaimana sejarah pertanian di Bangka dan Belitung dan impor beras dari Jawa? Seperti disebut di atas, dari masa ke masa pulau Bangka dan pulau Belitung lebih dikenal dengan (pertambangan) timah. Namun dalam perkembangannay pertanian lada mulai mendapat perhatian, tanpa tetap meninggalkan pertambangan timah. Namun bagaimana dengan tanaman pangan? Lalu bagaimana sejarah pertanian di Bangka dan Belitung dan impor beras dari Jawa? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Senin, 10 Oktober 2022

Sejarah Bangka Belitung (39): P Lengkuas, Pantai Utara Pulau Belitung; Geomorfologis Pulau Eksotik dan Peta Mercusuar Belitung


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini   

Pulau Lengkuas dulu disebut (diidentifikasi) dengan nama pulau Langkoeas. Sebelum namanya terkenal seperti sekarang sebagai pulau eksotik, pada masa lampau pulau Langkoeas memiliki lampu mercusuar (vuurtoren). Pertanyaannya: mengapa lampu mercusuar dibangun di pulau Langkoeas?.


Pulau Langkoeas berada di selat Gaspar, tepatnya di selat Stolze. Pulau Lengkuas pada masa ini dapat dikatakan pulau terjauh di utara pulau Belitung. Namun pada masa mercusuar di pulau Langkoeas dibangun, pulau terjauh di utara di selat Gaspar adalah pulau Gaspar, Pulau ini tampaknya kini telah hilang. Sementara itu, sebelum mercusuar di pulau Langkoeas dibangun, mercu suar yang sudah dibangun berada di pulau Tjelaka (barat pantai pulau Liat di dekat kampong Pongoh) dan Oedjoeng Laboe, pulau Lepas (Klippige Hoek) di timur pulau Lepar. Dua mercusuar ini dapat dikatakan sebagai pengamanan di selat Macclefield. Satu mercusuar yang pertama dibangun sejak lama adalah mercusuar di Tanjung Kilian, barat kota Muntok. Sebelum mercusuar di pulau Langkoeas sebelumnya sudah dibangun mercu suar di Kembong atau Hoog Eiland (barat laut P Mendanau) dan Tandjoeng Empang, barat laut Tandjoeng Binga.

Lantas bagaimana sejarah Pulau Lengkuas di pantai utara Pulau Belitung? Seperti disebut di atas, pulau Lengkuas pada masa lampau mulai dikenal karena dibangun mercusuar. Namun secara khusus menarik diperhatikan penampakan geomorfologis pulau eksotik, termasuk pulau Lengkuas dan sejarah mercusuar di kepualauan Belitung. Lantas bagaimana sejarah Pulau Lengkuas di pantai utara Pulau Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (38): Pulau Seliu, PantaiSelatan Pulau Belitung;Geomorfologis Pulau Eksotik dan Sedotan Purun Danau


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Pada masa lampau, pulau Seliu hanya dikenal sebagai pulau pananda navigasi pelayaran. Letaknya berada di ujung barat daya pulau Belitung. Kini, pulau Seliu muncul ke publik, bahwa pulau tidak hanya eksotik tetapi juga memiliki rawa-rawa (danau) dimana ditemukan tanaman khas yang dimanfaatkan sebagai sedotan. Sedotan alami ini menambah daya Tarik pulau Seliu.


Kompas.com - 02/08/2022: ‘Pulau Seliu yang berada di selatan Pulau Belitung memiliki kekayaan dan keindahan alam memesona. Selain bentangan pantainya juga terdapat spot wisata lain yakni hamparan danau yang ditumbuhi rumput purun. Rumput purun merupakan bahan baku kerajinan sedotan purun. Sedotan ramah lingkungan, sebagai alternatif pengganti sedotan plastik yang baru-baru ini dipamerkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno di sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Karena penasaran akan pesona hayati, Penjabat (Pj) Gubernur Kepulauan Bangka. Setibanya di dermaga Teluk Gembira sebagai titik keberangkatan, rombongan menuju pulau kecil nan eksotik itu menggunakan kapal motor. Perjalanan ditempuh sekitar 20 menit. Sesampainya di Pulau Seliu, rombongan disambut puluhan kapal bagan tradisional yang sedang bersandar di sepanjang dermaga. Karena kondisi air lautnya belum tercemar, puluhan bintang laut terlihat di dasar air sekitar kapal. Selain itu, terlihat juga beberapa spanduk ucapan hari jadi Pulau Seliu yang menginjak usia ke 126 tahun pada 29 Juli 2022. Selanjutnya rombongan menuju Danau Purun yang berada di tengah-tengah pulau. Di Danau Purun, rombongan menyusuri jembatan kayu sepanjang 975 M yang dibuat pemerintah desa setempat. Suguhan pemandangan hamparan rawa yang ditumbuhi rumput purun, beristirahat di tempat makan di tengah danau.

Lantas bagaimana sejarah Pulau Seliu di pantai selatan Pulau Belitung? Seperti disebut di atas, pulau Seliu adalah pulau paling jauh di barat daya pulau Belitung. Pada masa ini di pulau terkenal dengan sedotan purun danau. Bagaimana dengan geomorfologis pulau eksotik pulau Seliu. Lalu bagaimana sejarah Pulau Seliu di pantai selatan Pulau Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Minggu, 09 Oktober 2022

Sejarah Bangka Belitung (37): Geopark di Kepulauan Belitung dan Destinasi Wisata Pulau; Kelayang, Lebong, Seliu, Lengkuas


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini  

Geopark adalah bentang bumi pada suatu wilayah yang diduga berasal dari masa lampau yang bentuknya tidak banyak berubah hingga masa ini. Geopark dalam hal ini adalah warisan local di suatu daerah yang menjadi warisan dunia. Oleh karenanya PBB (UNESCO) perlu memperhatikan kawasan geopark di seluruh dunia. Lantas, apakah kepulauan Belitung memiliki kawasan geopark?


Paris, 15 April 2021: Geopark Belitong ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark pada Sidang ke-211 Dewan Eksekutif tanggal 15 April 2021. Geopark Belitong salah satu dari 7 nominasi yang direkomendasikan oleh UNESCO Global Geopark Council (UGGC) sebagai geopark baru. UNESCO mengakui keberagaman geologis di Pulau Belitung dan kepulauan di sekitarnya. Keberagaman tersebut termasuk lanskap, bebatuan, mineral, proses geologis dan tektonik, serta evolusi bumi di Belitung.​ Geopark Belitong juga dinilai memiliki keunikan dengan adanya keterkaitan kuat antara aspek geologis, biologis, dan budaya. Lanskap geologi Pulau Belitung yang unik, menjadi rumah bagi berbagai flora dan fauna yang di antaranya hanya ditemukan di Belitung, seperti ikan Hampala dan ikan Toman. Keanekaragaman hayati tersebut digunakan oleh masyarakat Belitung di antaranya dengan pemanfaatan tanaman herbal. Penetapan Geopark Belitong sebagai UNESCO Global Geopark, merupakan upaya bersama dari berbagai pemangku kepentingan baik Pemerintah Pusat dan Daerah maupun akademisi, pemuda dan masyarakat lokal, khususnya dalam menyusun dokumen nominasi yang menggambarkan nilai-nilai universal, rencana pengelolaan, visibilitas dan jejaring kerja sama geopark Belitong. Geopark Belitong, merupakan geopark nasional Indonesia ke-6 yang masuk ke dalam daftar UNESCO Global Geopark. Sebelumnya, Indonesia telah berhasil mendaftarkan Kaldera Toba, Batur, Ciletuh, Gunung Sewu dan Rinjani (https://kemlu.go.id/).

Lantas bagaimana sejarah Geopark di kepulauan Belitung? Seperti disebut di atas, dikepulauan Belitung pada masa kini banyak sestinasi wisata eksotik seperti pulau-pulau Burung, Kelayang dan Lengkuas. Lalu bagaimana sejarah Geopark di kepulauan Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Bangka Belitung (36): Asal Usul Nama Belitung, Billiton Sejak Era Portugis; Gunung Blitong, Kampong Batang, Kundur


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Seperti halnya nama-nama lainnya seperti Sumatra, Jawa, Nias dan Bali, nama pulau Belitung juga bersifat unik (tidak ada di tempat lain). Nama-nama unik tersebut diduga adalah nama-nama lama yang berasal dari masa lampau, zaman kuno. Jika nama desa/sungai Bangka menjadi nama pulau Bangka, lalu bagaimana dengan nama pulau Belitung? Seperti kita lihat nanti, nama pulau Belitung diduga kuat berawal dari nama kampong kemudian menjadi gunung Blitong. Nama gunung/kampong awal inilah yang menjadi nama pulau.


Sejarah asal usul nama Belitung tentu saja sudah ada yang menulis. Satu tulisan yang secara khusus menulis hal tersebut menyebut nama Pulau Belitung sudah dikenal oleh para pelaut dunia setidaknya sudah dikenal sejak abad ke-16. Rujukannya yakni Peta Giacomo Gastaldi berjudul ‘Il Disegno Della Terza Parte Dell' Asia’. Peta ini diterbitkan di Roma, Italia pada tahun 1580. Namun penyusunan peta ini sudah berlangsung jauh sebelumnya yakni pada tahun 1565 dimana Pulau Belitung ditulis dengan nama ‘Beleiton’. Sedangkan rujukan di abad ke-17 adalah sebuah peta Indonesia karya Nicholas Sanson yang dipublikasikan di Paris, Prancis pada 1657. Dalam peta tersebut, Pulau Belitung ditulis dengan nama ‘Billeton’. Sebelas tahun kemudian, tepatnya pada 1668 Jan de Harde menjadi Orang Belanda pertama yang melakukan ekspedisi ke Pulau Belitung. Dalam catatan perjalanannya, Pulau Belitung ditulis dengan nama Billitongh, Billitong, dan Blitongh. Pada 1687, sebuah peta yang menggambarkan Indonesia bagian barat karya Jean Baptiste Nolin menulis Pulau Belitung dengan nama ‘Billiton’. Baru setelah memasuki abad ke-18, gambaran mengenai bentuk asli Pulau Belitung mulai disajikan lebih baik. Salah satunya terlihat dari peta Laut Jawa karya Johannes van Keulen yang diterbitkan di Amsterdam Belanda pada 1728. Dalam peta itu Keulen menulis Pulau Belitung dengan nama ‘Billeton’. Keulen juga mencantumkan dua nama tempat yang hingga saat ini masih dikenal yakni Lenggang dan Balok. Buku terbitan 1887, Herinneringen aan Blitong: historisch, lithologisch, mineralogisch, geographisch, geologisch en mijnbouwkundig karya Cornelis de Groot memberikan pandangan baru terhadap penyebutan nama Pulau Belitung. De Groot mengatakan kurun 1745-1765 Pulau Belitung dikenal dengan nama ‘Bliton’. Ia menjelaskan, penulisan kata ‘Bliton’ secara umum dipraktekkan dalam surat menyurat atau surat keputusan (besluit) Pemerintah Hindia-Belanda, Dewan Negeri Belanda, dan Direksi VOC di Amsterdam. Kemudian pada 1815-1851, secara umum nama pulau ini ditulis Billiton dan sebagian lagi Biliton. De Groot menjadi orang pertama yang mengoreksi cara penulisan tersebut. Menurut dia, penduduk Pulau Belitung menyebut pulau tempat mereka tinggal dengan nama ‘Blitong’ yang dalam penulisan atau informasi lainnya tidak pernah sekalipun diubah. Pada 1856, Pieter Baron Melvill van Carnbee membuat peta Pulau Belitung dengan bentuk yang hampir sempurna. Peta tersebut diberi judul ‘Kaart van de afdeeling Billiton (of Blitong)’. Tahun 1892, Dr. I. Dornseiffen merilis Atlas van Nederlandsch Oost- en West-Indie di Amsterdam, Belanda. Dalam peta tersebut, Dornseiffen menulis peta Pulau Belitong dengan tulisan ‘Blitong’. Namun setahun kemudian yakni pada 1893, Peta Indonesia yang dirilis oleh Witkamp telah menuliskan nama Pulau Belitung dengan tulisan ‘Belitoeng’. Merujuk pada ejaan Belanda, cara penulisan Witkamp tersebut akan membuat pulau ini dibaca dengan bunyi ‘Belitung’. Penyebutan ini terus bertahan hingga kini (Wahyu Kurniawan)

Lantas bagaimana sejarah asal usul nama Belitung, Billiton sejak era Portugis? Seperti disebut di atas, soal itu sudah ada yang menulis. Namun yang tetap menyisakan pertanyaan, bagaimana nama pulau disebut pulau Belitung. Besar dugaan itu bermula dari nama Blitong sebagai nama gunung, yang mana mana nama kampong Blitong kemudian menjadi Kundur. Nama Belitung sebagai nama kampong dan nama gunung telah menghilang, tetapi tetap lestari sebagai nama pulau. Lalu bagaimana sejarah asal usul nama Belitung, Billiton sejak era Portugis? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sabtu, 08 Oktober 2022

Sejarah Bangka Belitung (35): Mendanau Tempo Doeloe, Pulau Diantara Selat Stolze- Pulau Billiton; Adakah Hubungan Mindanau


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini 

Ada apa di Pulau Mendanau tempo doeloe? Suatu pulau diantara Selat Stolze dengan pulau Belitung. Lantas apakah ada hubungan nama pulau Mendanau di Belitung dengan nama pulau Mindanau di Filipina? Satu terminologi sejaman dengan itu adalah Ilano. Namun apakah ada kaitannya dengan terminology yang muncul di Kawasan sebagai (orang) Lanun? Hasil penelitian sejarah kerap mengejutkan (lepas soal benar atau salah). Ada kalanya kesalahan sejarah atau kebohongan sejarah, jika diulang-ulang dan terus diulang, ada yang menganggap menjadi kebenaran sejarah. Bagaimana dengan pulau Mendanau?


Mendanau is an island in the Bangka Belitung province of Indonesia. Located about 6 km off the west coast of Belitung and 20 km from the town of Tanjung Pandan, it is the fourth largest island in the province after Bangka, Belitung and Lepar. Administratively it forms - with about 27 satellite islands - the Selat Nasik District of Belitung Regency, and it is home to 5,674 people at the 2020 Census, mostly spread in 3 settlements. The island is located in the Gaspar Strait separating the two large islands. Being the largest island in its archipelagic district, Due to its small size, the island consists of a long coastline with a forested interior. Mostly having a flat terrain, the highest elevation of the island reaches about 179 m. The coastline of the whole island is fringed by a fringing reef from the Holocene, measuring about 75 km. The island comprises the majority of the populations and territory of 3 out of 4 villages within the Selat Nasik District: Suak Gual, Petaling and Selat Nasik. The district office is located in the latter. During the Indonesian Revolution, as NICA forces retook Tanjung Pandan, local members of the TKR engaged them in a brief armed clash which killed several in both sides before the pemuda surrendered unconditionally. As with other islands in the area, agriculture and fisheries dominate the island's economy. In 2016, local fishermen landed 4,601 tonnes of fish. Rubber, pepper and coconut are important cash crops with palm oil plantations beginning to grow within the island. About 30 kilometers of paved road are present in the island (Wikipedia)

Lantas bagaimana sejarah Pulau Mendanau tempo doeloe, antara Selat Stolze dan Pulau Billiton? Seperti disebut di atas, pulau Mendanau adalah pulau terbesar kedua di kepulauan Belitung. Namanya Mendanau mirip dengan Minadanau, apakah ada hubungan keduanya? Lalu bagaimana sejarah Pulau Mendanau tempo doeloe, antara Selat Stolze dan Pulau Billiton? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.