*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini
Apa itu pulau pasir? Yang jelas ada Pulau
Pasir di Bangka Belitung, tepatnya di kepulauan Belitung. Pada masa lalu, pulau
pasir dapat menjadi penyelamat bagi perahu/kapal-kapal kecil yang terdampar, tetapi
juga dapat menjadi ranjau bagi kapal-kapal besar (kapal kandas). Pulau Pasir di
Belitung kini menjadi salah satu destinasi wisata. Pulau pasir banyak ditemukan
di wilayah Indonesia. Ada satu pulau pasir yang menjadi masalah, klaim
Australia atas pulau pasir (Ashmore Reef) yang masuk wilayah teritori Nusa
Tenggara Timur (NTT) yang diidentifikasi para nelayan Indonesia sebagai Pulau
Pasir.
Pulau Pasir. Pulau satu ini tidak kalah indah dengan pulau sekitar Belitung. Jika beruntung pelancong akan merasakan pemberhentian Instagramable di tengah laut Belitung yang tenang. Bila kita mengikuti paket tour Hopping Island yang ditawarkan dipastikan harus mampir ke pulau Pasir. Pulau ini menjadi persinggahan pertama dan langsung membuat jatuh hati. Pulau Pasir tidak luas, jika dihitung tidak akan sampai setengah lapangan bola. Pulau kecil itu ada karena terbentuk dari gundukan pasir di tengah laut, sering juga disebut pulau Gusong bisa muncul dan hilang. Bila laut pasang, pulau akan tenggelam dan hilang sama sekali. Pagi hari gundukan pasir akan muncul kembali, dan menjadi waktu yang tepat mendatangi pulau Pasir. Disitu uniknya pulau Pasir, dijamin belum lengkap berkunjung ke Belitung bila tak sempat melihat pulau Pasir. Kapal yang membawa pelancong bisa mendarat sampai bibir pulau Pasir. Kita tinggal merasakan butiran pasir putih yang bersih, yang selalu dibersihkan air laut. Biasanya spot paling mengasyikan berada di ujung pulau. Seperti berdiri di ujung menuju samudera luas. Satu lagi keunikan pulau Pasir adalah biota laut yang sering didapat pengunjung. Yaitu Bintang Laut. Biota lucu itu tidak beracun jadi anak-anak pun tidak bahaya bila memegang sambil berfoto. Selebihnya bermain-main sambil bergulingan di pasir dengan air laut yang jernih menjadi pilihan yang sering dilakukan anak-anak sampai orang dewasa di Pulau Pasir (https://direktoripariwisata.id/).
Lantas bagaimana sejarah Pulau Pasir di Bangka
Belitung? Seperti disebut di atas, banyak pulau-pulau pasir di wilayah
Indonesia, salah satunya berada di kepulauan Belitung. Diantara pulau-pulau
pasir itu menjadi sengketa yang mana Pulau Pasir yang masuk wilayah NTT diklaim
Australia sebagai miliknya (Ashmore Reef). Namun yang menarik diperhatikan
adalah geomorfologis pulau. Lantas bagaimana sejarah Pulau Pasir di Bangka Belitung?
Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah
pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri
sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pulau Pasir di Bangka Belitung dan Klaim Australia Pulau Pasir: Geomorfologis Pulau-Pulau Pasir Indonesia
Pulau Pasir di Belitung, tampaknya tidak dikenal pada masa lampau. Pulau pasir ini kemungkinan terbentuk belakangan, dan sangat dikenal pada masa ini. Mengapa? Secara geomorfologis kepulauan Belitung terbentuk umumnya dari sedimen batuan (granit, kuarsa dan alluvial). Berdasarkan Peta 1897 kawasan yang masuk (distrik) Tandjoeng Binga ini diidentifikasi sebagai wilayah yang umumnya dari batuan/granit? Lantas sejak kapan Pulau Pasir terinformasikan.
Untuk memahami keberadaan Pulau Pasir, tidak bisa melepaskan dari keseluruhan wilayah sekitar, yang secara geomorfologi wilayah yang dominat granit plus kuarsa. Dalam hal ini, secara khusus, memahami keberadaan Pulau Pasir dapat dibandingkan dengan keberadaan Pulau Layar tetangganya. Pulau Layar (lihat foto: sumber menuk-mnk) terkesan sebagai suatu pulau zaman kuno, yang kemudian tergerus oleh cuaca dan ombak (abrasi/arus gelombang) yang menyebabkan tererosi. Permukaan pulau yang mengandung kuarsa telah berguguran dari masa ke masa yang menyebabkan pulau yang dulu kini sekan hamparan bebatuan besar yang tampak eksotik.
Dalam laporan Angkatan Laut (1904-1914) tidak ada indikasi tentang keberadaan Pulau Pasir (di tenggara pulau Kepajang). Oleh karena Pulau Pasir pada masa ini adalah semacam pulau gosong, yang terlihat pada saat air surut dan tenggelam pada saat pasang. Pulau semacam ini biasanya diidentifikasi sebagai petunjuk kehati-hatian dalam navigasi pelayaran. Sementara area di sebelah utara pulau Kepajang diidentifikasi area perairan dengan kedalaman dua kaki. Namun dalam Peta 1945 area dimana kinia Pulau Pasir telah didientifikasi sebagai Kawasan dangkal yang menyatu dengan pulau Kepajang di sisi tenggara dan timur.
Zeemansgids voor den Oost-Indischen Archipel, 1904-1914: ‘…Di dekat sudut terakhir, di terumbu pantai adalah pulau Loetoeng dan Langir. Pulau Loetoeng adalah batuan bervegetasi. Lebih jauh ke utara di terumbu pantai adalah pulau Babi dan Semajo dan pulau terbesar dari sebelas pulau, yang disebut (pulau) Kepajang. Kepajang memiliki bukit kecil di bagian utara, berbatu di sisi barat, dan dikelilingi oleh terumbu karang besar, yang sebagian besar kering, dan di ujung utara adalah sebuah pulau dengan batu tinggi di dekatnya. Ada sebuah pulau kecil di utara 0,8 mil laut dari Kepajang dan nun disana pada 0,4 mil laut terumbu karang dengan air paling sedikit dua kaki. Langkoeas, yang paling barat laut dari kepulauan Sebelas, memiliki bukit di sisi barat. Pulau ini dikelilingi oleh terumbu karang yang sangat curam, terutama di sisi barat laut...;
Pulau Layar tidak diidientifikasi dalam laporan Angkatan Laut besar kemungkinan karena bukan pulau dengan vegetasi (hanya hamparan bebatuan). Oleh karena pulau bebatuan eksis di atas permukaan laut maka secara navigasi dianggap aman, Ini berbeda dengan pulau gosong yang umumnya didientifikasi. Pada laporan Angkatan Laut sebelumnya Pulau Pasire tidak diidentifikasi, tetapi pada Peta 1945 sudah diidentifikasi sebagai Kawasan dangkal. Besar dugaan Pulau Pasir terbentuk antara 1914-1945.
Jika
pada masa kini membandingkan Pulau Layar dan Pulau Pasir sesungguhnya terdapat
perbedaan secara geomorfologis. Seperti disebut di atas, Pulau Layar adalah semacam
sisa pulau masa lampau yang tergerus erosi akibat abrasi. Sedangkan di Pulau
Pasir tidak ditemukan bebatuan (granit) yang besar-besar. Dengan memperhatikan
posisi GPS Pulau Pasir yang sekarang berada di area kawasan pantai (tenggara) Pulau
Kepajang yang merupakan kawasan tangkapan (arus) air laut, yang cenderung
terjadi proses sedimentasi.
Pulau Pasir, seperti gambaran yang ditampilkan di atas, tampak merupakan gunungan pasir di tengah laut (pulau gosong). Bentuk Pulau Pasir yang bulat memperkuat dugaan bahwa pulau pasir tersebut merupakan area dimana terbentuk sedimentasi pasir yang berasal dari semua arah. Pasir laut yang putih ini sendiri mengindikasikan permukaan pulau yang mengandung kuarsa yang tergesrus karena erosi, di wilayah pesisir pulau Belitung maupun gugus kepulauan Sebelas. Harus diingat bahwa jika terjadi badai dan gelombang Laut Cina Selatan sangat besar pengaruhnya pada pesisir utara pulau Belitung dan pulau-pulau kecil di sekitar.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Geomorfologis Pulau-Pulau Pasir Indonesia: Pulau Pasir di Belitung dan di Timor
Dalam peta-peta Angkatan laut Pemerintah Hindia Belanda, sebagai hasil pemetaan/suvei dalam hodrologi dan navigasi, ditemukan identifikasi pulau-pulau pasir (zand eiland). Di wilayah Bangka Belitung sendiri pulau pasir ditemukan antara lain di sebelah barat daya pulau Seliou (lihat peta Carnbee, 1855/1856).
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar