Jumat, 01 November 2019

Sejarah Sukabumi (25): Nama-Nama Kapal Itu Diberi Nama Soekaboemi dan Tjibadak; Sejarah Penamaan Kapal Dunia Pelayaran


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini

Dalam sejarah pelayaran di Nusantara, ada dua nama kapal di era Hindia Belanda yang diberi nama asal Sukabumi yakni s.s. Soekaboemi dan s.s. Tjibadak. Itu menandakan nama Soekaboemi dan nama Tjibadak diakui dalam dunia pelayaran dan dunia perdagangan internasional,  Bagaimana dua nama itu ditabalkan sebagai nama kapal? Itu satu hal.

Kapal s.s. Soekaboemi (Haagsche courant, 23-10-1922)
Soal penabalan nama kapal mengikuti sistem tertentu yang juga berlaku pada masa ini di dalam dunia pelayaran Indonesia. Di dunia angkatan laut Indonesia kapal perusak diberi nama pulau-pulau besar, sementara untuk nama kapal fregat diberi nama pahlawan nasional sedangkan untuk nama kapal selam diberi nama senjata dalam dunia pewayangan. Untuk nama kapal pendarat tank diberi nama teluk sedangkan untuk nama kapal pendarat material diberi nama kota. Untuk kapal cepar rudal diberi nama senjata tradisional, sementara untuk nama kapal cepat torpedo diberi nama hewan kuat, sedangkan untuk nama kapal penyebar ranjau diberi nama angin ganas.

Lantas apa pentingnya untuk memahami nama kapal Soekaboemi dan nama kapal Tjibadak/ Mungkin ini tidak penting-pentimg amat, tetapi melalui dua nama kapal itu kita bisa memulai mempelajari dunia pertanian di Soekaboemi dan keberadaan pelabuha Palaboehan Ratoe di satu pihak dan dunia perdagangan di dunia pelayaran internasional. Untuk itu mari kota telusuri sumber-sumber tempo doeloe.  

Sejarah Sukabumi (24): Nama-Nama Jalan di Sukabumi Tempo Dulu; Wilhelmina Straat Kini Menjadi Jalan RE Martadinata


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini

Penabalan nama jalan pada dasarnya untuk memberikan kemudahan navigasi di dalam kota. Dengan semakin banyaknya jalan yang terbentuk atau yang ditingkatkan maka pemberian nama jalan semakin diperlukan. Itulah yang terjadi di kota-kota pada tempo doeloe, termasuk di Kota Soekaboemi. Jalan yang pertama dibangun di Kota Sukabumi bukanlah jalan pos (post-weg), tetapi jalan yang dirintis oleh Andries de Wilde. Pada era dimulainya status Soekaboemi sebagai Gemeente (Kota) pada tahun 1914 jalan tersebut diberi nama Wilhelmina Straat. Kini, nama jalan tersebut dikenal sebagai jalan RE Martadinata.

Wilhelmina straat, 1910
Jalan pos (post-weg) bermula dari arah timur di kota Tjiandjoer menuju Soekaboemi dan dari kota Soekaboemi terus ke Palaboehan (Palaboehan Ratoe). Dalam perkembangannya dibangun jalan post dari arah barat di Buitenzorg menuju Soekaboemi. Pembangunan jalan pos baru ini sehubungan dengan pemindahan jalan militer Buitenzorg-Tjiandjoer via Tjisaroea (Megamendoeng) menjadi via Soekaboemi. Jalan pos yang tersmabung dari Buitenzorg dan Tjiandjoer ini menjadi jalan utama di Soekaboemi. Jalan pos (negara) ini kini dikenal sebagai jalan Ahmad Yani.

Pada masa ini di Kota Sukabumi terdapat ratusan nama jalan. Itu semua bermula dari beberapa nama jalan pada masa lampau. Pada tahun 1950 sejumlah nama jalan yang sudah ada sejak era kolonial Belanda telah diubah namanya dengan nama baru termasuk Wilhelmina Straat. Beberapa nama jalan tetap dipertahankan--sejak era kolonial Belanda hingga ini hari--iantaranya nama jalan Pelabuhan.  

Sejarah Sukabumi (23): Sejarah Kauman dan Masjid di Sukabumi; Pusat Pergerakan Politik Tempo Doeloe di Soekaboemi


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Kota Sukabumi dalam blog ini Klik Disini

Pada masa lampau terbentuknya kota berpusat di aloon-aloon. Di seputar alun-alun lokasi rumah pemimpin lokal sangat prominen. Tidak jauh dari rumah/istana pemimpin lokal dibangun masjid. Di seputar masjid inilah umumnya muncul perkampongan baru yang disebut Kaoeman )Kampng Kaoem). Ini tipikal awal kota-kota di (pulau) Jawa.

Masjid Soekaboemi, 1895
Istana, masjid dan perkampoengan Kaoem terintegrasi karena bersifat alamiah. Pemimpin lokal membangun masjid tidak jauh dari istana. Dalam perkembangannya, para pedagang/pengusaha Arab atau Moor lebih memilih bertempat tinggal tidak jauh dari masjid. Kehadiran kaum pendatang inilah yang kemudian di area sekitar masjid terbentuk perkampongan keoeman atau Kampong Kaoem. Kamapong Kaoeman ini antara lain ditemukan di Jogjakarta. Tipologi kauman ini kemudian juga ditemukan di Bogor (Buitenzorg) dan Bandoeng. Tata letak istana. masjid dan Kaoeman di Bandoeng mirip ditemukan di Soekaboemi.
   
Sejak kapan kampong Kaoeman di Soekaboemi terbentuk? Tentu saja itu dimulai setelah didirikannya masjid. Pertanyaan ini sekilas tak penting, tetapi memahami keberadaan masjid dan terbentuknya perkampongan kauman di Bandoeng dan di Soekaboemi terkait dengan hancurnya istana dan masjid Atjeh di Kora Radja. Lantas bagaimana itu terhubung satu sama lain? Itulah awal munculnya perkampongan kauman. Untuk lebih memahaminya mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.