Kamis, 02 Februari 2017

Sejarah Bandung (16): Hadji Preanger dan Buku Panduan Haji; ‘Himpoenan Soedara’ dan Supra Organisasi PPPKI



Hadji Preanger adalah kafilah hadji yang menjadi bagian dari Hadji Hindia Belanda. Penyelenggaraan perjalanan hadji dari Hindia Belanda diselenggarakan oleh pemerintah dengan empat ‘embarkasi’ menggunakan satu kapal besar dari Soerabaja, Semarang, Batavia dan Padang yang disewa dari perusahaan kapal Inggris atau Belanda. Penyelenggaraan hadji ini sudah dimulai sejak 1870.

Haji-haji dari Hindia Belanda sebelumnya berangkat sendiri-sendiri dengan menggunakan kapal-kapal dagang Arab, Persia dan Inggris melalui Singapoera atau Penang. Perjalanan haji dengan kapal-kapal dagang ini tidak teratur dan adakalanya harus dilakukan transit di kota pelabuhan tertentu. Demikian juga sebaliknya. Akibatnya lama perjalanan haji membutuhkan waktu yang sangat lama. Oleh karena jumlah haji ini lambat laun semakin banyak dari waktu ke waktu, lalu pemerintah Hindia Belanda memfasilitasi perjalanan haji ini dengan menyelenggarakan perjalanan haji secara regular setiap tahun dan diselenggarakan dengan pengaturan tertentu, seperti tes kesehatan sebelum tiba di Jeddah dan sebelum tiba di pelabuhan asal untuk menghindari terbawa penyakit. Di Batavia sterilisasi kesehatan ini dilakukan di Pulau Onrust sebelum masuk Batavia. Poster angkutan haji, 1935

Hadji Preanger

Di Bandoeng, sejak 1846 pemimpin lokal mulai disertakan dalam pemerintahan di Regentschap (Kabupaten) Bandoeng dengan mengangkat secara resmi Bupati Bandoeng, Raden Atipadi Wira Nata Koesoema. Untuk melengkapi sistem pemerintahan lokal diangkat djaksa dan penghoeloe. Jabatan kepala djaksa diresmikan tahun 1852, sedangkan jabatan penghoeloe (hoofdpangoeloe) diresmikan tahun 1856 dengan mengangkat Raden Hadji Moehammad Ardi (lihat Regering Almanak berbagai tahun).