Rabu, 15 Juli 2020

Sejarah Lombok (40): Sejarah Tanjung, Ibu Kota Kabupaten Lombok Utara; Bagaimana dengan Bayan? Jauh di Mata Dekat di Hati


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Kabupaten baru di pulau Lombok provinsi Nusa Tenggara Barat adalah Lombok Utara dengan ibu kota di Tanjung. Mengapa kota Tanjung dipilih dan ditetapkan sebagai ibukota kabupaten Lombok Utara adalah satu hal, sementara hal lainnya adalah bagaimana sejarah (kota) Tanjung sendiri. Yang jelas sejarah kota Tanjung tidak terinformasikan. Bukankah kota Tanjung telah menjadi ibu kota sebuah kabupaten? Itulah mengapa narasi sejarah kota Tanjung diperlukan.

District Tandjoeng (Peta 1908)
Sejak era Pemerintah Hindia Belanda pulau (afdeeeling) Lombok dibagi ke dalam tiga wilayah administratif (onderafdeelin) West Lombok ibu kota Mataram, Oost Lombok ibu kota Selong dan Midden Lombok ibu kota Praja. Pembagian wilayah ini berlanjut hingga Pemerintah Republik Indonesia sebagai kabupaten. Pada tahun 1993 kota Mataram (yang juga menjadi ibu kota provinsi Nusa Tenggara Barat) di kabupaten Lombok Barat ditingkatkan statusnya menjadi Kota (setara dengan kabupaten). Oleh karena kota Mataram juga ibu kota kabupaten Lombok Barat, sehubungan pemisahan wilayah tersebut sebagai Kota, maka ibu kota kabupaten Lombok Barat dipindahkan ke kota Gerung (selatan Kota Mataram). Pada tahun 2008 kabupaten Lombok Barat dimekarkan (kembali) dengan membentuk kabupaten Lombok Utara yang terdiri dari lima kecamatan: Bayan, Gangga, Tanjung, Kayangan dan Pemenang. Kota yang dipilih sebagai ibu kota kabupaten Lombok Utara adalah kota Tandjoeng (di kecamatan Tanjung).

Darimana kita memulai mempelajari sejarah Tanjung? Bukan dari Mataram, ada baiknya mulai dari Bayan. Mengapa? Pada era VOC, wilayah utara pulau Lombok disebut district Bajan. Dalam perkembangannya pada era Pemerintah Hindia Belanda district Baja dimekarkan dengan membentuk distrik Tandjoeng, tetapi kemudian dua district ini disatukan lagi dengan nama District Bajan en Tandjoeng. Nah, untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Sejarah Lombok (39): Sejarah Senggigi dan Sejarah Gili Trawangan; Dari Era Cornelis de Houtman hingga Era Pariwisata Dunia


*Untuk melihat semua artikel Sejarah Lombok dalam blog ini Klik Disini

Pantai Senggigi dan (pulau) Gili Trawangan memiliki sejarah sendiri-sendiri. Namun kedua area ini dapat disatukan karena sama-sama menjadi tujuan wisata di pantai barat pulau Lombok. Dua area wisata ini yang secara geografis berdekatan, juga dijadikan sebagai satu paket perjalanan wisata yang saling melengakapi: pantai Senggigi adalah wisata pantai; Gili Trawangan adalah wisata pulau. Gili dalam bahasa Sasak adalah pulau yang lebih kecil (pulau besarnya adalah Lombok).

Pulau Gili Trawangan (Peta-peta tempo doeloe)
Lupakan sejenak keindahan pantai Senggigi dan pulau Gili Trawangan. Karena kita ingin mempelajari sejarahnya sebelum menjadi destinasi wisata. Namun mempelajari sejarah dua area destinasi wisata ini tidak mudah, karena sejarahnya masing-masing kurang terinformasikan. Hal itulah yang menyebabkan mengapa pantai Senggigi dan pulau Gili Trawangan yang diperhatikan keindahannya saja dan tidak terinformasikan sejarahnya. Padahal destinasi wisata tidak berdiri sendiri tetapi juga terkait dengan sejarahnya. Memahami sejarah pantai Senggigi dan pulau Gili Trawangan akan memperkaya kunjungan wisatanya. Itulah mengapa sejarah pantai Sengigigi dan pulau Gili Trawang diperlukan.

Lalu seperti apa sejarah pantai Senggigi dan pulau Gili Trawangan? Itulah yang menjadi tugas kita untuk membacanya. Untuk itu kita harus memutar jarum jam kembali ke masa lampau yakni sejak ekspedisi pertama Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman (1597). Dari titik waktu inilah kita mulai mempelajari sejarah pantai Sengigigi dan pulau Gili Trawangan. Nah, untuk itu, agat menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.