*Untuk melihat semua artikel Sejarah Bangka Belitung dalam blog ini Klik Disini
Pada masa lampau, pulau Seliu hanya dikenal
sebagai pulau pananda navigasi pelayaran. Letaknya berada di ujung barat daya
pulau Belitung. Kini, pulau Seliu muncul ke publik, bahwa pulau tidak hanya
eksotik tetapi juga memiliki rawa-rawa (danau) dimana ditemukan tanaman khas
yang dimanfaatkan sebagai sedotan. Sedotan alami ini menambah daya Tarik pulau
Seliu.
Kompas.com - 02/08/2022: ‘Pulau Seliu yang berada di selatan Pulau Belitung memiliki kekayaan dan keindahan alam memesona. Selain bentangan pantainya juga terdapat spot wisata lain yakni hamparan danau yang ditumbuhi rumput purun. Rumput purun merupakan bahan baku kerajinan sedotan purun. Sedotan ramah lingkungan, sebagai alternatif pengganti sedotan plastik yang baru-baru ini dipamerkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno di sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Karena penasaran akan pesona hayati, Penjabat (Pj) Gubernur Kepulauan Bangka. Setibanya di dermaga Teluk Gembira sebagai titik keberangkatan, rombongan menuju pulau kecil nan eksotik itu menggunakan kapal motor. Perjalanan ditempuh sekitar 20 menit. Sesampainya di Pulau Seliu, rombongan disambut puluhan kapal bagan tradisional yang sedang bersandar di sepanjang dermaga. Karena kondisi air lautnya belum tercemar, puluhan bintang laut terlihat di dasar air sekitar kapal. Selain itu, terlihat juga beberapa spanduk ucapan hari jadi Pulau Seliu yang menginjak usia ke 126 tahun pada 29 Juli 2022. Selanjutnya rombongan menuju Danau Purun yang berada di tengah-tengah pulau. Di Danau Purun, rombongan menyusuri jembatan kayu sepanjang 975 M yang dibuat pemerintah desa setempat. Suguhan pemandangan hamparan rawa yang ditumbuhi rumput purun, beristirahat di tempat makan di tengah danau.
Lantas bagaimana sejarah Pulau Seliu di pantai selatan Pulau Belitung? Seperti disebut di atas, pulau Seliu adalah pulau paling jauh di barat daya pulau Belitung. Pada masa ini di pulau terkenal dengan sedotan purun danau. Bagaimana dengan geomorfologis pulau eksotik pulau Seliu. Lalu bagaimana sejarah Pulau Seliu di pantai selatan Pulau Belitung? Seperti kata ahli sejarah tempo doeloe, semuanya ada permulaan. Untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan sejarah nasional, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.
Sejarah seharusnya memiliki permulaan. Jika sejarawan gagal memberikan bukti catatan tertulis, setiap orang bahkan oleh penduduknya sendiri akan menciptakan imajinasi sendiri. Untuk menghindari hal itu terjadi, sumber utama yang digunakan dalam artikel ini adalah ‘sumber primer’ seperti surat kabar dan majalah sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam penulisan artikel ini tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja*.
Pulau Seliu di Pantai Selatan Pulau Belitung; Geomorfologis Pulau Eksotik dan Sedotan Purun Danau
Pulau Seliu adalah pulau yang belum lama memiliki nama. Pulau ini sebelumnya hanya menjadi persinggahan bagi para nelayan. Pulau Seliu sendiri memiliki penduduk sendiri (keberadaannya dilaporkan tahun 1866). Nama pulau tampkanya bukan nama asli/local, tetapi diduga nama asing (seperti halnya nama pulau Gaspar). Setelah pembangunan mercusuar di beberapa titik di kepulauan Belitung, pulau ini mulai diperhatikan. Itu terjadi pada tahun 1883 dalam diskusi peta navigasi/hidrologi kepulauan Belitung (lihat Tijdschrift van het Aardrijkskundig Genootschap, 1883).
Kepulauan Bangka sudah beberapa lama dipetakan. Kepulauan Belitung baru dipetakan pada tahun 1866. Yang dimaksud pemetaan dalam hal ini adalah pengukuran garis-garis pantai oleh survei Angkatan laut Pemerintah Hindia Belanda. Sejak itu peta kepulauan (hidrografi) Belitung terus diperbaiki, Salah satu perwira yang terlibat dalam diskusi pemetaan kepulauan Belitung adalah Capt. laut GWF Muth. Pada tahun 1881 sudah dibuat jalur navigasi pelayaran dari Batavia melalui kepulauan Belitung, namun pada tahun 1883 didiskusikan kembali. Capt. laut GWF Muth memiliki sendiri peta kepulauan Belitung yang dikonstruksinya. Salah satu titik yang diidentifikasi di dalam peta Muth adalah pulau Seliu. Peta 1878
Nama pulau Selioe, paling tidak diberitakan pada tahun 1872 (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad voor Nederlandsch-Indie, 27-02-1872). Disebutkan karena cuaca badai sebuah kapal (penduduk) asli, sarat dengan damar, karam di dekat pulau Selioe. Satu dasawarsa kemudian juga terjadi kecelakan kapal di sekitar pulau Selioe (lihat Bataviaasch handelsblad, 26-08-1882). Disebutkan pada hari ke-17 bulan ini, diterima kabar bahwa kapal Amerika "Empire", Kapten Thomas L Snow, di dekat pulau Selioe terdampar. Asisten residen, yang segera pergi kesana, tidak menemukan kapal itu lagi, setelah membuang sebagian muatan ke laut, dan berlayar lagi. Kargo yang terdiri dari sekitar 2.000 peti minyak ditemukan dan dari pihak yang berkepentingan dijual untuk keselamatan umum.
Kapal-kapal Amerika sejak era VOC (terutama setelah kemerdekaan Amerika tahun 1772), kerap hilir mudik di wilayah Hindia Timur/Hindia Belanda. Pada saat terjadi pendudukan Inggris, di Jawa pada tahun 1811, kapal-kapal Amerika yang mengevakuasi orang-orang Belanda untuk dipulangkan ke Belanda. Pada tahu 1850 seorang kapten kapal Amerika ditangkap di Palembang karena menjalin kerjasama dengan Sultan Jambi untuk menentang otoritas Pemerintah Hindia Belanda. Kapten kapal tersebut berhasil melarikan diri dari penjadi di Batavia. Kehadiran kapten kapal Amerika tersebut dengan kapal Rainbouw diduga dalam kaitan dengan pertambangan minyak di wilayah (kesultanan) Jambi. Apakah kapal karam Amerika tahun 1882 di sekitar pulau Seliou terkait dengan perdagangan minyak di pantai timur Sumatra, khususnya Palembang dan Jambi? Catatan: Pada tahun 1898 Amerika Serikat menganeksasi Filipina.
Tunggu deskripsi lengkapnya
Geomorfologis Pulau Eksotik dan Sedotan Purun Danau: Pulau Destinasi Wisata Baru
Sejak kapan pulau Seliu dihuni tidak diketahui secara pasti. Meski pulau ini terpencil dari daratan (pulau Belitung), tetapi para nelayan yang singgah dan sudah barang tentu pedagang ada yang mengunjungi pulau. Pulau Seliu jelas bukan sepi sendiri, hanya terpencil saja (di tengah lautan luas). Pulau Seliu sebenarnya dapat dikatakan memiliki tetangga pulau, yakni Mendanau, Batoe Dinding, Perlak dan Selandoek. Dalam konteks inilah penting memperhatikan secara geomorfologis. Peta pulau Selioe tampkanya sudah sempurna pada tahun 1910.
Pada tahun 1910 dipublikasikan peta-peta baru diantaranya pulau Selioe (lihat De Preanger-bode, 27-12-1910). Disebutkan peta-peta yang diperbarui dan diterbitkan kembali Peta 61, pantai utara dan timur laut Banka 1:200,000 dengan peta Teluk Klabat (1906); dan Peta 49, pantai barat Billiton, membentang dari Selioe (selatan) hingga Sebongkok (utara), 1: 50,000 (juga dari tahun 1906). Peta 1894
Berdasarkan Peta 1894 pananda navigasi dapat diperhatikan gunung Marang Boeloe di pulau Selioe dan gunung Baginda (125 M) dan gunung Beloeroe (245 M) di (daratan) pulau Belitung. Tiga gunung ini menjadi penting di ujung pantai barat daya pulau Belitung. Kawasan ini menjadi bagian dari navigasi pelayaran. Secara khusus pulau Seliu dan gunung Marang Boeloe menjadi penting karena terpisah di tengah lautan. Pada Peta 1894 pulau Selioe belum dipetakan secara detail.
Seperti disebutkan di atas, berdasarkan peta-peta terbaru yang dipublikasikan kepada umum pada tahun 1910, pulau Selioe terdapat pada Peta 49. Peta-peta ini sebelumnya sudah diterbitkan pada tahun (lihat Landverkenningen behoorende bij deel I-V van den Zeemansgids voor den Oost-Indischen Archipel-Deel III. 1902-1908).
Secara geomorfologis pulau Selioe mirip dengan
wilayah dimana terdapat gunung Baginda dan gunung Beloeroe, wilayah yang
terbentuk dari (batuan) granit. Berbeda dengan pulau Mendanau yang mengandung kuarsa
(plus aluvial). Oleh karenanya pulau Selioe adalah pulau yang terbentuk dari
awal (pada era pembentukanm permukaan bumi). Tidak ada kawasa alluvial di pulau
Selioe, suatu Kawasan yang mengindikasikan adanya proses sedimentasi muda.
Jelas dalam hal ini pulau Selioe tidak berawal dari pulau karang.
Seperti umumnya Kawasan wilayah granit sulit tererosi. Dengan kata lain pulau Selioe adalah pulau yang telah berumur tua. Dalam hal ini pulau boleh jadi sudah dihuni sejak lama. Namun karena letak geografisnya yang jauh dari daratan, populasi tidak berkembang, bukan menjadi tujuan migrasi. Sebagai wilayah Kawasan granit pulau Selioe kurang mendukung untuk pengembangan pertanian secara optimal. Boleh jadi populasi penduduk pulau Selio sangat mengandalkan perikanan laut. Bagaimana dengan pertambangan timah? Peta 1897
Berdasarkan peta geologi (Peta 1897) Kawasan granit di memanjang dari pulau Selioe kea rah timur laut hingga teluk Balok. Pada Kawasan ini terdapat bukit-bukit seperti gunung Baginda dan gunung Baloeroe. Secara geomorfologi di Kawasan teluk Balok terjadi proses sedimentasi yang mebentuk kawasan pantai yang bersifat alluvial.
Dalam hal ini kawasan teluk mengalami penyempitan. Proses sedimentasi di teluk karena sejumlah sungai bermuara, sungai-sungai yang berhulu di perbukitan. Dari gunung Beloeroe terbentuk sejumlah sungai yang mengalir ke pantai barat pulau Belitung, dimana di Kawasan pantai terbentuk area alluvial (proses sedimentasi). Dengan kata lain kawasan pantai barat pulau Belitung di bagian selatan telah mengalami perluasan daratan.
Lantas apakah pulau Selioe telah mengalami perluasan dari masa ke masa? Jika memperhatikan peta-peta dari waktu ke waktu tampak bahwa pada bagian luar pulau Selioe telah mengalami perluas, karena terbentuknya sedimentasi pasir yang mana pantainya yang landau memungkin proses sedimentasi berlangsung lebih cepat. Pasir yang berasal dari pantai-pantai pulau Belitung turut mempengaruhi proses sedimentasi di pulau Selioe. Arus laut yang datang dari selatan (Laut Jawa) menyebkan perluasan pulau tampak lebih siginifikan di bagian utara pulau. Gunung Marang Boeloe menjadi barrier bagi pulau dari pengaruh dari arah selatan (angin, arus laut dan sebagainya).
Adanya bebatuan yang besar-besar di pantai-pantai pulau Selioe mengindikasikan bahwa sejak masa lampau telah terjadi proses abrasi yang menyebabkan wilayah pulau terkikis oleh gelombang laut (ombak) dan cuaca yang mempengaruhinya. Seperti tampak dalam gambar bebatuan yang besar-besar tersebut boleh jadi di masa lampau adalah suatu bukit rendah yang tergerus oleh gelombang laut (ombak). Batuan granit yang mengandung kuarsa berguguran kemudian membentuk pasir laut yang memenuhi Kawasan pantai. Seperti kota lihat nanti pada artikel berikutnya akan tampak kontras di pulau Langkoeas.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Akhir Matua Harahap,
penulis artikel di blog ini adalah seorang warga Kota Depok sejak 1999 hingga
ini hari. Pernah menjadi warga Kota Bogor (1983-1991) dan Jakarta Pusat
(1991-1999). Disamping pekerjaan utama sebagai dosen dan peneliti di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia, saya memiliki hobi berkebun di
seputar rumah--agar lingkungan tempat tinggal segar dan hijau. Menulis artikel
di blog hanya dilakukan saat menonton sepakbola atau waktu senggang, utamanya
jelang tidur..Saya sendiri bukan sejarawan (ahli sejarah), tetapi ekonom yang
memerlukan aspek sejarah dalam memahami ekonomi dan bisnis Indonesia.
Artikel-artikel sejarah dalam blog ini hanyalah catatan pinggir yang dibuang
sayang (publish or perish). Korespondensi: akhirmh@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar