Sepak bola di Makassar bukanlah baru. Bahkan sepak bola sudah ada sebelum tahun 1915. Klub pertama di Makassar adalah Prosit. Klub Prosit didirikan oleh orang-orang Eropa/Belanda pada tahun 1909 di Makassar. Klub Prosit termasuk salah satu klub di Makassar yang ikut membentuk Makassar Voetbal Bond (Perserikatan Sepak Bola Makassar) pada tahun 1915. Sejak adanya MVB (Makassar Voetbal Bond) sepak bola di Makassar berkembang pesat.
Ke-XI di Makassar, 1919 |
Pada
masa ini, klub sepak bola terkenal di Makassar adalah PSM (Persatuan Sepak Bola
Makassar). PSM mengklaim didirikan pada tahun 1915. Ini berarti tahun pendirian
PSM sama dengan berdirinya MVB (Makassar Voetbal Bond). Apakah PSM sama dengan
MVB? Jika pertanyaan itu benar, maka PSM
adalah klub tertua di Indonesia pada saat ini. Tentu saja ini menarik untuk diperhatikan.
Mari kita telusuri.
Prosit, Klub Pertama di Makassar
Kapan sepak bola muncul dan menjadi demam
sepak bola di Makassar kurang terinformasikan. Seseorang menulis di surat kabar Soerabaijasch handelsblad,30-07-1898
mengindikasikan bahwa sepak bola di Makassar belum ada tahun 1898 tetapi ada keinginan sejumlah orang
(paling tidak si penulis tersebut) untuk memperkenalkan sepak bola sebagai
bagian dari permainan yang dapat dilakukan di lapangan terbuka untuk
mendampingi pacuan kuda di Makassar.
Pertandingan sepak bola kali pertama dilaporkan di
Nederlandsch Indie (baca: Indonesia) pada tahun 1893 di Medan antara kesebelasan
Deli (Belanda) dengan kesebelasan Penang (Inggris). Di Batavia pertandingan
sepak bola dilaporkan kali pertama tahun 1896. Di Soerabaja pada tahun 1898 dan
di Bandoeng 1904 serta di Semarang tahun 1906.
Klub Prosit adalah klub pertama yang
didirikan di Makassar. Klub Prosit ini didirikan pada tahun 1909 (lihat Soerabaijasch
handelsblad, 17-06-1939). Klub Prosit adalah klub yang dibentuk oleh
orang-orang Eropa/Belanda. Klub kedua adalah Excelsior pada tahun 1914. Klub
ini adalah vereeniglng van Chineezen. Pada tahun 1916 Makassaarsche Roode
Vischjes (MRV) didirikan (lihat De Preanger-bode, 25-06-1921).
Klub pertama kali didirikan di Batavia. Klub tersebut
bernama Bataviasch Voetbal Club. Lalu kemudian di Soerabaja dan di Medan serta
Bandoeng.
Pada akhir tahun 1916 di Makassar dibentuk
perserikatan sepak bola yang disebut Makassaarschen Voetbalbond (MVB).
Perserikatan sepak bola Makassar ini dilaporkan kali pertama tahun 1916 (Het
nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, 30-03-1916). Pada tahun 1916 klub
Soerabaja, Quick melakukan lawatan ke Makassar.
Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie,
30-03-1916) yang memberitakan klub Quick dari Soerabaja akan melakukan lawatan
ke Makassar yang diselenggarakan oleh Makassaarschen Voetbal Bond. Pertandingan pertama melawan Inland Society
Priaji lalu melawan kombinasi orang Eropa, Cina dan Pribumi, dan terakhir
melawan asosiasi Eropa Prosit.
Makassaarschen Voetbal Bond pada tahun 1917
menyelenggarakan kompetisi dan kualitasnya sudah mulai tampak pada tahun 1919.
Namun disebutkan sangat disayangkan prestasi pemain atau klub hanya dirasakan
di lingkungan mereka sendiri (di Makassar). Pengujian kualitas dengan melawat
tim lain di wilayah lain tampaknya belum pernah dilakukan.
.
De Preanger-bode, 25-06-1921: ‘Sport Makassaarsche Roode
Vischjes (MRV). Mengenai asosiasi sepak bola yang disebutkan di atas (MRV),
akan memainkan beberapa pertandingan sepak bola [kompetisi] di bulan depan.
Kami mempelajari hal tersebut sebagai berikut: Didirikan pada tahun 1916,
semangat pertama persatuan dirayakan dengan cara yang mulia di Societeit
Soranus, yang mana dalam acara tersebut hadir juga Mr Dimbrink, Wali Kota Makasser,
yang merupakan pelindung dari Makassaarschen Voetbal Bond. Pada tahun 1917 dimulai kompetisi Makasser,
meski masih memerlukan perbaikan, bagaimanapun, mutu kompetisi telah meningkat
pada tahun 1919. Beberapa kendala adalah dalam kompetisi Makasser karena
permainan dilakukan sore dan terjadi hujan, sejumlah pertandingan telah hilang
namun asosiasi terus berupaya untuk merapikan. Juara kompetisi [MRV] saja yang
memiliki rata-rata gol yang lebih baik. Tidak banyak yang bisa dikatakan
tentang para pemain itu sendiri di sini, karena bahkan hampir semua pemain
(MRV) yang aktif hanya menikmati latihan dan pertandingan sepak bola mereka
[terbatas] di Makasser. [Hanya] kiper juara kompetisi yang sekarang adalah
adalah ex pemain Sparta (Bandoeng) Eibers yang sudah tidak asing lagi di
lapangan sepak bola [di] Jawa. Kompetisi Makassar berikut akan memulai
pertandingan pada tanggal 9 Juli di Makasser. Para pemain adalah Meyer adalah
ketua MRV, Mr. Fransz, Eibers, W. de Greve, W. Mesman, P. de Greve, Mackertich,
H Brandes, E. Frissart, Tulleners, L. de Kater, J. Voll, Han Boen Hin, Sanger,
Scheers, RW Bax dan Bit’.
Koneksi sepak bola Soerabaja dan sepak bola
Makassar muncul kembali pada tahun 1921 (De Preanger-bode, 14-07-1921).
Disebutkan klub THOR Surabaja kedatangan tamu, tim sepak bola dari Makassar
(hasil 3-1). Tim ini tidak disebut namanya. De Preanger-bode, 14-07-1921 juga
melaporkan pertandingan antara tim dari Makassar dengan klub Krokodillen di
Surabaya (dengan skor 1-1). Kunjunga klub sepak bola Makassar pada tahun 1921
ini seakan jawaban terhadap kunjungan balasan klub sepak bola Quick yang
melawat ke Makassar pada tahun 1916.
Divisi Perserikatan di Medan, 1907 dan 1908 |
Interkoneksi sepak bola di Jawa yang bermula tahun
1904 ketika klub dari Batavia bertandang ke Bandoeng, lalu klub dari Batavia ke
Semarang, klub dari Semarang ke Bandoeng dan Soerabaja. Demikian sebaliknya
klub dari Soroebaja ke Semarang dan klub Semarang ke Bandoeng, serta klub-klub
di Batavia kedatangan tamu dari Bandoeng dan Semarang. Saling mengunjungi
klub-klub ini semakin intens sejak diadakannya kejuaran antara kota se-Jawa (Kejuaraan
Antar Perserikatan) yang dimulai tahun 1914 di Semarang (1815 di Batavia, 1916
di Soerabaj, 1917 di Semarang dan 1918 di Bandoeng).
Pada kejuaraan tahun 1918 di Bandoeng muncul ide
pembentukan perserikatan nasional Nedeerlandsch Indie Voetbal Bond (NIVB).
Sasaran pembentukan perserikatan nasional ini paling tidak menyatukan sepak
bola di Jawa dengan di Sumatera (Medan) dan di Sulawesi (Makassar). Namun
program ini secara defacto tidak pernah terlaksana karena faktor jarak dengan
Medan dan Makassar. Meski demikian, secaera dejure Makassar dan Medan anggota
NIVU tetapi kedudukannya karena tidak ikut kompetisi karena jauh hanya sebagai
donatur (lihat Soerabaijasch handelsblad, 15-04-1935). Di antara pegiat sepak
bola di Jawa pernah muncul keretakan sehingga muncul organisasi baru yang
disebut NIVU (Nedeerlandsch Indie Voetbal Unie). Pada tahun 1938 NIVU yang
diakui FIFA (saat itu juga sudah eksis PSSI) untuk berpartisipasi dalam
Kejuaraan Dunia di Prancis. Seleksi tim nasional hanya berdasarkan seleksi di
Jawa saja (Makassar dan Medan tidak disertakan karena faktor jarak). Pada saat
uji coba terakhir timnas versi NIVU, singgah di Medan sebelum ke Prancis.
Timnas NIVU ini malah dikalahkan kesebelasan Medan dengan skor 4-1.
Klub Tertua di Indonesia |
Zwaluwen, Klub Terkuat di Makassar
Sejumlah klub di bawah naungan MVB telah
bubar tetapi juga muncul klub baru. Zwaluwen adalah klub baru tetapi dalam
perjalanannnya telah menjadi salah satu klub terkuat di Makassar. Klub Jong
Ambon berganti nama menjadi Zwaluwen pada tahun 1932. Pada tahun ini juga klub
Vios didirikan. Klub Zwaluwen menjuarai kompetisi MVB pada tahun 1933, 1935 dan
1937. Klub-klub lainnya yang pernah menjadi juara MVB adalah Excelsior dan Nam
Hwa. Nama Klub Zwaluwen diduga mengadopsi nama klub sepak bola di Batavia
(sebagaimana klub Vios di Batavia, Excelcior di Soerabaja).
Bataviaasch nieuwsblad, 20-06-1914: ‘Zwaluen memainkan
pertandingan besok siang di Waterloopltin melawan sebuah kombinasi, yang
terdiri dari sisa-sisa permainan Batavia. Kombinasi itu tanpa nama!
Pertandingan ini diselenggarakan sebagai pertandingan perpisahan untuk
Voorstadt, pemain yang termasuk dalam Zwaluwen. Pemain ini sangat dikenal di
Batavia. Dia akan berangkat Kamis dari sini, pindah ke Makassar. Pastinya
merupakan kerugian besar bagi sepak bola Bataviansch’.
Soerabaijasch handelsblad, 17-06-1939 |
Klub Osvia adalah klub ‘mahasiswa; dari sekolah OSVIA
(sekolah yang menjadi cikal bakal STPDN). Klub Osvia di Bandoeng juga
berkompetisi di Bandoengsch Voetbal Bond. Klub mahasiswa pertama adalah Docter
Djawa Club yang dibentuk di sekolah kedokteran Docter Djawa School (cikal bakal
STOVIA/Fak. Kedokteran UI). Tim Docter Djawa Club ini berkompetisi di
Bataviasch Voetbal Bond. Pada tahun 1909, Docter Djawa Club mengunjungi kolega
mereka (sesama pribumi) di Medan, Tapanoeli Voetbal Club pada tahun 1909. Klub Tapanoeli
Voetbal Club didirikan tahun 1907.
Sampai dengan tahun 1939, hanya klub Excelsior
dan klub Vios yang memiliki lapangan sendiri, Klub-klub lain yang tergabung
dalam MVB masih menggunakan lapangan yang berada di bawah pengelolaan MVB (hak
yang diberika pemerintah kota kepada organisasi). Lapangan tersebut terdapat di
Koningsplein Makassar. Hal ini juga terjadi di Medan (Esplanade), Batavia
(Koningsplein) dan di Bandoeng (Pieterspark dan Aloon-Aloon). Di Batavia dua
klub yang memiliki lapangan sendiri adalah Vios di Meester Cornelis dan klub
Olevio. Sedangkan di Bandoeng hanya klub Sidolig yang memiliki lapangan sendiri
(yang kini menjadi pusat latihan Persib Bandung).
PSM dan
Pembangunan Stadion Mattoangin
Di berbagai kota federasu sepak bola
terbelah, umumnya dua federasi: NIVU dan PSSI. Klub-klub di masing kota
berafiliasi dengan NIVU atau PSSI. Gaung PSSI hanya sayup-sayup terdengar
hingga ke Makassar dan Medan. Klub-klub di Makassar dan Medan umumnya
berafiliasi dengan NIVU. Dua federasi sepak bola ini diakui oleh pemerintah
(kolonial Belanda), tetapi oleh FIFA hanya mengakui NIVU (FIFA hanya mengakomodasi
satu federasi sepak bola setiap negara). Diantara pegiat sepak bola orang-orang
Eropa/Belanda juga pernah muncul perpecahan: NIVU adalah ujung dari keretakan
yang muncul di era NIVB. Dua federasi ini tetap eksis hingga pendudukan Jepang
(1942).
Selama pendudukan Jepang, sepak bola hanya sebagai
pemanis bagi pemimpin militer Jepang. Pada awal pendudukan Jepang, euporia
sepak bola dimaanfaatkan militer Jepang untuk pendekatan terhadap pribumi.
Beberapa kali diadakan pertandingan sepak bola (dan tentu saja ada pengibaran
bendera dan lagu kebangsaan Jepang). Kegiatan ini tampak terlihat semarak di
Soerabaja. Namun, secara perlahan kegiatan sepak bola dikesampingkan militer
Belanda dan kemudian terkesan dilarang. Sepak bola di era pendudukan Jepang
akhirnya tenggelam.
Pada tahun 1945 Proklamasi Kemerdekaan RI. Kegiatan
sepak bola mulai muncul. Kemerdekaan Indonesia juga seakan termasuk kemerdekaan
dalam kegiatan sepak bola. Namun itu tidak lama, muncul NICA (orang-orang
Belanda yang berada di belakang tentara sekutu). Muncul perang kemerdekaan.
Namun sejumlah pihak di berbagai tempat berafiliasi dengan Belanda/NICA dan
lalu munculnya negara-negara boneka Belanda: Negara Sumatra Timur, Negara
Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Sumatera Selatan dan Negara Indonesia Timur
(ibukota Makassar). Sehubungan dengan menguatnya negara federasi tersebut,
pegiat sepak bola orang-orang Belanda/Eropa muncul kembali ke permukaan.
Klub-klub melakukan pertandingan, tidak terkecuali di Makassar. NIVU juga diaktifikan
kembali (dalam berita lain juga PSSI aktif kembali).
De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad,
27-05-1948: ‘Ketua N1VU, F. van Bommel telah mengunjungi Makassar untuk
membahas kemungkinan masuknya kembali MVB. (Asosiasi Sepak Bola Makassar) ke NIVU.
Diharapkan bahwa MVB akan terhubung kembali dengan NIVU dan karena itu mulai
sekarang juga akan ikut serta dalam kontes kota (kejuaraan perserikatan)’.
Het dagblad voo NI, 02-06-1949 |
Sampai sejauh ini, MVB di Makassar tetap eksis. MVB
sebagai perserikatan yang dibentuk di Makassar tahun 1915 tidak pernah
mengalami goncangan. Di Medan, sejak adanya perserikatan tahun 1907, klub-klub
pribumi terus terjadi pasang surut. Setelah bergabung, keluar lagi karena tidak
cocok dan membentuk bond sendiri. Kemudian terjadi rekonsiliasi tetapi pada
tahun 1938 klub-klub pribumi seperti Sahata keluar karena kepemimpinan di dalam
bond tidak pernah digilir dan hanya dicurangi agar tetap dipimpin oleh orang
Belanda. Pada tahun 1938 klub-klub pribumi keluar dari bond dan tidak ikut berkompetisi
(hanya melakukan pertandingan-pertandingan persahabatan pada waktu-waktu
tertentu). Kehadiran klub pribumi (republiken) tidak pernah berafiliasi dengan
bond Medan/NIVU hingga pengakuan kedaulatan RI tahun 1949.
Pasca pengakuan kedaulatan RI (1950) muncul
nama bond PSM (Persatuan Sepak Bola Makassar). Nama bond ini seakan terjemahan
Makassarchc Voetbalbond (MVB) yang notabene satu-satunya bond yang pernah ada
di Makassar sejak 1915. PSM tampaknya identik dengan MVB, karena dalam situs
PSM dklaim bahwa PSM lahir tahun 1915. Sementara perserikatan di Jawa mengklaim
dengan munculnya bond versi PSSI seperti Persebaya (1927), Persija (1928), PSIS
(1932) dan Persib (1933), Sedangkan di Medan, PSMS hanya mengklaim lahir tahun
1950 (pasca pengakuan kedaulatan RI, setelah berakhirnya perang antara militer
Belanda dan Republiken).
Pada masa ini perserikatan-perserikatan tersebut (yang
memulai pertama kompetsisi secara nasional sejak 1951 yang mana kali pertama
menyertakan Medan dan Makassar) pada tahun 1993 ketika Liga Indonesia dibentuk
berubah menjadi klub dengan tetap mempertahankan nama perserikatannnya.
Klub-klub tersebut juga mengklaim kelahirannnya sebagai tahun kelahiran
perserikatannnya. Klub PSM lahir tahun 1915, Persebaya tahun 1927, Persija
1928, PSIS 1932 dan Persib tahun 1933 serta PSMS Medan tahun 1950. Enam klub
legenda ini seakan PSM Makassar yang paling tua dan PSMS Medan yang paling
Muda. Sedikit membingungkan memang. Secara historis di enam kota itu sepak bola
justru pertama kali dipertandingkan di Medan tahun 1893 dan di Makassar baru tahun
1909. Bond di Medan dibentuk tahun 1907 (setelah Batavia dan Soerabaja) dan
bond di Makassar baru dibenuk tahun 1915.
Sejarah Sepak Bola di Enam Perserikatan di Indonesia |
De locomotief : Samarangsch handels- en advertentie-blad,
19-06-1950: ‘Konferensi olahraga. Dewan utama
divisi sepakbola PORI memiliki rencana untuk menyelenggarakan konferensi sepak
bola untuk seluruh Indonesia pada akhir Juli. Tujuan kongres ini adalah menghasilkan
sejumlah keputusan sebagai tindak lanjut Konferensi Pori yang telah diadakan di
Djokja pada tanggal 23.12-1949 dan juga perlunya reorganisasi Pori dalam
organisasi olahraga yang lebih efektif dan terorganisir dengan lebih baik.
Menurut rencana, kongres tersebut akan diselenggarakan pada tanggal 23 Oktober
tahun ini, dimana akan dibahas hal berikut ini: pembentukan Persatuan Sepak Bola
Seluruh Indonesia, permintaan untuk bergabung dengan FIFA, sehingga juga akan
bisa ambil bagian dan dapat mengikuti Olimpiade di Helsinki dan kompetisi
Internasional lainnya, dan kemungkinan besar kongres tersebut akan diadakan di
salah satu kota berikut: Solo, Djokja atau Semarang. Dalam kesempatan (konferensi)
ini, pertandingan sepak bola akan diselenggarakan antara tim Jawa Barat, Jawa
Tengah dan Jawa Timur dan mungkin akan menyertakan tim Melan dan Makassar’.
Lokasi Stadion Mattoangin |
Stadion Teladan Medan 1953 telah menggantikan lapangan
Esplanade sebagai pusat sepak bola di Medan. Demikian juga sepak bola yang
sedari duli dipusatkan di Koningsplein pada tahun 1957 dipusatkan di Stadion
Mattoangin.
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber
yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini
hanya untuk lebih menekankan saja.
Baru tau ada sejarah sepak bola makasar
BalasHapusartikel yang bagus
BalasHapus