Pelayaran Conelis de Houtman yang dimulai 1595 adalah awal orang-orang Belanda mencapai wilayah nusantara. Bagaimana mereka berkomunikasi dengan penduduk asli tentu menjadi hal yang penting. Dalam pelayaran ini termasuk ahli bahasa.Tentu saja Conelis de Houtman telah mengetahui bahasa pengantar (lingua franca) di Nusantara (Oost Indie) adalah bahasa Melayu.
Kamus Frederik de Houtman, Kamus Melayu Pertama (terbit 1603) |
Di
Makassar sudah sejak dari doeloe ada orang-orang Melayu. Portugis yang
berhomebase di Malaka diduga menjadi faktor pemicu banyak orang-orang Melayu
yang kemudian berdiam di Makassar. Kampong Malayo di Makassar diduga sudah ada
sebelum orang-orang Belanda mencapai Makassar. Faktor orang-orang Melayu
menyebabkan orang-orang Makassar mahir berbicara Melayu.
Kamus bahasa
Belanda-Melayu dalam aksara latin adalah alat yang penting bagi pelaut-pelaut
dan pedagang-pedagang Belanda (VOC) dalam melakukan perdagangan di nusantara
(Oost Indie) termasuk interaksi mereka dengan penduduk asli di Makassar. Bagaimana
proses pembentukan kamus Belanda-Melayu ini tentu sangat menarik untuk
ditelusuri. Pembentukan kamus ini tidak hanya digunakan untuk perdagangan
tetapi juga bahasa resmi kedua dalam pemerintahan hingga kemudian kelak menjadi
cikal bakal kamus Bahasa Indonesia.
Frederik de Houtman, Penyusun Kamus
Pertama; Class Leuers, Orang Belanda Pertama di Somba Opoe, Makassar
Dalam
pelayaran pertama orang Belanda ke Nusantara (Oost Indie) yang dipimpin
Cornelis de Houtman, di dalamnya termasuk salah satu ahli bahasa, namanya Frederik
de Houtman. Frederik adalah saudara dari Conelis de Houtman (lihat Frederik de
Houtman, 1603). Para pelaut Belanda ini tentu saja tidak hanya mengandalkan
kamus Portugis-Melayu (yang jumlah kosa kata sangat terbatas), tetapi sepanjang
perjalanan inilah peran Frederik de Houtman sebagai ahli bahasa (untuk
mengumpulkan dan menyalin ke dalam aksara Latin).
Jurnal Cornelis de Houtman, 1595-1597 (terbit 1598) |
Cornelis
de Houtman kembali ke Amstedam (Belanda) dengan hanya membawa puluhan pelaut-pelautnya
yang tersisa termasuk Frederik de Houtman. Sejak keberhasilan Cornelis de
Houtman mencapai nusantara, investasi pedagang-pedagang Belanda semakin intens
dan melakukan pelayaran secara kontinu ke nusantara.
Peta Sumatra (Jurnal C de Houtman, 1598) |
Kamus Frederik de Houtman, Kamus Melayu Pertama (terbit 1603) |
Pada tahun 1603
kamus Belanda-Madagaskar-Melayu karya Frederik de Houtman diterbitkan dengan
judul Spraeck ende woord-boeck in de Maleysche ende Madagaskarsche talen, met
vele Arabische ende Turcsche woorden. Kamus ini ditulis dalam aksara latin,
Jumlah kosa kata cukup banyak. Kamus ini tidak hanya membuat entri kata tetapi
juga kalimat.
Pelabuhan Banten, 1596 (Jurnal de Houtman, 1598) |
Class
Leuers, orang Belanda pertama berada di Somba Opoe pada tahun 1607. Tidak
diketahui apakah ada orang Portugis yang tinggal di Somba Opoe. Jika kita
memperhatikan hari jadi Kota Makassar dinyatakan pada tanggal 9 November 1607,
apakah penempatan orang Belanda ini sebagai acuan atau apakah yang menjadi
rujukan penetapan hari jadi Kota Makassar. Satu alasan penetapan ini disebutkan didasarkan
pada peristiwa salat Jumat bersama di masjid Tallo, pada 9 November 1607 pada masa
pemerintahan Raja Gowa XIV. Mengapa bukan pada saat pendirian kota Somba Opoe
(kota dimana sudah terdapat orang(-orang) Eropa?
Satu
pertanyaan mengapa kamus Belanda-Madagaskar-Melayu? Ini satu pertanyaan yang
sulit dipahami tetapi mudah dijelaskan. Dalam pelayaran pertama Cornelis de
Houtman cukup lama berada di (pulau Madagaskar) sekitar setengah tahun sebelum
tiba di Sumatra pada bulan Juli 1596. Lamanya berdiam di Madagaskar boleh jadi
untuj tujuan banyak hal, seperti beristirahat total setelah pelayaran dari
Amsterdam yang tidak cukup istirahat. Juga kemungkinan untuk
perbaikan-perbaikan kapal. Tentu saja aklimatisasi (penyesuain iklim dan cuaca
tropis). Boleh jadi ini kesempatan Frederik de Houtman untuk mempelajari bahasa
Madagaskar yang ternyata adalah memiliki kemiripan dengan bahasa Melayu. Dari
sinilah pengetahuan bahasa Melayu para penerjemah Cornelis de Houtman ketika
tiba di nusantara. Pengetahuan bahasa Melayu Frederik de Houtman diperkaya pada
pelayarannya pada tahun 1599 ke nusantara yang bertempat tinggal di Atjeh
semama tiga tahun (hingga 1602). Pada saat kembali lagi ke Belanda Frederik de
Houtman menerbitkan kamusnya di Amsterdam.
Kamus Frederik
de Houtman besar kemungkinan adalah kamus pertama Belanda-Melayu. Sejak
munculnya kamus Frederik de Houtman di Eropa diterbitkan kamus berjudul Spieghel,
van de Maleysche Tale tahun 1612. Dari isi kamus ini mirip dengan isi kamus Frederik
de Houtman. Setelah itu baru terdeteksi kamus berjudul Dictionarium, ofte Woord
en spraeck-boeck, in de Duytsche en Maleysche tale, met verscheyde
t'samen-spreeckingen, in 't Duytsch en Maleysch, aengaende de schipvaert en
allerleye koopmanschap (1680). Juga muncul di Eropa kamus bahasa Latin berjudul
Collectanea Malaica Vocabularia yang terbut tahun 1707.
Tunggu
deskripsi lengkapnya
*Dikompilasi
oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga
merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap
penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di
artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang
sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya
untuk lebih menekankan saja.
terimaksih telah menghadirkan artikel yang sangat bermanfaat :)
BalasHapus