Kota Surabaya yang sekarang bukanlah area kosong di masa lampau. Di kedua sisi sungai Soerabaya sudah bermukim penduduk sejak lampau. Namun sejak kapan pemukiman-pemukiman penduduk di dua sisi sungai tidak diketahui secara pasti. Satu-satunya data dalam bentuk peta yang berhasil ditelusuri adalah peta yang dibuat pada tahun 1695. Peta tersebut sangat jelas yang disertai dengan keterangan yang terperinci. Ada tiga lokasi pemukiman yang pemukiman yang satu sama lain terpisah.
Kampung Soerabaja, 1695 |
Bagaimana tiga lokasi pemukiman
(perkampungan) ini berkembang menjadi Kota Surabaya yang sekarang membutuhkan
waktu sekitar tiga abad. Untuk memutar jarum jam kembali ke masa lampau (ke
origin kota) kita perlu menelusuri data dan informasi tertulis (teks) dan
terlukis (sketsa/peta) yang valid. No document, no history. Artikel ini hanya
membatasi dan memulai dari data yang tertulis dan terdokumentasi (yang dapat
diakses pada masa ini). Mari kita sarikan.
Kampung Soerabaja dan Kampung Ampel: Trunojoyo Membuka Mata
Melihat Masa Lampau
Sejauh yang dapat ditelusuri, Peta 1695
adalah sumber terawal tentang situasi dan kondisi di Soerabaya. Terdapat tiga
pemukiman (kampong): Soerabaja, Ampel dan Tionghoa. Situs pertama adalah
pelabuhan di sisi barat sungai Soerabaya dan agak ke hulu pasar. Situs ketiga
adalah rumah besar (Paseban) yang letaknya tidak jauh dari pelabuhan. Paseban
ini kelak dikenal sebagai rumah Bupati Soerabaya yang berlokasi di sisi
Regentstraat (kini Jalan Kebon Rojo). Di belakang Paseban Bupati terdapat
Paseban Trunojoyo.
Paseban (Kraton) Soerabaja, 1695 |
Trunojoyo adalah pemicu munculnya sumber data. Ini
bermula ketika Trunojoyo menyerang Mataram. Lalu kemudian Amangkurat II
bekerjasama dengan VOC di Benteng Tagal untuk mengalahkan Trunojoyo yang
berhomebase di Soerabaja. Situasi dan kondisi Soerabaya setelah penaklukan
dilukiskan oleh VOC dalam bentuk peta (Peta 1695).Keterangan peta: 7=Pelabuhan; 8-Paseban
(rumah Regent.Bupati); 17=Rumah baru Trunojoyo[ 19-Pasar. Catatan: Kampung
Surabaya pada awal koloni VOC/Belanda (Peta 1695) sudah terkesan sebuah kota
(town).
Dalam peta 1695 ini sejumlah sistus penting yang
berkaitan dengan Tronojoyo dipetakan. Situs pertama adalah gudang (pusat) senjata
di sisi timur soengai Soerabaya (di hilir perkampungan yang diduga Tionghoa)
dan di sisi barat soengai Soerabaja. Lalu situs yang disebut barak tenaga kerja
(pasukan) yang berlokasi di hilir gudang senjata (pada sisi barat sungai
Pegrikan) yang masuk wilayah Kampung Ampel.
Situs Belanda sendiri berada di hilir dekat moeara Soengai
Soerabaja sebagai pusat persenjataan, dan satu lagi pusat persenjataan letaknya
ke arah hulu berada di dekat pusat persenjataan Trunojoyo. Homebase Adminral
Cornelis Speelman berada di hilir sungai Pegirikan. Rumah Speelman di sisi
timur Soengai Soerabaja (dekat pasukan). Satu lagi dan mungkin yang terpenting
adalah pusat angkatan laut yang berada di arah pantai selatan. Dari pusat di
pantai terdapat jalur darat (infantri) menuju Ampel dan Soerabaja dan jalur
menuju ke arah selatan. Pusat angkatan laut ini diduga sebuah benteng terawal (posisi
benteng ini kira-kira berada pada pososi yang diduga pada masa ini sebagai
Benteng Kedung Cowek. Gudang mesiu ini pernah disinggung oleh MO
Parlindungan dalam bukunya Tuanku Rao (terbit 1964). MO Parlindungan adalah
sarjana kimia lulusan (1943) Teknik Kimia di Delf/Zurich yang berjuang di Surabaya dan
Jawa Timur dengan pangkat Overste (Luitenan Colonel) ketika perang kemerdekaan
(1945-1949). Overste Ir. AFP Siregar alias Mangaradja Onggang Parlindungan adalah satu-satunya
orang Indonesia ahli bom yang pada tahun 1950 diangkat menjadi Kepala Pabrik
Sendjata dan Mesiu PSM) di Bandoeng (kini disebut PINDAD).
Dari Peta 1695 terindikasi tiga perkampungan,
dua sebagai perkampungan penduduk asli: Soerabaja dan Ampel. Peta ini juga
menjelaskan situasi dan kondisi terawal di Soerabaja dan sekitar tentang Kraton
(Paseban), pasar, pelabuhan. Disamping itu menjelaskan posisi dimana VOC/Belanda
berada. Dengan demikian, dua kampung pertama di Soerabaya adalah Soerbaja dan
Ampel.
Tunggu deskripsi lengkapnya
*Dikompilasi oleh Akhir
Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang
digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan
peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena
saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber
primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi
karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang
disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan
kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar