Sistem pemerintahan di Sulawesi sudah sejak lama ada (sejak era VOC). Pimpinan tertinggi pemerintahan di Sulawesi berkedudukan di Makassar. Gubernur Jenderal berkedudukan di Batavia. Pada awal pemerintahan Hindia Belanda (1800) hanya terdapat gubernur di lima tempat (Macasser, Malacca, Ceilon, Cabo de Goede Hoop dan Java Noord Oostkust).
Peta Celebes [Sulawesi], 1619 |
Proses
pembentukan pemerintahan yang berkedudukan di Makassar sejak era VOC adalah garis
continuum hingga Pemerintah Hindia Belanda dan Pemerintah Republik Indonesia.
Rangkaian ini menarik untuk diketahui. Hal ini mengingat perubahan-perubahan
yang terjadi dalam struktur permerintahan sejak era VOC di Makassar adalah juga
mengindikasikan perubahan-perubahan yang terjadi secara umum di (pulau)
Sulawesi) khususnya di Makassar (Zuid Celebes). Mari kita telusuri, mulai dari perjalanan
Cornelis de Houtman (1595-1597) yang diterbitkan dalam Jurnal 1598 di Amsterdam.
Prakondisi Pemerintahan
VOC di Celebes (1607)
Pemerintahan
VOC dimulai dari Pieter Both di Bantam tahun 1610. Lalu kemudian di Fort
Jacatra Gerrit Reynst (1614), Laurens Reaal ke Maluku (1616). Selanjutnya Jan
Pieters Z. Coen pada tanggal 30 Mei 1619 (kembali) ke Fort Jacatra. Jan Pieters
Z. Coen menjadi Gubernur Jenderal pertama. Pada saat Jan Pieters Z. Coen
casteel Batavia dibangun sebagai ibukota (stad) VOC.
Peta dalam Jurnal C de Houtman 1595-1597 (1598) |
Sebelum Jan Pieters Z. Coen memulai
pemerintahan di (casteel) Batavia tahun 1619, selain di berbagai tempat, di
Celebes sudah terdapat pedagang-pedagang Belanda/VOC. Dua orang pertama adalah Class
Leuers (sejak 1607) dan Samuel Denis (sejak 1609). Dua orang ini disebutkan
berada di Sombaopoe.
Peta Celebes [Sulawesi], 1619 |
Wilayah
pemerintahan VOC terbagi ke dalam sembilan wilayah yang dipimpin oleh Gubernur
(lihat Almanak 1781), yakni Amboina, Banda, Ternaten, Macasser, Malacca, Chormandel, Ceilon, Caap de
Goede Hoop, Java's Noord Oostkust. Sementara wilayah setingkat direktur adalah Bengalen
dan Souratte. Sedangkan di bawah Commandeinenten adalah Sumatra's Westkust, Mallabaar
dan Bantam. Opperhoofden en mindere Bedienden van den Handel in Japan.
Setingkat Residentien di Cheribon, Timor, Banjermassing, Palembang dan Puntiana.
Pada
akhir pemerintahan VOC (lihat Almanak 1800) struktur pemerintahan telah
mengalami reduksi: Gubernur yang merangkap Direktur hanya ditempatkan di
beberapa wilayah, yakni: Gubernur Amboina (termasuk Ternate dan Banda);
Gubernur Macasser yang mana tedapat dua residen di Boeloecoemba dan Bima;
Gubernur di Malacca, Gubernur di Ceilon, Gubernur di Cabo de Goede Hoop,
Gubernur Java Noord Oostkust (ibukota Semarang). Untuk tingkat yang lebih
rendah (Direktur, Commandeinenten
dan Residentien) tidak berubah. Struktur pemerintahan yang paling luas (lengkap)
adalah wilayah gubernur Java
Noord Oostkust.
Ini mengindikasikan bahwa di
Makassar sejak era VOC sudah menjadi kedudukan Gubernur. Gubernur Makassar
sejak 1799 adalah Petrus Theodorus Chasié
(lihat Almanak 1800).
Gubernur di Era
Pemerintahan Hindia Belanda
Pada
era permulaan Pemerintahan Hindia Belanda (setelah 1800) status Gubernur
Sulawesi dilikuidasi dan di Makassar hanya menempatkan seorang Commandant civiel
en militair (era Gubernur Daendels). Hal yang sama juga ditempatkan di Ternate.
Posisi Residen hanya ditemukan di Palembang. Commandant civiel en militair di
Makassar (berdasarkan Almanak 1810) adalah Luit. Kol. J van Wikkerman. Ini
mengindikasikan di Sulawesi tidak sepenuhnya kondusif dari aspek keamanan.
Pada tahun 1811
Inggris mengambil alih Hindia Belanda dari Pemerintah Hindia Belanda.
Pendudukan Inggris ini berlangsung hingga 1816. Dalam Almanak 1816 (Java), di
luar Jawa hanya dua tempat yang diutamakan yakni Amboina dan Bencoelen. Di dua
tempat ini ditempatkan masing-masing seorang Residen. Posisi Sulawesi tidak
penting. Saat ini di Jawa mulai diperkenalkan Koffiekultuur.
Pasca
pendudukan Inggris (1816) Gubernur Jenderal Capellen yang dibantu oleh Elout
dan Buykens. Gedert Alexander Gerard Philip Baron van der Capellen menjabat
sebagai Gubernur Jenderal hingga tahun 1826. Pada masa Gubernur Jenderal van
den Bosch (1830-1844) koffikultuur diubah menjadi Koffistelsel. Konsentrasi
pemerintah lebih terasa di Jawa. Tempat-tempat di luar Jawa seakan
dikesampingkan. Koffiestelsel ini diterapkan pasca Perang Jawa (1826-1830) yang
dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.
Pangeran
Diponegoro diasingkan ke Makassar.
Pada
era Gubernur DJ de Eerens (sejak 1836) muncul berbagai tantangan di tempat lain
terutama di Pantai Barat Sumatra (Sumatra’s Westkust). Konsentrasi militer (yang
sudah mulai kondusif di Jawa) dialihkan ke Sumatra untuk melumpuhkan Tuanku
Imam Bonjol (1837) di Padangsch Bovenlanden dan Tuanku Tambusai (1838) di
Mandailing dan Angkola.
Pada tahun 1838
di Jawa fungsi Residen di berbagai tempat muli dari Bantam hingga Banjowangi.
Di Maluku fungsi Gubernur yang berkedudukan di Amboina.
Di
Sulawesi difungsikan Gubernur yang berkedudukan di Makassar. Guebernur Sulawesi
dijabat oleh R de Filiettaz Bousquet. Gubernur membawahi selain Makassar juga Nordelijk
Districten (asisten Residen), Zuiden Disctricten, Boeloecomba en Bontaing,
Saleijer dan Bima.
Di Sumatra’s
Westkust difungsikan Gubernur. Gubernur pertama (pasca perang Padri) adalah AV Michiels,
kolonel, civiel en militair Gouverneur. Gubernur membawahi selain Padang adalah
Padangsch Bovenlanden, Pariaman (asisten Residen), Noordelijk Afdeeling dan
Zuidelijk Afdeeling, Mandheling, Rao, Tapanoeli dan Pulao Batoe. Bencoelen
dipisahkan dari Sumatra’s Westkust (yang dijawab seorang asisten Residen).
Beberapa daerah yang terpisah seperti Bengcoelen ini adalah Lampong Districten,
Bankam Westkust van Borneo (Pontianak) dan Sambas. Zuid and Oostkusr Borneo (di
Bandjermasin). Di Banda, Ternate, Manado, Timor, Riaouw dan Palembang
ditempatkan masing-masing Residen.
Arsitektur
pemerintahan pada tahun 1838 hampir mirip satu masa lain di Celebes yang
berpusat di Makassar dan Sumatra’s Westkust yang berpusat di Padang.
Wilayah-wilayah di luar Makassar dan luar Padang belum teradministrasikan.
Pada tahun 1838
Gubernur Jenderal di Batavia dibantu oleh tiga gubernur: Amboina, Celebes dan
Sumatra’s Westkust. Di Jawa tidak ada posisi gubernur, hanya ada Residen dan
Asisten Residen yang jumlahnya cukup banyak. Residen terdapat di Bantam,
Batavia, Buitenzorg, Preanger, Cirebon, Tegal, Pakalangon, Semarang, Kedoe,
Bagelen, Banjoemas, Soeracarta, Djocjakarta, Madioen, Kediri, Djapara, Rembang,
Soerabaja, Pasoerang dan Bezoeki.
Kolonel Alexander van der Hart, Gubernur Sulawesi
Penataan administrasi pemerintahan terus
berlangsung. Ada wilayah yang statusnya dipromosikan dan ada juga yang
mengalami degradasi. Sebagaimana motif kolonial untuk mendapatkan keuntungan
yang sebesar-besarnya, wilayah yang potensial dikembangkan dan sistem
pemerintahan diperluas serta beberapa wilayah di dalamnya ditingkatkan
statusnya dari controleur menjadi asisten residen dan seterusnya menjadi
residen. Sebaliknya, wilayah yang tidak potensial atau mengalami kemunduran
statusnya diturunkan. Pemimpin (Gubernur, Residen, Controleur) adalah
penanggungjawab administraso pemerintahan dan juga bertanggungjawab untuk
revenue dan pembiayaan.
Afdeeling Buitenzorg termasuk wilayah yang statusnya
diturunkan dari Residen menjadi Asisten Residen (lihat Almanak 1846). Di
Sumatra Air Bangies yang sebelumnya ditingkatkan menjadi Residen, dua tahun
kemudian diturunkan menjadi asisten residen lagi.
Gubernur Celebes digantikan oleh PJB de Perez
(lihat Almanak 1846). Dalam pemerintahan ini pemimpin lokal disertakan:
Kapitein der chinezen dan Patjieo, luitenant der раranakап chinezen; Abdul Hoesain
dan Tajoedin, kapitein dan luitenant Malayo; Daeng Matona dan Laprieding
sebagai kapitein dan luitenant Wadjoresen; Base, kapitein dari warga lainnya. Di
bawah Gubernur Celebes hanya wilayah Noordelijke (belum disebut namanya) yang ditingkatkan
menjadi asisten Residen yang dibantu regent Maros (Mapalewa) dan kepala djaksa
(Daeng Pasolong) dan pemimpin agama (Daeng Mambanie).
Sementara itu di Sumatra’s Westkust, Noordelijk Afdeeling
telah berubah drastis sejak 1938. Residen
ditempatkan di Padangsch Boevenlanden dan di Tapanoeli. Di Residentie Tapanoeli
Afdeeling Mandailing dan Angkola ditingkatkan menjadi Assisten Residen. Beberapa
controleur ditempatkan di Natal, Baros dan Singkel. Residen pertama Residentie
Tapanoeli diangkat Luitenan Kolonel Alexander van der Harta sejak 1845.
Ada indikasi perubahan yang cepat terjadi di
Sumatra’s Westkust sementara di Celebes terkesan berjalan lamban. Secara
administrasi baru ada wilayah setingkat asisten residen plus Residentie Manado
(Resident di Manado). Di Padangsch Bovenlanden, Residen Steinminzt mulai
memperkenalkan pendidikan di kalangan penduduk lokal. Pada tahun 1850, AP
Godon, Asisten Residen Mandailing dan Angkola juga memperkenalkan pendidikan di
Afdeeling Mandailing dan Angkola, Residentie Tapanoeli.
Pada tahun 1849 Gubernur AV Michiels digantikan oleh
Kolonel J van Swieten. AV Michiels yang telah dinaikkan pangkatnya menjadi Maj.
General dipromosikan untuk memimpin ekspedisi ke Bali. Kolonel AV Michiels yang
telah lama tidak merasakan perang (pasca Perang Padri 1838) kembali harus
memegang tongkat komando. Indikasi ini suda ada sejak 1848 ketika Residen
Tapanoeli (di Sibolga) A van der Hart dipindahkan ke Residenrie Padangsch
Bovenlanden (di Fort de Kock). Pada saat AV Mischiels meninggalkan Sumatra’s
Westkust untuk tugas ekspedisi ke Bali tahun 1849 komando keamaan dialihkan ke
van der Hart.
Gubernue Celebes digantikan oleh P Vreede Bik
(lihat Almanak 1853). Ada perubahan yang drastis di Celebes. Residentie Manado
menjadi di bawah Gouverneur Molukka (Ambiona), sedangkan Boethon, secara
administrasi di bawah Residentie Ternate, Gubernur Molukku. Status administrasi
wilayah-wilayah lainnya di Celebes tidak berubah. Praktis Gubernur Bik, di
daerah hanya membawahi satu orang asisten residen saja.
Apa sesungguhnya yang terjadi Zuid Celebes? Tampaknya ada
perubahan politik, suhu politik memanas. Di berbagai daerah terutama di
pedalaman dan di pantai timur (Bone) timbul ketegangan. Untuk menangani
permasalahan tersebut diperlukan gubernur yang berlatar belakang militer.
Berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal, dari
April 1853, Luitenant Kolonel van der Hart ditunjuk menjadi Gubernur Sulawesi
dan juga bertindak sebagai komandan militer Celebes. A van der Hart lalu dipromosikan
menjadi kolonel, berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal Juli 1853.
Alexander van der Hart adalah sosok prajurit sejati.
Ketika masih masa pemulihan sudah ikut bertempur. Dia di masa muda adalah
seorang pemuda yang memiliki sifat berang. Di mata atasannya adakalanya dia
dipandang berlebihan dan bahkan meremehkan nyawanya sendiri. Pada bulan
Desember 1832 dan dengan keputusan Gubernur Jenderal, dari Januari 1833, selama
enam bulan van der Hart non kegiatan. Namun demikian dia tetap bersikap baik
dan tidak mabuk-mabukan. Hal ini juga pernah terjadi pada tahun 1930. Dia
dinonaktifkan karena sikap berlebihan namun karena berkelakuan baik, muncul
keputusan pada Januari 1831 yang mana van der Hart dipanggil kembali dan tak
lama kemudian dipromosikan menjadi luitenant satu. Ini menunjukkan bahwa
sesungguhnya Alexander van der Hart di luar pertempuran adalah pribadi yang
juga memiliki sifat sabar. Atasannya sudah tidak perlu menilai soal kemampuan
dan keberanian tempurnya, tetapi atasannya selalu menilai perilaku hidupnya.
Ternyata pemuda ini sangat baik. Di dalam kehidupan pribadi dia selalu sangat
ramah dan vriendelij! Baik hati, penuh kasih, ia juga sangat murah hati, dan di
mana pun dia selalu menghindari kecelakaan atau memperbaiki waron, dia tidak
onaangewend pasukan zijno. Alexander van der Hart selama 1933 tidak ikut dalam
pertempuran. Namun demikian, pada September 1834 dia mendapatkan bintang kehormatan
‘der Militaire Willemsorde, 4de klasse’.
Antara tahun 1849 hingga 1853 perwira terbaik
yang ada di Nederlandsch Indie hanya ada duaL Kolonel AV Michiels (Gubernur
Sumatra’s Westkust) dan Luitenan Kolonel A van der Hart (Resident Tapanoeli).
Mereka berdualah yang kemudian dikirim untuk memimpin ekspedisi ke wilayah yang
sulit (dan tengah bergolak).
Alexander van der Hart adalah anak buah terbaik AV
Michiels. Luitenant Kolonel AV Michiels adalah komandan yang banyak andil dalam
Perang Jawa yang berhasil melumpuhkan pertahanan Pangeran Diponegoro, Pasca
Perang Jawa, pada tahun 1834 AV Michiels ditempatkan di Soerabaja yang
bertanggungjawab untuk membantu Residen Riezt di bidang keamanan. Namun situasi
yang terus memanas di Sumatra’s Westkust, AV Michiels dipromosikan menjadi
Komandan ke Sumatra’s Westkust dalam menghadapi Padri. AV Michiels berhasil
melumpuhkaa Tuanku Imam Bonjol di Padangsch Bovenlanden (1837) dan Tuanku
Tambusasi di Afdeling Mandailing dan Angkola (1838). Atas keberhasilan Michiels
ini lalu dipromosikan dan diangkat menjadu Gubernur Sumatra’s Westkust yang
pertama tahun 1838. Dalam Perang Padri ini andalan AV Michiels adalah Kaptein A
van der Hart, orang yang berani langsung ke jantung pertahanan Bondjol. Setelah
selesai Perang Padri, van der Hart kembali ke Jawa. Namun pada tahun 1841
diangkat menjadi mayor dalam staf umum dan kemudian pada tahun yang sama
ditunjuk sebagai wakil mendampingi LA Galle (Residen pertama Tapanoeli). Pada
tahun 1845 Gubernur Michiels mengangkat Majoor A van der Hart menjadi Residen
Tapanoeli (pangkatnya dinaikkan menjadi Luitenant Kolonel).
Berdasarkan berita di surat kabar, sejumlah
demonstrasi maritim muncul yang dipicu oleh beberapa pangeran yang dianggap
bandel dan kemudian pada bulan Agustus 1853 diadakan ekspedisi ke Paloe, lalu
dilangsungkan undangan yang dihadiri secara pribadi oleh van der Hart pada
1854, memiliki hasil terbaik sejauh ini dan membawa banyak penghargaan dan
pengakuan dari otoritas dan pengaruh kita. Dengan aplikasi yang tepat dan
dengan konsultasi dengan terencana, Kolonel van der Hart melakukannya dengan
baik untuk menemukan solusi dan mempersingkat kenaikan signifikan pendapatan
negara.
Namun belum lama van der Hart bekerja sebagai Gubernur
Celebes, semua yang diraih selama ini menjadi sirna. Pada tanggal 25 malam
tanggal 26 Mei 1855 salah satu dari pembantunya, yang sudah lama tidak bekerja
lagi di malam hari sudah di rumah tuannya bersembunyi untuk melakukan kejahatan
keji. Ini bermula dari sembilan bulan sebelumnya pria itu bersama-sama dengan rekannya
yang lainnya melakukan penyerangan terhadap seorang wanita lalu otoritas
kehakiman di Makassar memutuskan untuk dihukum. Dua bekas pembantu gubernur ini
atas perintah hakim secara terbuka dihukum. Martabat pembantu ini jatuh dan perasaan
mereka terluka dan muncul dalam dirinya segera balas dendam. Hukuman sembilan
bulan bukan malah mereka untuk bertobat, tetapi malah membuat rencana untuk
membahas dendam dengan belati. Pukul dua dini hari, ketika kolonel dengan istri
dan anak perempuannya lagi tidur nyenyak di rumah dinas, seorang penyusup
mendekati tempat tidur dan melakukan tindakan pertama dengan menghantam kaki
tuan rumah. Kolonel melompat dan mengambil senjata dan pembunuh sendiri
mendapat satu luka di perut akibat tembakan, tetapi ini tidak mencegah si
penyusup kabur tetapi justru sebaliknya sang penyusup mendekat kembali ke
tempat tidur. Namun, prajurit tetaplah prajurit. Istrinya yang cemas dan
ketakutan telah menyembunyikan diri mereka di bawah. Kemudian si penyusup
menyerang kolonel dan sang jagoan perang ini kalah cepat dan terkena pukulan
yang mengakibatkan dirinya tersungkur lalu tewas di tempat. Sangat tragis.
Hanya oleh tangan seorang pembunuh miskin mengakhiri kehidupan seorang pria
yang begitu sering telah terpapar untuk kepentingan tanah air di Nederlandsche
Indie karena luput terhadap bahaya perang. Sudah begitu banyak pengorbanan dan
kesulitan yang dihadapinya untuk kepentingan negara tetapi tetap mampu
menyelamatkan hidupnya. Keberanian tidak takut mati dan ketangkasan memainkan
senjata menjadi ciri yang melekat pada dirinya. Kehormatan yang diperolehnya
dalam tugas sering disampaikan kepada tentara lain sebagai bukti keberanian dan
loyalitas Alexander van der Hart. Kolonel van der Hart tak bisa disangkal
merupakan salah satu contoh prajurit terbaik yang dimiliki. Akan tetapi tak
terduga van der Hart justru mati konyol ditangan seseorang yang tidak tahu
apa-apa. ‘Semoga nama van der Hart selalu tetap lama dalam ingatan kita’ (lihat
Dagblad van Zuidholland en 's Gravenhage, edisi 26, 27 dan 28 Agustus 1856).
Gubernur Celebes
Selanjutnya
Gubernue Celebes, A van der Hart digantikan
oleh P Vreede Bik (lihat Almanak 1853). Lalu pada tahun 1855 P Vreede Bik
digantikan oleh CA de Brauw, seorang Kolonel Infantri. Gubernur Sumatra’s
Westkust pada tahun 1855 masih tetap dijabat Swieten (namun pangkatnya telah
naik menjadi Genaral Majoor). Residen Pontianak juga digantikan oleh seorang
militer. Ini menunjukkan pada tahun 1855 situasi keamanan di tiga wilayah
tersebut mengindikasikan memanas.
Sejauh ini tidak ada perubahan administrasi di Celebes.
Demikian, juga Manado dan Buthon (yang untuk sementara dipisahkan dari Celebes)
tetap masih berada di bawah administrasi Molukku. Celebes yang terus bergolak,
secara administratif tidak berkembang, note bene pembangunan juga menjadi tidak
kondusif. Celebes tampak tertinggal dibandingkan wilayah-wilayah lainnya yang
sudah sejak lama sudah aman seperti di Jawa, Maluku, Sumatra’s Westkust, Zuid
Sumatra, Zuid Borneo dan Manado. Beberapa wilayah yang belum teradministrasi
adalah Bali en Lombok, Riaou, Sumatra’s Oostkust, Bataklanden dan Atjeh. Status pemerintahan di berbagai wilayah
hingga tahun 1866 lihat tabel.
Gubernur Celebes kemudian digantikan oleh pejabat
WE Kroesen, seorang Kolonel Infantri. Pada tahun 1864 meski belum sepenuhnya
aman (terutama di pedalaman dan pantai timur), namun di wilayah Makassar dan
pantai barat secara administratif sudah jauh berkembang. Ada penambahan satu
asisten Residen (selain asisten residen Maros) dan sejumlah controleur di
berbagai tempat seperti: Afdeeling Makassar, afd Pankadjenk; Segeriek; afd
Oster Districten, Beoloecobo, Bikerok. Zuider Districten, Bantain. Serlaijer.
Bhoetan dan Manado masih dipisahkan dari Celebes. Afd Sumbawa dan Manggaij dimasukkan
Celebes (menyusul Bima yang sudah dari dulu). Timor teradministrasi sendiri
dengan Residen. Untuk Bali belum teradministrasi (sama sekali).
Berdasarkan Staatsblad Tahun 1864 Nomor 123 Residentie
Manado terdiri dari: Manado (termasuk Minahasa); Gorontalo; Noordkust Celebes;
Sangier dan Talaud eiland. Di luar Gorontalo terdiri dari lima afdeeling:
Manado, Kema, Tondano. Amoerang dan Bolaang.
Pejabat Gubernur Celebes WE Kroesen digantikan
oleh JA Bakkers pada tanggal 6 Juli 1865 (lihat Almanak 1869). Makassar sebagai
ibukota Celebes dimana gubernur berkedudukan, namun secara urban Makassar
kurang berkembang. Sebaliknya tampak Manado sudah terdapat lima wijk (urban).
Kota Makassar tampaknya hanya berkembang di sekitar benteng Rotterdam.
JA Bakkers (1875) |
JA Bakkers masih tetap sebagai Gubernur. Pada
tahun 1871 di Kota Makassar sudah terdapat lima wijk. Sedangkan di Manado
terjadi penambahan dua wijk menjadi tujuh. Catatan: Sejak 1870 fungsi Gebernur
di Ambiona telah dilikuidasi dan diturunkan hanya setingkat Residen. Dengan
demikian, Gubernur hanya terdapat di Celebes (JA Bakkers) dan Sumatra’s
Westkust (Elisa Netscher, sejak 1870). Gubernur Celebes selanjutnya lihat tabel.
Daftar Gubernur Celebes (Sulawesi) |
Pada
tahun 1925 di Jawa dibentuk fungsi Gubernur. Gubernur yang pertama adalah
Gubernur West Java yang berkedudukan di Batavia (Gubernur WP Hillen). Kemudian
pada tahun 1928 diangkat Gubernur Oost-Java (W Ch Hardeman); dan selanjutnya
pada tahun 1929 diangkat Gubernur Midden Java (PJ van Gullik). Fungsi tiga
gubernur di Jawa ini berakhir tahun 1942 (seiring dengan berakhirnya era
kolonial Belanda).
Pada tahun 1941
fungsi Gubernur Celebes dilikuidasi dan statusnya diturunkan setingkat Residen.
Gubernur CH ter Laag statusnya menjadi Residen. Sementara pada tahun 1941
dibentuk Gubernur Groote Oost (baca: Indonesia Timur). Gubernur Groote Oost
adalah GAW Ch de Haze Winkelman (hinga tahun 1942 berakhirnya era kolonial
Belanda).
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan
hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan
artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya
yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja.
Di Mamuju, tepatnya Kec. Kalukku juga ada, terbukti ada kuburan batu nisan dari batu marmer ukuran 40x30 cm, bertuliskan : in memoriam G. Bubberman Gevallen Vool Zijn Vaderland in juli 1907.
BalasHapusInfo : 081355563563
Artikelnya sangat menarik. apakah boleh saya meminta arsip foto/peta terkait Makassar beserta sumbernya. Untuk tahun 1980-1990 an. Email: halisanurrr@gmail.com. Terimakasih
BalasHapusSaudara Lisaaa, saya hanya mengumpulkan dokumentasi secara terbatas hingga tahun 1950an (sejarah lama). Terimakasih
Hapus