*Untuk
melihat semua artikel Sejarah Kota Makassar dalam blog ini Klik Disini
Data
sejarah, dalam berbagai bentuk adalah lisan, tulisan dan lukisan. Sebelum ditemukan
teknologi foto dan teknologi perekam suara, data sejarah sangat tergantung pada
tulisan dan lukisan. Tulisan dapat ditemukan pada surat kabar, buku atau
dokumen lepas. Lukisan adalah gambar dalam berbagai bentuk: sketsa, lukisan dan
peta. Dua bentuk data ini jika dikombinasikan: tulisan menjelaskan lukisan dan
sebaliknya lukisan menjelaskan tulisan. Dua bentuk sumber data (tulisan atau lukisan) bukanlah bersifat komplementer tetapi bersifat substitusi (saling menggantikan).
|
Lukisan tertua di Maros, Celebes, 40.000 Tahun (M. Aubert) |
Sangat jarang
penulis sejarah memanfaatkan lukisan. Lukisan cenderung hanya ditempatkan sebagai
pendamping. Bahkan tidak jarang lukisan hanya dianggap sebagai illustrasi semata. Padahal,
lukisan (sebelum ada teknologi fotografi) berfungsi sebagai instrumen perekam
yang andal. Suatu rekaman gambar (lukisan) yang dapat diperhatikan secara
detail (seperti halnya tabel data statistik). Para ilmuwan (seperti botanis, geolog) atau perwira militer yang memimpin ekspedisi ke wilayah yang
baru (dan terpencil) mereka harus piawai menggambar atau paling tidak di
dalam tim disertakan satu atau beberapa orang pelukis (painter). Fungsi pelukis dalam hal ini adalah
untuk memproduksi dokumentasi (dalam bentuk sketsa, peta atau lukisan). Ajudan seorang komandan dalam ekspedisi cenderung dipilih yang memiliki bakat melukis.
Siapa
saja pelukis-pelukis yang telah mengabadikan situasi dan kondisi di Makassar
tempo doeloe? Apa saja hasil karya mereka yang masih ditemukan pada masa ini,
yang dapat memutar jarum jam memori ke masa lampau? Memahami biografi mereka
akan bermanfaat untuk memvalidasi data tahun dalam karya mereka. Hasil-hasil karya mereka sejatinya adalah suatu data
yang sangat esensial dalam penulisan sejarah (termasuk sejarah Kota Makassar).
Ternyata mereka datang dari berbagai lapisan dari berbagai bangsa. Mari kita telusuri dari pelukis lukisan yang tertua.
Anonim
|
Lukisan Makssar 1636 |
Salah
satu gambaran visual terawal tentang pantai Macassar adalah lukisan yang dibuat
tahun 1636. Lukisan tersebut mengindikasikan suatu lanskap pantai Makassar di
suatu sudut tertentu dengan latar perbukitan. Di dekat garis pantai tampak
sejumlah bangunan besar yang diduga rumah/istanan raja atau loji dari para
pedagang-pedagang Eropa. Sebagaimana diketahui perwakilan Belanda/VOC sudah ada
tahun 1607 di Sombaopoe, ibukota kerajaan/kesultanan Gowa (Makassar) adalah
Sombaopoe. Di tengah laut dilukiskan sebuah perahu besar yang diduga miliki
penduduk asli, yang mana gerak tim pendayung diiringi dengan alat musik semacam
perkusi, .
|
Peta Oost
Indie (sebelum 1632) |
Penulisan
tentang Oost Indie oleh Belanda/VOC pada dasarnya sudah dimulai sejak pelayaran
pertama Cornelis de Houtman. Di dalam Jurnal yang terbit tahun 1598 terbaca
dengan jelas detail perjalanan hari demi hari Cornelis de Houtman. Pelukisan
juga sudah terdapat di dalam jurnal C de Houtman. Namun untuk hal pemetaan
(mapping) dalam bentuk kartografi secara detail baru diarahkan pada tahun 1616.
Pada tahun 1617 sebuah agensi di Amstedam ditunjuk untuk mengumpulkan semua
dokumen sketsa peta dan chart untuk membangun peta yang lebih luas (lihat
Mapping the Dutch World Overseas in the Seventeenth Century by Kees Zandvliet).
Gubernur Jenderal Hendrik Brouwer
(1632–1636) yang mulai menyadari arti penting peta. Belanda/VOC adalah
sponsor yang yang paling aktif dalam pembuatan peta/atlas (dunia).
Johannes
Vingboons
Johannes
Vingboons adalah pelukis dengan menggunakan teknik tradisional. Salah satu
lukisannya yang terkenal adalah view Kota Sombaopoe, Kerajaan/Kesultanan Goa
(Makassar). Lukisan ini seakan memetakan kota Sombo Opoe, suatu kota yang
terbilang kota besar saat itu. Lukisan/peta ini dibuat sekitar tahun 1665
(sebelum terjadinya perang dan perjanjian Bongaja, 1667).
|
Kota Sombaopoe, Makassar, 1665 |
Johannes
Vingboons lahir tahun 1616, meninggal di Amsterdam 20 Juli 1670. Johannes
Vingboons yang berasal dari keluarga seni membidangi lukisan dan kartografi.
Disebutkan, Johannes Vingboons telah melakukan pelayaran ke Oost Indie dan
bekerja untuk VOC. Tidak banyak yang diketahui tentang riwayatnya di Oost
Indie, apakah pernah bekerja di Makassar. Lukisan tentang Kota Sombaopoe hasil
karyanya merupakan gambaran terawal tentang luasnya kota yang menjadi ibukota
Kerajaan/Kesultanan Gowa (Makassar).
Romeyn de Hooghe
Romeyn
de Hooghe seorang seniman Belanda yang terkenal. Salah satu karya tentang
(meme) Victorien de Nederland yang menggambarkan Perang Gowa yang dipimpin oleh
Corenelis Sppeelman (yang dibantu Aroe Palakka). Disebut judul lukisan
Victorien de Nederland di satu sisi seakan menggambarkan kemenangan Belanda
(bukan VOC di Oost Indie) dan di sisi lain menggambarkan perang ini sebagai
bentuk perlawanan hebat dari penduduk Makassar. Lukisan ini diperkirakan dibuat
antara tahuan 1669-1675. Lukisan ini tampanya dipesan oleh kerajaan yang
dilakukan oleh pelukis besar.
|
Perang Goa (lukisan 1669-1675) |
Romeyn de Hooghe
lahir (bapt) tanggal 10 September 1645 di Amsterdam adalah seniman hebat yang
memiliki minat dalam bidang draughtsman, painter, sculptor and medalist. Dalam
karirnya telah menghasilkan sebanyak 3500 prints. Romeyn de Hooghe selain
memiliki galeri juga banyak terlibat dalam pembuatan illustrasi di surat kabar
maupun dalam pembuatan buku, Romeyn de Hooghe diduga tidak pernah datang ke
Oost Indie. Lukisannnya tentang perang di Makassar diduga adalah pesanan
kerajaan yang mengadirkan sejumlah narasumber untuk mendapatkan bahan bagi
Romeyn de Hooghe dalam membuat lukisan. Romeyn de Hooghe meninggal 10 June
1708. Potret Aroe Palakkan dan Speelman adalah karya Romeyn de Hooghe.
Jean Michiel Aubert
Jean
Michiel Aubert memberi kontribusi tentang view benteng Rotterdam dan bagian
tembok kota Makasar dengan rumah-rumah batu dan situasi yang ada di luar
dinding benteng. Lukisan ini dibuat tahun 1750.
|
Lukisan Benteng Rotterdam, Makassar 1750 |
Jean (Johannes)
Michiel Aubert lahir England tahun 1717. Ayahnya adalah seorang pengungsi
Prancis. Auber datang ke Oost Indie sebagai pelaut pada tanggal 25 Mei 1738 dan
tiba di Batavia 2 Januari 1739. Aubert mendarat di Macassar pada tanggal 25
Agustus 1739. Aubert kemudian bekerja sebagai bookkeeper VOC di Macassar.
Aubert juga memiliki kemampuan draught dan surveyor. Selama di Celebes, Aubert
banyak membuat chart tentang Celebes yang menjadi bahan untuk pembuatan atlas
Celebes. Jean Michiel Aubert memiliki multi talenta, termasuk paint dan kartografi
secara otodidak dengan kemampuan berbagai bahasa: Inggris, Prancis, Belanda,
Portugis dan Melayu serta sedikit-sedikit bahasa China, Bugis dan Makassar.
Anaknya juga pernah bekerja di Makassar sebagai bookkeeper. Jean Michiel Aubert
meninggal di Ceilon, diperkirakan tahun 1762.
Carl Friedrich
Reimer
Carl
Friedrich Reimer menghasilkan kayra sketsa pantai Makassar yang berpusat di
benteng Rotterdam yang diperkirakan dibuat tahun 1790. Sketsa ini memetakan
keberadaan dan posisi topografi Kampong Baroe, Vleck Vlaardingen, Kampong
Malayo, Kampong Boegis, Pannehoekan, Maruso, Benteng Madura dan redoute
Vrydenburg. Carl Friedrich Reimer juga membuat sketsa topografi Batavia (1788),
Ambon, Banda dan Ternate.
|
Peta Kota Makassar, 1790 |
Carl Friedrich
Reimer lahir di Durben, Latvia 8 Oktober 1764. Bekerja untuk VOC sebagai
tentara, dokter bedah junior dan insinyur. Karena kemampuan menggambar, Carl Friedrich Reimer diangkat menjadi
insinyur militer yang kemudian menjadi seorang kepercayaan Gubernur Jenderal
Willem Arnold Alting. Tugasnya adalah observasi terhadap sejarah alam Hindia
Belanda, benteng-benteng dan tanaman bermanfaat, dimana VOC bisa
memanfaatkannya menjadi komoditas yang menarik secara komersial. Di Riau
(Tanjung Pinang) Reimer mengamati pamanfatan dan budidaya gambis secara lokal.
Carl Friedrich Reimer menjadi etnobotani. Hasil-hasil pekerjaannya telah
memberi kontribusi ke bidang ilmu pengetahuan. Carl Friedrich Reimer meninggal
di Durben, Latvia, 26 Maret 1833.
Tunggu
deksripsi lengkapnya
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan
sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang digunakan lebih pada ‘sumber
primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sumber buku hanya
digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena saya anggap buku juga merupakan
hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber primer. Dalam setiap penulisan
artikel tidak semua sumber disebutkan lagi karena sudah disebut di artikel saya
yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang disebutkan atau sumber yang sudah
pernah disebut di artikel lain disebutkan kembali di artikel ini hanya untuk
lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar