Salah satu peninggalan era kolonial Belanda di Makassar adalah gedung Socoeteit Harmonie. Gedung ini kini menjadi Gedung Kesenian Sulawesi Selatan. Societeit Harmonie di Makassar mengikuti nama Societeit Harmnonie di Batavia. Societeit (klub sosial) tidak hanya di Batavia dan Makassar tetapi juga di kota-kota lain, seperti Padang, Bandoeng, Soerabaja, Penang dan Singapore. Selain societeit Harmonie, juga ada societeit Concordia, De Witte, dan sebagainya
Societeit Harmonie, Makassar, 1875 |
Societeit Harmonie di Batavia adalah
perkumpulan sosial (socitetiet) pertama yang didirikan di Nederlandsch Indie
(Hindia Belanda). Para pensiunan militer kemudian membentuk societeit di
Batavia yang diberi nama Concordia. Societeit Concordia juga kemudian dibentuk
di Bandoeng dan Soerabaja. Harmonie adalah nama sebuah kapal uap
Belanda yang diduga menjadi nama societeit di Batavia.
Bagaimana proses
awal terbentuknya Societeit Harmonie Makassar tentu saja menarik untuk
diketahui. Pada masa itu, societeit adalah badan hukum (memiliki AD/ART). Setiap
pembentukan societeit agenda utama adalah membangun gedung sendiri (berdasarkan
iuran para anggota). Seiring dengan perkembangan komunitas orang-orang
Eropa/Belanda, societeit menjadi eksklusif. Dari situasi inilah para tokoh/tokoh
lokal membentuk perkumpulan sendiri (yang kelak memunculkan gagasan pendirian
organisasi sosial pribumi pertama di Padang (1900), ‘Medan Perdamaian’ yang
lalu kemudian muncul Boedi Oetomo (1908).
Societeit Harmonie Makassar
Kapan Societeit Harmonie terbentuk di
Makassar tidak diketahui secara pasti. Societet Harmonie dan Concordia di
Batavia dilaporkan keberadaannya sudah lama. Paling tidak Societeit Harmonie
sudah dilaporkan Bataviasche courant, 21-06-1817. Di Kota Padang societeit
sudah dibentuk pada tahun 1837 (oleh seorang mantan perwira militer). Societeit
Harmonie dilaporkan di Soerabaja pada tahun 1865 sebagai pengganti Marine Club
(De Oostpost: letterkundig, wetenschappelijk en commercieel nieuws- en
advertentieblad, 19-08-1865). Societeit di Bandoeng (Concordia) dan societeit
di Makassar (Harmonie) diperkirakan dibentuk pada kurun yang sama. Pada tahun
1879 statuta Societeit Concordia Bandoeng mendapat pengesahan dari pemerintah
(lihat De locomotief: Samarangsch handels- en advertentie-blad, 05-07-1879).
Klub sosial, societeit umumnya
diprakarsai oleh tokoh penting pensiunan militer yang kembali ke masyarakat.
Kebiasaan di tangsi atau garnisun militer atau klinik/rumah sakit militer yang
memiliki kantin dan ruang pertemuan seakan timbul kembali ketika mereka memulai
bermasyarakat kembali.
Keberadaan Societeit
Harmonie di Makassar paling tidak sudah ada pada tahun 1868. Societeit Harmonie
mendapat otoritas untuk menyelengarakan (pengundian lotere) (lihat Java-bode: nieuws, handels- en advertentieblad
voor Nederlandsch-Indie, 22-07-1868). Tidak disebutkan apakah Societeit Harmnie
Makassar sudah memiliki gedung sendiri. Wujud gedung Societeit Harmonie
Makassar muncul tahun 1875. Studio Foto Woodbury & Page di Batavia
mengabadikannya tahun 1875.
Woodbury & Page adalah perusahaan
studio foto yang didirikan oleh dua orang Inggris Walter B. Woodbury dan James Page.
Teknologi foto di Nederlands Indie diperkenalkan oleh kedua orang ini pada akhir tahun 1850an. Studio mereka yang berada
di Batavia melakukan keliling Hindia Belanda untuk merekam panorama, lansckap,
para tokoh dan hal-hal tertentu yang dianggap laku untuk dijual. Perusahaan ini
di Batavia masih eksis hingga tahun 1900 meski Woodbury sendiri sudah meninggal
tahun 1885 (James Page meninggal tahun 1865). Pada tahun 1900 Woodbury &
Page di Batavia diakuisisi yang kemudian berubah nama menjadi Busenbender &
Co. Perusahaan Woodbury & Page telah memberi kontribusi yang banyak dalam
bidang fotografi (foto) yang menjadi bahan sejarah Indonesia yang penting
(termasuk gedung Societeit Harmonie Makassar).
Perkumpulan Sosial Warga Pribumi di Padang,
1900
Tunggu deskripsi
lengkapnya
*Dikompilasi oleh Akhir
Matua Harahap berdasarkan sumber-sumber tempo doeloe. Sumber utama yang
digunakan lebih pada ‘sumber primer’ seperti surat kabar sejaman, foto dan
peta-peta. Sumber buku hanya digunakan sebagai pendukung (pembanding), karena
saya anggap buku juga merupakan hasil kompilasi (analisis) dari sumber-sumber
primer. Dalam setiap penulisan artikel tidak semua sumber disebutkan lagi
karena sudah disebut di artikel saya yang lain. Hanya sumber-sumber baru yang
disebutkan atau sumber yang sudah pernah disebut di artikel lain disebutkan
kembali di artikel ini hanya untuk lebih menekankan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar